Shinwoo pov
"Hoaam," Aku baru bangun dari tidur ku.
Hari ini, sekolah libur. Jadi aku tak perlu bangun bangun pagi lagi. Mungkin besok aku harus bangun pagi.
"Hei Shinwoo. Kau baru bangun? Dasar pemalas." Si Ikhan ini tak pernah suka dengan apa yang ku suka.
"Heh, *seringai. Kau ini, dasar kutu komputer. Apa sih yang kau kerjakan semalaman?" Ku tatap Ikhan dari kejauhan.
"Aku tak begadang. Dan aku bangun pagi. Bukan seperti kau yang susah sekaĺi di bangunkan." Mata Ikhan masih menatap laptop nya. Tapi mulutnya bisa bicara dengan fasih.
"Hei, hai. Kau pikir aku tak punya prestasi sama sekali? Aku yakin. Kau belum masak. Jadi biarkan aku saja yang buatkan sarapan untuk kita." Aku bangun dan bergegas ke arah dapur.
"Aku sudah sarapan. Dan ini sudah siang." Langkah ku terhenti saat mendengar kata-kata Ikhan. Dengan pose lari dengan jeda. Dan akhirnya, bruuukh....
"Apa kau bilang?! Sudah siang? Yang benar saja." Setelah jatuh, ku tuding-tuding si Ikhan.
"Kau pikir aku bercanda? Kau main game semalaman. Dan hasilnya, kau tak pernah bangun tepat waktu. Tapi jika kau memang ingin memasak, ya masaklah untuk makan siang."
"Lah kau? Apa yang akan kau lakukan selama aku memasak?" Aku masih setengah berteriak pada Ikhan.
"Hehe, aku masih punya banyak pekerjaan." Hanya melirik, sibuk.
"Kurang ajar kau Ikhan!!!!"
"Hei!! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan Shinwoo!!"
"Diam kau!"
Ya, persahabatan kami tak selamanya penuh damai. Sebenarnya, aku menyerang Ikhan bukan karena dia tak mau membantu ku memasak. Sebelumnya, aku memasak untuk sendiri dan Ikhan. Tapi kali ini, dia bahkan tak membangunkan ku. Itu membuat ku kesal.
~~
Yuna pov
Kemarin malam, kak Rael datng ke rumah ku. Aku, ayah, ibu, dan kak Rael makan malam bersama. Suasana yang sudah lama tak ku rasakan.
Terlebih, ayah dan ibu sangat sibuk. Meski serumah, kami sangat jarang makan bersama. Bahkan mereka jarang makan di rumah.
Hari ini libur. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan. Biasanya aku hanya akan beres-beres rumah, dan menjalani beberapa kegiatan yang terbilang sia-sia.
"Hm, sekarang, sudah selesai. Aku mau lakukan apa ya??" Ku lihat lekat rumah sederhana ini. Semua sudah beres. Aku sedang memikirkan apa yang akan ku lakukan selanjutnya.
"Sambil menunggu, lebih baik aku..." krrriiiiingng.... Ponsel ku berbunyi. Kak Rael, menelpon ku.
"Halo?" Ku awali percakapan lewat telepon ini.
"Halo. Kau sedang apa Yuna?"
"Aku sedang, entahlah."
"Haha, jadi kau sedang nganggur ya?"
"Ya, begitulah."
"Bagaimana kalau kau temani aku untuk mengelilingin kota ini? Keliling Korea juga boleh, hehe."
"Entahlah."
"Eh?"
"Aku tak punya cukup uang untuk jalan-jalan."
"Heh, bilang saja kalau mau ku traktir."
"Hihi, memangnya kak Rael punya uang?"
"Kau pikir aku miskin? Kau tahu, aku sudah pegang saham sendiri tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Friend For My Friend (Fanfic Noblesse)
أدب الهواةAku mencintai mu. Tapi dia, Cintanya lebih besar dari cinta ku pada mu. ~