8. Isi Hati

23 3 0
                                    

Yok jalan.
Kulihat ponselku yang menyala karna ada sebuah pesan dari mas Leska. Aku segera membuka pintu setelah terdengar mas Leska membuka pintu. Ia tersenyum padaku dan kubalas dengan senyuman.
"Gimana nasi gorengnya? Pedas ndak?"
"Makasih ya nasi gorengnya, lumayan pedas"
"Kalo pedas ngga usah dimakan, nanti kamu sakit perut"
"Ngga apa-apa, sayang kalo ngga dimakan, mubazir tau apalagi udah dibeliin" Kulihat ia tersenyum mendengar jawabanku.

Seperti biasa aku mengambil makanan secara perasmanan. Kuedarkan pandanganku keseluruh ruangan melihat semua meja sudah terisi para pegawai yang sedang menikmati makanannya. Termasuk meja yang ditempati mas Ari, mas Dilo, mutiara dan Siska.
"Permisi pa, saya boleh makan disini?" kataku meminta izin.
"Oh iya iya silahkan" Ia terseyum ramah sekali padaku. Aku duduk setelah dipersilahkan. Aku menyuapkan satu sendok nasi beserta lauknya kemulutku. Kulihat mas Leska berjalan menghampiriku membawa sebuah nampan berisi makanan. Kenapa ia kesini? Kenapa ia tak gabung bersama yang lainnya? Kau sendiri kenapa duduk sendirian Ney? Hey aku tak sendirian, aku duduk bersama pegawai yang lain. Ia telah selesai memakan makanannya. Loh cepat sekali, biasanya aku duluan yang selesai. Ia menungguiku sampai aku selesai makan. Kenapa ngga langsung pergi aja. Sepertinya ada yang sedang mengawasiku makan. Perasaan apa ini? Rasanya canggung sekali. Aku melihat kearahnya. Sudah? Ayo pergi, seolah-olah ia berkata seperti itu setelah ia menganggukan kepalanya. Akupun membalas menganggukan kepalaku. Kulihat kearah mas Ari yang belum selesai makan. Siska melihat kearah kami. Aku memberikan isyarat kalau kami pergi duluan. Ia mengangguk.

"Udah baikan?" Aku tak sadar kalau mas Ari ada didepanku.
"Baikan?" tanyaku bingung
Ia mengangguk "Iya kamu udah baikan sama Leska?"
"Kenapa harus baikan? Kami baik-baik aja"
"Bukannya kalian lagi diem-dieman beberapa hari ini"
"Ngga, aku biasa aja."
"Kalian itu sama-sama cemburu dan lucu" Aku semakin tak mengerti dengan ucapan mas Ari.
"Kita ngga ada hubungan apa-apa mas."
"Menurutku nih yah, kemaren Leska cemburu terus sekarang kamu yang cemburu"
"Dibilangin aku tuh ngga cemburu sama mas Leska. Itu kan menurutmu. Dan mas Leska mau deket sama siapapun itu haknya, itu terserah dia, dan bukan urusanku."
"Tapi kamu menyukainya?"
"Entahlah"
"Sudahlah, wajah dan tatapanmu kedia jelas-jelas menunjukan itu." Aku terdiam, seberusaha apapun aku menutupinya tetap saja akan ketahuan huft.
"Akupun tak tau aku menyukainya atau tidak? Yang kurasakan saat ini aku merasa nyaman berada didekatnya, aku hanya tidak suka didiamkan olehnya."
"Hmm begitu perasanmu kedia. Yasudah yang penting sekarang kamu udah balik."
"Hah? Emangnya aku kemana? Aku disini terus dan ngga kemana-mana"
"Keceriaanmu sempat menghilang"
"Heh. Aku baik-baik saja"
"Menurutku engga"
"Yaudah aku selalu kalah debat sama dirimu mas" mas Aripun tertawa

"Jalan atau angkot?"
"Udah balik lagi eh?"
"Ih emangnya aku kemana? Aku gak kemana-mana" Kulihat mas Leska menyunggingkan senyumannya.
"Angkot aja" Kamipun segera menaiki angkot yang sedang ngetem menunggu penumpang.
"Aku mau es kelapa nih"
"Yaudah beli aja"
"Kamu mau?"
"Boleh, tapi beliin. Haha"
"Siap"
"Ih engga deng bercanda mas" Ia benar-benar membelikannya untukku.
"Mas aku cuma bercanda, ini nih uangnya."
Ia malah meninggalkanku. Akupun segera mengejarnya. "Oy mas, ini aku ngga mau ngga bayar lagi."
"Mau aku diemin lagi?" Aku terdiam mendengar perkataannya.
"Ehm, tadi kenapa ngga makan sama Siska?" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kamu cemburu?" Iapun tersenyum
"Gak, cuma nanya aja, gak boleh?"
"Bilang aja kalo kamu cemburu. Haha" Ini orang kenapa nyebelin dan pede abis ya? Huft orang juga cuma nanya. Ngaku aja Ney kamu emang cemburu mumpung ada orangnya disamping kamu. Bisikan apaan ini? Dibilangin aku ngga cemburu.
"Aku ngga cemburu, aku cuma ngga suka aja didiemin. Kalopun mas Leska mau deket sama Siska itu hak mas Leska aku ngga berhak apa-apa. Aku juga bukan siapa-siapanya mas Leska kan, jadi mana ada hak buat kaya gitu." mas Leska terdiam dan kulihat ekspresi wajahnya berubah seketika. Apa aku salah bicara? Duh jadi ngga enak kalo sampe aku salah ngomong.
"Mas?"
"Hmm"
"Aku salah ngomong yah?"
"Gak"
"Yah, aku dijutekin lagi"
"Haha" ia hanya tertawa.
"Nanti beli makannya bareng ya"
"Iya, sms aja" Kami memasuki kamar masing-masing.

Apa benar aku cemburu? Apa benar aku menyukai mas Leska? Ngga itu ngga mungkin. Mungkin aja Ney, karna kebaikannya dan kebersamanmu dengannya kamu jadi menyukainya. Iya dia memang baik padaku dan ia juga baik pada semua orang. Tapi ngga seharusnya aku menyukainya, dan iapun sudah memiliki kekasih. Baru kekasih Ney, belom istri, masih bisa direbut. Hadoh kenapa kamu ngga sejalan sama aku, kamu kan juga bagian dari diriku pikiran -_-! Aku ngga mau merebut orang lain karna aku juga tak ingin bila kekasihku nanti direbut orang lain. Aku sangat tak mau itu terjadi. Sudahlah Ney jangan dipikirkan lagi. Sebaiknya kamu fokus pada laporanmu, kerjaanmu. Baiklah mulai bekerja!

Karna KebersamaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang