Memorizing 1

221 11 0
                                    

"Dulu tuh ya, gue suka banget ke taman belakang sekolah. Tapi, tempat itu udah jadi black list bagi rata-rata siswa di sini" Naomi menatap Linsia -sahabatnya- yang sedang berbicara penuh rasa malas kepadanya. Tangannya mengencangkan ikatan pada rambutnya, lalu menyahut, "Emang serem banget ya? Sampe mereka masukin itu ke black list?"

Linsia berdecak, "Gitu deh" dan menegakkan punggungnya. "Btw, line Muti deh. Dia tau beberapa cerita serem di sana"

Gadis ekor kuda itu menghela napasnya pelan sebelum mengambil ponsel bercase biru laut dari laci mejanya dan memasukkan beberapa kata sandi disana. "Sebenernya gak begitu penting. Tapi karena lo maksa, ya udah deh. Mau gimana lagi"

"Si anjir. Bilang ae lo penasaran" Linsia kembali meletakkan kepalanya di atas meja dan berseluncur di media sosial.

Naomi membanting ponselnya dan ikut meletakkan kepalanya di atas meja. Angin sepoi-sepoi ditambah suasana kelas yang hening, dikarenakan setengah siswa berkelana entah kemana, membuat kedua gadis itu mengantuk. Untung saja, guru yang mengajar tidak bisa hadir hari ini. Jadi siswa kelas 10 IPS 2 bisa bebas dari rumus-rumus Matematika.

Ddrrtt.. drrtt

Ponsel Naomi bergetar membuat gadis itu berdecak malas dan melihat notifikasi pada layar notif.

Muti tenyom 16   :  mlz

Naomi menggeram sebelum menunjukkan layar ponselnya pada Linsia. Gadis penyuka pink itu tertawa keras, "Tenyom emang dia itu. Gue udah line panjang-panjang cuma di bales 3 kata begini. Nyayangin kuota banget dih" "Hahaha, anjiran amat"

Jari-jarinya mengetikkan sesuatu di layar gelap itu dan setelahnya, ia kembali menenggelamkan wajah pada lipatan tangannya. Tetapi baru sekejap saja mata itu tertutup, Beril  -sang ketua kelas- meneriakkan namanya membuat si empunya nama mendelik marah, "Apaan? Siapa?"

Beril mengedikkan kepalanya ke arah pintu kelas, "Doi lo. Anak IPA" Naomi mengernyit. Dan sesegera mungkin ia menghampiri 'anak IPA' itu agar bisa kembali memejamkan matanya yang berat akibat semalam menyaksikan kumpulan kasus Sherlock Holmes yang sangat digemarinya itu. Tapi rasa penasaran juga menjadi alasan supaya ia bergegas melihat si 'anak IPA'.

Tapi baru hendak beranjak, pergelangan tangannya dicekal. Naomi menghela nafas, "Lin, gue ga tau dia siapa. Nanti deh gue kasih tau kalo udah liat mukanya"

Sahabatnya itu mendengus dan melepaskan cekalan tangannya. "Untung gue lagi mager. Jadi ga nyamperin tuh cowok sekarang. Tapi liat aja nanti, gue cecer orangnya!" "Yaya, suka-suka lo dah"

Sampe ini ga penting. Gue masukin tuh orang ke black list gue. Bodo amat.

Sesampainya ia di pintu, ia menatap laki-laki dihadapannya dengan mata membulat kaget,
Ini kan cowo lesung pipit gengsi kemarin? Ada urusan apaan dia?

"Nyari gue?" Perempuan itu bersandar pada daun pintu. "Ehm, iya". Naomi menghembuskan nafasnya pelan.
Ck, dia ga berniat to the point gitu sama gue?

"Ada apaan?" Cowok itu mengulurkan pena dengan berbagai macam stiker yang menempel pada badan pena tersebut, "Pena lo. Jatoh kemaren" Naomi mengerutkan dahinya dalam "Pena?"
Really?! Pena?

"Makasih." Cewek itu menunjukkan gestur ketidaksukaannya pada niat baik kepada si pengembali pena ini. Bukan tidak menghargai atau apa, tapi, ini hanya pena. Tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Tak usah sampai repot-repot begini.

"Ya udah, gue bal-" "WOI ADIT! DICARIIN GURU BK!" Teriakan menggelegar menghentikan kalimat yang akan diucapkan lelaki bernama 'Adit' itu. Ia tersenyum kecil dan melambaikan tangannya sembari berlari menghampiri orang yang memanggilnya tadi.

Naomi bergeming menatap punggung lelaki jangkung yang baru saja mengembalikan pena miliknya itu

Namanya Adit. Kira-kira gue jadi ga ya masukin dia ke black list?

*************

"Jadi, tadi itu siapa?" Linsia langsung mengajukan pertanyaan kepada Naomi tanpa menunggu lebih lama lagi. "Yaelah Lin, ntaran napa, gue laper. Tujuan gue ke kantin mau makan. Ceritanya abis makan kan bisa"

Gadis itu menghela nafasnya sebelum mengalah, "Iya iya. Tapi awas aja lo pura-pura lupa nanti!" Naomi mendengus dan mulai menikmati semangkuk bakso dihadapannya. Kedua gadis itu makan dengan tenang sebelum salah satu siswi menghampiri mereka dengan gebrakan di meja kantin.

"Astagfirullahaaladdzim..."
"Si tante satu ini emang kurang ajar banget ya! Ga liat apa kita lagi makan?!" Kedua gadis yang terkejut itu mengeluarkan segala macam yang ada di kepala mereka untuk meluapkan kekesalan mereka. Tetapi, gadis yang baru datang itu hanya melempar cengiran polos dan bergabung dengan Naomi juga Linsia.

"Elah lebay, biasanya juga makan sambil lari. Begini doang udah ngomel" Gadis itu mengacungkan tangannya, "PAK DE KU SAYANG JANGAN LUPA YANG TADI MUTIARA VERISCHA SMS IN YA!" dan berteriak keras membuat hampir seluruh orang yang ada di kantin menatapnya.

"Bukan temen gue.." Ucap Linsia dan Naomi bersamaan. Kedua siswi itu lanjut memakan pesanan mereka.
"Eh, tau ga sih tad--"
"Engga."
"Dih makanya gue kasih tau biar pada tau.."
"Hm cepetan apa"
"Gue akhirnya bis-"
"Bisa move on dari Azka yang tingkahnya mulai nyebelin dari 3 detik yang lalu?" Naomi menatap Muti jenaka yang dibalas dengan tatapan tajam milik perempuan berambut cokelat nan panjang itu.

"Kagak. Salah. Sebenernya adalah.."
"Apa? Apa?" Linsia yang sedari tadi fokus dengan makanannya pun mengangkat wajah dan memperhatikan sahabatnya itu. Yang diperhatikan malah tersenyum kecil sambil membenarkan letak kacamata bundar miliknya. Membiarkan kedua sahabatnya itu menghentikan aktivitas makan mereka sementara.

"Kalo gue sekarang bis--"
"Adek manis ini 1 porsi ketoprak pedas plus kerupuk putih, ditambah es teh manisnya. Tiati diabetes. Manis minum yang manis. Hihi" Pak de kantin itu menyajikan makanan yang ia sebutkan di atas meja. "Terimakasih banyak, pak de ku sayang"

"Ck buruan eh. Kita udah nunggu-nunggu"

Sampai pada akhirnya, fokus Naomi teralihkan sepenuhnya ke subjek di pintu masuk kantin. Matanya menatap setiap gerakan yang dibuat oleh orang itu. Senyum kecilnya, bahkan rambut hitam bergelombang yang bergerak-gerak kecil terkena angin dari jendela-jendela kantin yang terbuka lebar.

Adit.

Satu nama yang entah mengapa membuat jantungnya berdegup. Jatuh cinta? Elah, yakali sekali liat gue langsung jatuh cinta. First sight sih first sight, tapi ga secepet ini juga.

"Ohh, lo naksir sama Adit ya?!" Pekikan di kuping Naomi membuat gadis itu melotot marah. Antara sakit di kupingnya, dan tidak terima dengan tuduhan Mutiara.
"Naksir gigi lo botak! Kenal juga kagak!" Cewek berambut sebahu itu mendelik dan meneguk botol minum bening yang ia bawa dari rumah. Mencoba menetralkan degupan jantungnya. "Lagian, sok tau banget

"Cie, yang pengen kenal sama Aaron Aditama.." Muti menggeleng-gelengkan kepalanya sembari menyuapkan satu sendok ketoprak ke dalam mulutnya. Linsia yang sedari tadi sibuk membenarkan letak bando kain pinknya menjentikkan jari semangat.

"Yang pernah se-band sama Mike kan Mut?" Yang ditanya hanya mengangguk dan beralih mengacungkan garpu ke arah Naomi, "Buktinya lo daritadi ngeliatin Adit tuh"

Ucapan Muti yang sialnya tepat sasaran itu membuat Nao tersedak ludahnya sendiri. Ia terbatuk-batuk dan kemudian menyangkal ucapan sahabatnya itu, "Namanya juga punya mata. Ya pasti ngeliatin orang lah"
"Ya tapi mulutnya kagak mangap jug--"
"Hh ngga. Tadi dia yang nemuin gue di depan kelas. Cuma balikin pena doang kok gara-gara ketemu di depan kelas pas gue abis piket kemarin. Ga sengaja ditabrak dia. Dah gitu makanya gue liatin sapa tau mo nabrak orang egen."

Dan pengakuan itu membuat kedua sahabatnya melongo menatap Naomi.
"SUMPAH?! TABRAKAN?!"
"Elah suara nya bu, turunin dikit. Lebay amat gitu aja teriak.."
Baru hendak Linsia dan Mutiara kembali bertanya penasaran, suara-suara  kehancuran berbunyi,

Kringg! Kringg!!

"ANJIR BEL MASUK?! KETOPRAK GUE BELOM ABIS ASTAGA"

"Mampus."

########

3 Years Ago [On Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang