10. Sebelum Pulang

34 3 0
                                    

"Nanti malam datang ya kekosan Ney" kata mas Leska setibanya diruang tunggu yang sudah ramai dengan mahasiswa yang sedang pkl.
"Lah apa-apan mas? Kosanku kan kosanmu juga"
"Mau ngapain mas?" tanya Mutiara
"Main aja, sekalian melepas kepulanganku"
"Kenapa ngga dikosanmu aja Les?" tanya mas Dilo
"Kamarku sempit Lo"
"Yaudah nanti jam berapa Les?" Tanya mas Ari
"Jam 7 dikamar Ney ya."
"Yaudah siapin amunisinya aja ya" kataku
"Yaudah kamu siapin kamar ya Ney"
Ya, besok mas Leska sudah selesai melakukan pkl. Rasanya akan seperti apa ya besok tanpa dirinya? Sudahlah aku tak mau menerka-nerka apa yang akan terjadi esok, biarlah mengalir seperti air yang mengalir disungai.

"Jangan lupa amunisi buat nanti malam ya"
"Iya iya ini sekalian keminimarket buat beli makanan"
"Oke, aku sekalian beli minum deh"
"Dah sana masuk rapihin kamarmu, nanti malam kita party"
"Haha gaya-gayaan party"
"Ya kan biar ngga sedih besok ditinggal aku"
"Dih pede, siapa juga yang sedih"
"Yaudah liat aja nanti, kalian semua pasti bakalan sedih ditinggal sama aku, apalagi kamu yang pulangnya beberapa hari lagi"
Ya selisih kepulangan kami 2 hari.
"Engga lah ngapain juga sedih wee, aku juga pulang 2 hari setelahya."
"Yaudah hati-hati ya besok malam tanpa aku."
"Dih emangnya ada apaan? gak usah nakutin deh, yang ada aku ngga bisa tidur"
"Hahaha"
"Jahat kan jahat"
"Dah sana masuk, rapihin itu kamarnya"
"Iya bawel kaya ikan"
"Mana ada ikan bisa ngomong"
"Bisalah ikan ngomongnya pake bahasa ikan, kalo dia ngga ngomong gimana dia interaksi sama ikan lainnya?"
"Ya deh"
"Haha, yaudah ah aku masuk" aku berbalik masuk kekamarku. Aku merapikan pakaian yang tadi kukenakan untuk pkl kedalam plastik. Sebetulnya kamarku tak berantakan banget sih, lagipula juga cuma ada lemari dan tempat tidur. Kulihat ponselku yang berkedip-kedip. Sepertinya ada pesan.
Ney, aku didepan kosan.
Iya masuk aja mas, sama mas Dilo kan?
Iya aku sama Dilo, ini juga ketemu sama Mutiara sama Siska didepan. Jemput.
Aku bergegas keluar untuk menjemput mereka.
"Manja ah, biasanya juga masuk masuk aja"
"Haha itu Dilo tadi yang ngetik"
"Mas Dilo manja banget deh"
"Haha aku kan gak mau kamu berduaan sama Leska terus"
"Siapa juga yang berduaan? mas Leska aja masih dikamarnya. Kalian naik apa Mut Sis?"
"Kita naik angkot Ney" jawab Siska.
"Ohh gitu, yaudah kalo gitu. Ayo"

"Silahkan masuk. Welcome in my room. Maaf ya kalo berantakan"
"Kamarmu selalu rapih ya Ney"
"Ini berantakan Ney? Neysa belom liat kamar kita ya Mut."
"Iya Sis"
"Kayanya aku tau kenapa Leska minta dikamarmu Ney"
"Kenapa?" tanyaku sambil mengeluarkan 1 botol besar air mineral.
"Karna kamarmu rapih"
"Kamu tau kan kamar cowo itu selalu berantakan"
"Tergantung orangnya sih menurutku. Kamar kaka sepupuku selalu rapih"
"Ya biasanya kan kamar laki-laki itu berantakan" sahut mas Dilo dan aku hanya mengankat bahuku. Aku memang belum pernah masuk kekamarnya, ya aku tak berani masuk kekamar orang lain. Karna kamar itu kan merupakan keseharian dari sipemilik kamar itu dan suasana, tata letak benda, dan benda-benda yang ada dikamarnya merupakan isi dari dirinya. Hmm, kamar itu seperti isi hati, fikiran, sifat, dan kepribadian dari si pemilik. Aku tak mau memaksa masuk bila tak diizinkan. Kamar itu juga merupakan rahasia dari pemiliknya. Tanpa kita sadari semua yang ada dikamar kita itu menandakan kepribadian dan sifat kita sebagai pemilik kamar.
"Mas kenapa gak dikamarmu?" tanya Siska ketika mas Leska datang.
"Dibilang kamarku sempit"
"Sempit apa berantakan?" ledek mas Dilo
"Hahaha. Kamu taulah Lo"
"So, kita mau ngapain?"
"Nonton aja, kamu ada film kan Ney?"
"Ada, tapi amunisinya mana?"
"Oh iya lupa" mas Leska menepuk keningnya dan bergegas kekamarnya.
"Ada film apa Ney?"
"Liat aja mas"
"Ada horor juga?" tanya mas Ari saat melihat isi dari hardisk dilaptopku.
"Jangan horor please, nanti aku ngga bisa tidur. Itu film adikku" kataku memelas.
"Kan seru kalo nonton horor Ney, nanti kalo takut tinggal ngumpet dibelakangnya aja kaya difilm-film gitu"
"Dih realita tak seindah bayangan dan harapan ya"
"Kayanya pengalaman banget Ney" celetuk mas Leska yang sudah duduk manis tak jauh dari sampingku.
"Cuma pemikiran ajah" Mas Ari sudah memutar film dan mematikan lampu layaknya dibioskop tapi lesehan dan tiduran ala-ala pantai, haha.
"Lagipula filmnya juga cuma ngagetin" kata mas Ari yang duduk disampingku.
"Iya tapi tetep aja bisa bikin orang jantungan. mas Dilo lampunya nyalahin aja." pintaku karna yang dekat saklar lampu ya mas Dilo.
Dan benar saja aku sungguh penakut. Saat adegan dan suara yang ngagetin ditambah teriakan dari Mutiara aku tak sengaja dan reflek memukul kaki mas Leska yang berada disampingku.
"Weh Ney, hati-hati, untung kamu ngga mukul yang lain. Kalo salah mukul gimana? Bahaya"
"Maaf maaf, aku reflek, lagian kan udah aku bilang aku ini penakut dan jangan nonton horor. Kena pukul kan jadinya."
"Wah bahaya nonton horor sama kamu Ney, keluar bioskop bukannya seneng malah babak belur, haha" timpal Siska
"Hahaha, kan udah kubilang kaya difilm-film lah Ney, kamu ngumpet dibelakangnya." sahut mas Dilo.
"Dih kan aku juga udah bilang realita tak seindah bayangan dan harapan, namanya juga reflek hahaha"
"Dan untungnya bukan aku yang kena pukul, haha" sahut mas Ari
"Dibilang reflek jadi gatau siapa yang bakal kena hahaha"
"Udah udah nonton yang lain aja deh, aku juga takut." sahut Mutiara.
"Yaudah main Turt or Dare gimana?" usul Siska
"Yaudah boleh" jawab mas Ari dan disetujui dengan anggukan oleh mas Dilo. Aku meletakan botol kosong ditengah-tengah saat kita sudah duduk membuat lingkaran kecil.
"Siapa duluan?" tanya Siska
"Gambreng ajah" jawab Mutiara. Kami menyetujui usul Mutiara. Mas Ari yang memutar botol pertama kali dan menunjuk kearah Mutiara dan Mutiara memilih Turth.
"Aku yang nanya ya. Mut, kalo kamu disuruh milih antara Ari sama mas Dion kamu pilih siapa?" tanya mas Dilo
"Ngga dua-duanya, aku milih yang lagi berlayar aja. Udah aku puter nih botolnya" Mutiara memutar botolnya dan mengenai mas Leska, ia meminta turth.
"Aku nanya ya, sedih ngga besok pulang?" tanya Siska.
"Sedih lah, aku bakal kangen kalian semua."  kulihat mas Leska melirik kearahku.
"Yang bakal paling kamu kangenin siapa?" tanyanya lagi dengan antusias.
"Lah kan satu putaran satu pertanyaan. Skip buat nanti hahaha" elaknya dan langsung memutar botol pas mengenaiku. Akupun memilih turth daripada dare nanti takutnya disuruh yang aneh-aneh, mending jujur aja deh hahaha
"Aku nanya nih, perasaanmu ke mas Leska gimana? Besok kan dia mau pulang" tanya mas Ari tepat menusuk jantungku ditanya seperti itu.
"Ya yang pastinya sedih lah, dari aku pertama disini dibantuin sama mas Leska sampe aku ngkos juga dibantuin sama mas Leska."
"Terus menurutmu mas Leska gimana?" tanya Siska sebelum kuakhiri jawabanku
"Hmm, menurutku nih mas Leska itu baik, perduli, ramah, ehm apalagi ya? ya gitulah pokonya."
"Terus kamu suka ngga sama mas Leska" tanya Siska lagi.
"Dih kenapa aku jadi diborong pertanyaan, gantian ah, ini mah nanti malah jadi ajang curhat. udah ah gantian yang lain" aku segera memutar botol dan mengenai mas Leska.
"Mas menurutmu Ney kaya gimana?" tanya Siska langsung tanpa diberi aba-aba. Ini bakalan jadi ajang curhat ini mah.
"Hmm" ia melirik kearahku saat kami semua menunggu jawabannya. "Neysa itu baik, lucu, penakut, bandel, ceria."
"Terus Ney kamu nganggep Leska apa? tanya mas Ari cepat.
"Dih ini udahan mainannya? ceritanya mau curhat-curhatan gitu?"
"Iya udah jawab cepet" potong Siska cepat.
"Hmm, mas Leska ya, apa yaa" aku melihatinya sejenak "Mas Leska baik sama aku, udah kaya kaka aku sendiri walapun baru kenal aku ngerasa bukan orang asing sama kalian juga."
Tak berasa jam sudah menunjukan angka 10 malam. Mereka semua pamit pulang kekosan masing-masing karna besok kita masih pkl. Semuanya sudah pamit dan berpamitan ke mas Leska.
"Aku juga"
"Kamu besok pagi aja sebelum berangkat Ney."
"Oh oke deh"
"Yaudah kita duluan ya, bye" pamit mas Ari.
Oh iya aku lupa. Ibuku menyuruhku memberikan hadiah ke mas Leska karna ia sudah banyak membantuku. Aku segera mengambil sebuah kotak kecil yang dibungkus plastik. Tadinya aku mau pakein bungkus kado, tapi aku tak sempat untuk membungkusnya. Kuserahkan saja sama plastiknya ya hehe
Tok tok
"Ya" mas Leska membuka pintu.
"Udah mau tidur belom?"
"Belom, kenapa?"
"Mau ngasih ini, ini dari ibuku"
"Apa nih?"
"Ngga tau ibuku. Yaudah aku balik kekamar ya, selamat istirahat." Rasanya sedih banget kalo harus pisah. Mudah-mudahan kita ngga akan pernah putus silaturahmi ya. Yaallah tolong jaga pertalian silaturahmi ini, tali silaturahmi kami. Aku melihat ponselku yang berkedip ada pesan masuk dari mas Leska.
Makasih ya jamnya, aku ngga bisa ngasih apa-apa kekamu.
Itu bukan dari aku dibilang, itu dari ibuku. Aku ngga minta dibales mas, aku terima kasih banget sama kamu udah mau temenan sama aku, bantuin aku, mau direpotin terus sama aku.
Hahaha, buat anak bandel apa sih yang engga? Jaga diri baik-baik ya. Jangan malas makan lagi, harus berani.
Siapa anak bandel?
You're the only anak bandel, but in good way.
Idih, aku ini anak baik-baik yang ngga pernah keluar malam -_-!
Hahaha, udah sana kamu tidur, besok pagi ngantor kan. Jangan lupa bangunin aku.
Iya deh iya

Karna KebersamaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang