Yuna pov
Pagi yang cerah. Matahari bersinar dengan cahaya yang menghangatkan. Setelah kejadian tempo hari, aku tak masuk sekolah. Dan ini, hari kedua aku absen.
Kalian bisa menyebut ku lemah. Tapi inilah kenyataannya. Ini mungkin baru awal. Dan belum ada apa-apanya. Seperti ini saja sakit. Apa lagi nanti, yang sudah pasti akan lebih sakit lagi.
Aku hanya berdiam di kamar. Orang tua ku sempat khawatir. Namun aku tetap menutupinya. Mungkin mereka membuatkan surat ijin untuk ku. Karena aku bilang kalau aku sedang tidak enak badan.
Seharian aku tak melakukan kegiatan berarti. Paling hanya tiduran, tidur sungguhan, main hp atau laptop, dan mungkin hanya melamun seperti yang sedang ku lakukan sekarang. Kkkrrrriiiing, ponsel ku berdering. Kak Rael menelpon ku.
"Halo?" Ku awali dengan suara lemas.
"..." Sepertinya kak Rael sedang cemas.
"Tidak, aku tak apa."
"...?"
"Di rumah."
"..."
"Bukan begitu. Aku hanya sedikit tak enak badan."
"..."
"Hm, baiklah."
Sambungan terputus. Kak Rael sedang dalam perjalanan menuju rumah ku. Dia akan datang ke rumah untuk menjenguk ku. Bagaimana dengan Shinwoo? Dia tak kemari. Apa dia sudah tak peduli lagi pada ku.
Tak perlu menunggu lama. Dalam waktu kurang lebih 10 menit kak Rael sudah sampai di rumah ku.
"Yuna, kau tak apa?" Satu tangan kak Rael menyentuh kening ku.
"Kau demam ya? Kenapa tak ke dokter saja?" Dia terlihat cemas.
"Biar aku saja yang mengantar. Atau kau mau ku panggil dokter pribadi saja? Sebentar ya." Kak Rael merogoh sakunya. Mengambil ponsel dan hampir menelpon seseorang.
"Kak Rael, aku tak apa." Cegah ku.
"Tak apa, apanya. Kau demam Yuna. Kalau tak segera di obati, kau akan semakin parah." Dia terlihat sedikit kesal. Dilanjutkannya menelpon seorang dokter
Tak lama kemudian, dokter yang di telpon kak Rael sampai. Setelah menjalani beberapa pemeriksaan, dokter itu menjelaskan sesuatu.
"Kondisi pasien terbilang normal. Dia hanya demam biasa. Kemungkinan karena dia terlalu lelah." Jelas dokter itu.
"Jadi, Yuna akan baik-baik saja kan?" Tanya kak Rael.
"Iya. Istirahatlah yang cukup. Makan juga harus teratur. Ini, ku berikan obat untuk mengatur suhu tubuhnya." Si dokter memberikan plastik putih kecil berisi obat pada kak Rael.
"Terima kasih." Aku memang hanya diam. Tapi aku mendengarkan secara seksama.
Setelah diberi obat, sesi pemeriksaan selesai. Dokter itu segera pulang ke tempat asalnya. Aku dan kak Rael mengantarnya sampai depan rumah. Setelah dokter itu tak terlihat, aku dan kak Rael baru masuk.
"Kau dengar Yuna? Kau kelelahan." Kak Rael mulai sok mengatur.
"Kau harus banyak istirahat. Makan, dan minum obat."
"Minum air tidak?" Canda ku memecah suasana yang semula tegang. Kak Rael termenung sejenak.
"Hhah, Yuna kau ini. Sudahlah istirahat saja." Kami tertawa kecil bersama. Di rumah kami tak hanya berdua. Tentunya ada beberapa maid di sini.
"Kak Rael mau ke mana?"
"Aku tak kan ke mana-mana."
"Sungguh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Friend For My Friend (Fanfic Noblesse)
FanfictionAku mencintai mu. Tapi dia, Cintanya lebih besar dari cinta ku pada mu. ~