9. Nonton

26 3 0
                                    

"Nanti aku pulang malam ya, aku mau ketempat temanku." Aku terkejut dengan suara mas Leska yang sudah berada disampingku, aku tak menyadari keberadaannya.
"Langsung pergi?"
"Iya, ini aku udah bawa baju"
"Oh yaudah hati-hati kalo gitu"
"Iya, kamu juga makan, jangan ngga makan. Jangan keluar malam."
"Aku mana berani keluar malam sendiri?" mas Leska menyunggingkan senyumnya.
"Yaudah nanti pulang langsung beli makan diwarteg"
"Iya iya" ini orang kenapa bawel banget sih, aku lagi ngga mau dibawelin juga. huft.
"Dan jangan lupa laporanmu selesain, lusa dikumpulkan"
"Ini kan karna request an mu juga aku disuruh cepat-cepat selesaikan laporannya."
"Hahahaha, yang penting udah selesai kan"
"Yeah" mas Leska meninggalkanku sendiri. Huft kesini cuma bilang itu doang? Memang maunya apa Ney? Ngga ada sih hehe.

Kuraih ponsel dan kulihat jam menunjukan angka 9.03. Ada sebuah pesan masuk. Aku mengerutkan keningku, mas Leska?
Udah sarapan?
Belum, baru mau keluar cari sarapan.
Bisa cari sendiri?
Bisalah, aku berani kalo siang-siang.
Oke
Aku membuka pintu dan mendengar pintu dibuka. Kulihat mas Leska keluar dari kamarnya. Aku sangat terkejut ia sudah pulang. Aku fikir ia tak pulang karna hari ini juga hari sabtu.
"Udah pulang? Kukira dirimu nginep."
"Iya semalam. Gak nginep"
"Mau cari sarapan? Bareng aja kalo gitu"
Kami berjalan menyusuri trotoar, jam 9 lewat apa yang bisa dibeli? pasti udah pada habis makanannya.
"Biasanya tukang lontong sayur masih ada jam segini"
"Dimana mas?"
"Didepan sana" Akupun mengikuti langkahnya. Tak berapa lama berjalan kami menemukan tukang lontong sayur yang dimaksud mas Leska.
"Kamu mau apa? ada nasi uduk sama lontong sayur"
"Aku lontong sayur aja"
"Pa lontong sayurnya 2 ya"
"Ini" ia memberikan lontong sayur kepadaku.
"Ini berapa?"
"Satu bungkus"
"Maksudku harganya." Ia hanya mengangkat kedua bahunya.
"Mas, aku ngga enak dibeliin terus sama kamu"
"Yaudah lebih baik kamu makan aja daripada kamu merasa ngga enak" aku hanya terdiam.

"Nanti malam nobar yuk"
"Nonton apa? Dimana?"
"Harry potter aja, dikamarmu aja, nanti sambil makan malam."
"Boleh boleh"
Sampainya dikosan aku segera membersihkan badanku, rasanya sungguh lengket karna keringat.
Pesen makanan online aja ya.
Nih aku kirim menunya, kamu pilih ya.
Ini menunya kenapa sambel-sambelan semua?
Ndak tau haha, udah dipilih?
Sabar oy lagi milih.
Oke nanti aku yang pesan.
Aku pesen ayam bakar sambel goreng ati deh
Nasinya juga jangan lupa.
Hahaha iya pasti. Itu aja?
Iya itu aja.
Oke tunggu ya, udah aku pesan.
Sejam sudah kumenunggu dan makanannya belom tiba.
"Mas, makanannya mana? Filmnya juga udah setengahnya diputar"
"Iya ya, lama banget"
"Nyasar apa?"
Ponselnya bedering "Bentar deh, eh eh ini dia udah didepan, aku keluar dulu." mas Leska segera keluar.
"Ney ada 12 ribu ngga? kurang 12 ribu"
"Ada, ada nih, 12 ribu aja?" aku menyerahkan uang sebesar 12 ribu.
"Iya"
"Yeay makan makan, hmmm" Kami meneruskan nonton sambil makan. Sangat menyenangkan menghabiskan waktu berdua dengannya. Aku meneruskan makan sambil menonton sisa film harry potter.

"Nonton yuk"
"Kapan?"
"Sekarang"
"Lah tapi kan sekarang masih jam kerja, 10 menit lagi baru pulang."
"Gapapa sebentar"
"Dih mana asyik" mas Leska mengeluarkan laptop dan memutar film harry potter.
"Mas, tadi aku liat diberita online kalo yang jadi profesor snape meninggal, padahal semalem kita baru nonton. Jadi sedih"
"Iya aku juga baru baca tadi. Padahal semalam kita baru ngomongin dia ya."
"Iya mas. Wah mas berarti kita ngga boleh ngomongin orang, nanti orang yang kita omongin meninggal lagi, kan serem."
"Heh, mana ada kaya gitu?"
"Itu buktinya"
"Heh, itu kebetulan aja. Itu juga udah faktor usia."
"Hahaha kamu dibecandain gitu langsung panik hahaha"
"Ohh jadi ngeledekin aku"
"Engga engga peace, damai kita. Engga boleh marahan"
"Dasar kamu tuh, udah yuk siap-siap pulang."
Beberapa hari ini kami kembali seperti sebelumnya. Loh memangnya kalian kemana? Maksudnya kami kembali ngobrol setelah diem-dieman ngga jelas gak tau karna apa. Aku juga masih belum mengerti akan perasaanku sendiri, apakah ini suka atau sekedar kagum? Yang jelas aku sangat nyaman seperti ini. Aku sudah cukup nyaman dengan ini, aku tak mengharapkan yang lebih. Karna aku sadar akan posisiku seperti apa didekatnya. Kami hanya teman dan tak lebih. Aku meyakinkan diriku bahwa kami hanya teman.

Sore ini aku kedatangan mas Dilo dan mas Ari.
"Leska mau kemana buru-buru banget sampe lari-larian?" tanya mas Ari setelah kubukakan pintu.
"Dih mana aku tau, mungkin ada urusan kali. Aku mah ngga tau, aku bukan ibunya"
"Iya kamu memang bukan ibunya tapi calon masa depannya"
"Duh bahasannya apaan ini? Ngga ada kaya gitu-gituan. Sekolah dulu yang bener, lulus dulu kerja bahagiain diri"
"Like Ney" kata mas Dilo
"Nih contoh baiknya lagi kuliah master, ya gak mas"
"Hahaha, mastercard" jawab mas Dilo
"Dih si dodol, orang lagi diangkat tinggi-tinggi malah terjun bebas sendiri"
"Ya bagus dong, sebelum aku dihempaskan lebih baik menghempaskan sendiri"
"Dih apa sih topiknya? Dasar jomblo, korban perasaan ya mas? hahaha" ledekku
"Sialan"
"Haha lagi kamu juga sih Lo, ngomongnya minta dicengin haha"
"Iya ya, yaudahlah maafkan saya yang jomblo ini. Berbeda sama kalian berdua yang udah taken"
"Taken dari hongkong, taken sama siapa juga?"
"Ya sama Leska lah siapa lagi? masa Ari"
"Hah, udahlah kalian kesini mau ngapain? kenapa jadi main ceng-cengan gini."
"Abis kamu lucu aja dijadiin bahan buat cengan" timpal mas Ari.
"Duh aku dibully nih sama kalian hiks"
"Ngadu sana ke mas Leskamu"
"Sudahlah" Kami bertiga membahas laporan pkl yang sudah kubuat untuk mereka pelajari.
"Sepertinya Leska udah pulang ya" kata mas Ari. Aku hanya mengangkat kedua bahuku.
"Coba line dia suruh kesini biar rame"
"Panggil aja, ketauan nih males jalannya dan tergantung banget sama teknologi. Kecanduan teknologi nih"
"Sekarang zaman modern coy, jadi wajar aja kalo memanfaatkan teknologi."
"Tapi ngga gitu juga kali, keluar pintu kamarku juga cuma 6 langkah sampe depan pintu kamarnya."
"Yaudah kamu yang panggil Ney"
"Lah kenapa jadi aku, yang butuh siapa?" tanpa kusadari kuketikan beberapa huruf dan kukirim ke mas Leska.
Mas dari mana? Sini mas, ada mas Ari sama mas Dilo.
Jalan-jalan aja. Ngapain mereka?
Main aja, katanya mau ngebahas laporan pkl. Sini mas dirimu ditanyain sama mereka.
Oke
Tok tok, aku menoleh dan mas Leska menampakan wajahnya dari balik pintu yang tertutup sedikit.

Karna KebersamaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang