Nao melirik ke sebelah kanannya. Disana ada Adit yang sedang menikmati minuman rendah alkohol digenggamannya. Sementara daritadi, ia masih enggan menyentuh minuman sejenis Adit. Padahal, ia bahkan bisa menegak yang lebih keras daripada ini.
"Kalo lo ga terbiasa, pesen es krim aja elah.." Akhirnya, setelah 10 menit sama-sama diam menikmati semilir angin dan lagu santai, Adit berbicara lebih dulu, membuat Nao memusatkan seluruh pandangannya pada cowok itu.
"Lagi ga minat." Rasa manis es krim pun tak menggugahnya sama sekali walau tampilan gambar penyajian es krim yang tertempel di buku menu itu sangat menggoda.
Adit mengangguk lalu beralih menatap deburan ombak yang tidak terlihat jelas dari bar tempat mereka duduk. Nao memejamkan mata menikmati tamparan rambutnya yang halus di kulit pipinya. Sejenak, ia membuka sebelah matanya, lalu mendekatkan gelas kecil itu di bibirnya.
Ia menghirupnya lama, "Waktu di rooftop sekolah, gue cium aroma rum mix alkohol dari badan lo, kayaknya sih, kalo gue ga salah nebak. Lo... pernah nyicip yang lebih dari ini, kan?"
Lelaki itu nampak cemas dengan tanggapan seperti apa yang akan ia terima. Sedari tadi, ia menimang-nimang, tanya atau enggak? Dan ternyata, rasa penasarannya lebih besar.
Adit takut jika pertanyaannya itu membuat Nao jadi risih dan hal-hal canggung lainnya akan terjadi.Tapi sepertinya tidak.
Nao terkekeh sebentar dan lanjut menegak tegukan pertamanya, kedua, dan ketiga. Lalu minuman itu kandas. Ia melirik Adit,
"Hidung lo bagus juga, peka terhadap bau. Dan yeah, tebakan lo emang bener.."
Diam-diam Adit menghembuskan nafas yang sempat ia tahan beberapa detik saat menyaksikan leher mulus Nao yang sedikit mengkilap terkena keringat sisa berjoget ria tadi. Lelaki itu mengangguk-angguk. Sial! Makin kepo aja gue!
"Jangan tanya kenapa, karena gue pasti jawab gapapa."
Lalu Adit bungkam. Ia sungguh dirundung rasa penasaran yang demikian rupa. Pasalnya, ia memang banyak menemukan gadis usia remaja sekarang ini yang meminum alkohol atau minuman tak lazim diminum remaja sepertinya, tapi, Adit memiliki beberapa teman yang terpaksa meminum minuman memabukkan itu karena berbagai alasan. Salah satunya ; broken home. Sudah bukan hal baru lagi.
Salah duanya ; pergaulan bebas.
Adit melirik Nao yang sedang diam menikmati semilir angin, pergaulan bebas? Ga mungkin. Lugu gitu mukanya. Tapi ga tau juga sih. Broken home? Ah bukan urusan gue. Ck, apa dia segitu ancurnya? Dibalik muka lugu itu?
"Woi! Dipanggilin malah asik sendiri.." Nao melambai-lambaikan tangannya di depan wajah bengong Adit. "Eh, sorry-sorry, kenapa? "Cewek itu melirik langit malam bertabur bintang lalu beralih menatap Adit, "Udah malem. Anterin gue ke hotel ya.. Lo juga pasti dicariin bonyok lo deh"
Adit terdiam sesaat dan melihat ke jam di ponselnya, 20.53 WIB, belum terlalu malam bagi cowok itu. Dan jika ia kembali ke hotelnya, maka, ..........
"Yaudah, duluan gih gue mau bayar dulu. Nih kunci mobilnya. Hidupin sekalian ya," Tanpa mau menunggu jawaban Nao, ia melangkah menjauhi bar tempatnya bersantai tadi. Meninggalkan Nao yang masih setia menatap punggung Adit dari jauh.
Akhirnya Nao turun dari barstool. Segera menuju mobil Adit. Sesuai perintah cowok itu, ia menghidupkan mesin mobil lalu berjalan mengitari mobil menuju kursi penumpang disebelah supir.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Years Ago [On Revision]
Teen FictionThis is the story about regretting someone. Not just someone,but some tragedy. Semua terjadi begitu cepat.Semua menjadi kelabu.Semua berlalu sangat haru. Meninggalkan semuanya 3 tahun lalu.