11. Perpisahan

46 3 0
                                    

Kulihat jam diponselku menunjukan angka 6.
Mas udah bangun? Aku mau berangkat sekalian pamitan.
Belom, 5 menit lagi
Belom bangun bisa bales eh? ngigau?
Ntar aja setengah 7 berangkatnya.

Aku merasa sangat sedih sejak aku bangun tidur tadi, aku ingin segera sampai kantor bertemu mas Ari dan yang lainnya, aku yakin sebentar lagi mas Ari sampai. Aku tak siap dengan perpisahan, mengapa perpisahan itu sangat menyedihkan. Aku tak suka dengan perpisahan. Ini sungguh sangat menyedihkan. Hey Ney kenapa kau seperti ini? Ini bukan dirimu, ayolah ia juga punya kehidupan yang harus ia jalani. Lagipula ia siapamu sampai kau harus bersedih seperti itu? Aku juga tak mengerti kenapa rasanya sesedih ini.
Aku mau minum dikantor mas, minumku habis.
Tahan aja dulu, pas puasa kan lebih jago dan bisa.
Kenapa ia menahanku seperti ini? huft, aku sungguh sedih tapi aku tak boleh nangis, aku tak boleh sedih didepannya, nanti dia ikut sedih. Come on Ney, smile. Aku menarik nafasku dalam dan membuangnya berusaha menghilangkan kesedihan dan suasana aneh ini.

Mas udah setengah 7 nih.
Oke
Aku keluar kamar dan mengetuk kamarnya, ia segera membuka pintu. Ia tersenyum namun wajahnya terlihat sedikit kusut.
"Yaudah aku mau berangkat, jangan sampe putus silaturahminya ya, kamu hati-hati dijalan, terusin sekolah yang bener biar bisa selesai tepat waktu. Jaga kesehatan"
"Iya kamu juga jaga kesehatan, jangan malas makan, harus berani tanpa aku." aku tak dapat menahan air mataku yang sudah siap jatuh dari pelupuk mataku. Harusnya aku berangkat aja tanpa pamit. Aku berlari memasuki kamarku dan menangis. Mengapa aku menangis? Pasti ada yang salah dengan diriku, Mengapa aku secengeng ini? Come on Ney kamu bisa, kamu harus berangkat. Kalo kamu nangis gini ia tak akan tenang pulangnya. Pesan masuk dari mas Leska
Udah nangisnya? Udah sana berangkat, udah siang.
Aku mengusap air mataku berjalan keluar dan mengunci pintu. Kulihat ia berada didepan pintu kamarnya masih dengan wajah kusutnya.
"Yaudah aku berangkat, jangan ngomongin perpisahan lagi, aku gak akan bisa berhenti nangis nanti." Ia mengangguk mengerti dan memberikan sebuah hadiah padaku. Aku hanya melihatinya dan berkata apa ini melalui ekspresiku. Ia semakin menyodorkan hadiah itu dan tersenyum. Dengan ragu aku mengambilnya.
"Menurutku ini bagus untuk kamu pelajarin"
"Oke makasih mas, tetap kontakan ya" aku berjalan melewatinya. Aku tak ingin menangis lagi didepannya.

Aku pamit ya, kamu jaga diri. Tetep jaga silaturahmi ya.
Mas udah dong jangan ngomongin kaya gitu lagi, nanti aku ngga bisa berhenti. Ini menyedihkan.
Oke deh, yaudah kalo gitu. Jangan lupa sarapan
Siap bos

"Hari ini keliatan kusut banget Ney" kata pas Haris
"Sedih ditinggal Leska dia pa" sahut mba Rara
"Tenang Ney, kalian masih satu negara ko, jadi masih gampang buat ketemu." timpal mba Put. Tumben mba Put malah semangatin aku dan sepertinya aku salah masuk kepantry saat ini. Aku hanya tersenyum.
"Udah nanti kalian ketemu lagi ko, yang penting tetep jaga silaturahmi. Kamu punya kontaknya kan Ney. Tetep komunikasian aja" kata pa Arsi mengingatkan.
"Iya pa punya."
"Ya punya lah pa masa ngga punya, udah sekosan bareng juga" ledek mba Put, semuanya tertawa mendengar ucapan mba Put. Aku pamit dan keluar dari pantry, berjalan menyusuri seluruh ruangan. Kulihat mas Ari dan mas Dilo sedang ngobrol dengan mas Aji, akupun mendekati mereka.
"Loh Ney gak pulang bareng Leska?" tanya mas Aji. Halah apa pula ini pertanyaannya. Ada apa dengan atmosfer digedung ini hari ini.
"Leska tuh orangnya baik Ney, kalo aku jadi cewe aku juga bakalan suka sama Leska" lanjutnya tanpa berpaling dari kerjaannya. Ini mas Aji lagi kenapa? tiba-tiba curhat gini sama aku? mas Aji lagi pms ya jadi sensitif gini? Aku melirik kearah mas Ari dan mas Dilo, mas Ari hanya mengangkat pundak.
"Tenang aja Ney, kalo jodoh juga bakal ketemu lagi"
Lah ini kenapa jadi ngomong begini? Aku kesini bukan mau dapetin atau minta wejangan, justru sebaliknya aku kesini menghindari wejangan -_-!
"Menurutmu Leska gimana Ney?" mas Aji menoleh kearahku.
"Ya mas Leska baik, ramah, perduli sama orang lain" mas Aji hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Perpisahan itu memang menyedihkan Ney. Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Tuhan sudah menciptakan sesuatu itu dengan pasangannya. Berdoa aja supaya tetep terjaga tali silaturahminya."
"Iya mas" aku melihat jam yang melingkar manis ditanganku menunjukan angka 11.25.
mas Ari yang melihatku bertanya jam berapa? aku memperlihatkan jamku padanya. Tak lama mas Aji juga melihat jam ditangannya. "Udah tinggalin, waktunya makan siang" Kamipun menurut dan keluar untuk istirahat makan siang.

"Ney, kamu sedih yah Leska pulang?" tanya mba Rara
"Ya pastilah mba, secara sebulan ini sama-sama terus, apa-apa dibantuin sama dia."
"Kamu suka?"
"Ngga tau mba, aku juga ngga paham ini suka atau kagum. Yang jelas aku gak mau mengharapkan yang lebih. Aku merasa nyaman temenan sama dia hehehe"
"Ohh gitu ya, yaudah kalo jodoh ngga akan kemana ko Ney"
"Iya mba"

Aku mengurus kepulanganku, ya hari ini aku pulang. Duh berasa kaya lagi akademi deh hahaha. Aku menuju pantry untuk istirahat sejenak.
"Udah ceria lagi nih ya Ney, udah ngga sedih lagi dong ditinggal Leska" ledek pa Haris.
"Iya ya kemaren kusut banget, murung gitu" timpal pa Arsi.
"Hehehe engga ko pa"
"Udah kamu urusin?" tanya pas Arsi saat aku duduk disampingnya.
"Iya pa sudah, sudah beres"
"Yaudah bagus bagus, jadi kamu tinggal pulang? Dijemput atau gimana?"
"Iya dijemput, kemaren ibu dateng kekosan"
"Ohh pantes ada ibunya" celetuk pa Haris lagi
"Hehehe"

Aku berpamitan pada semua orang yang bekerja diruangan ini, karna dengan bantuan mereka aku dapat menyelesaikan pklku disini. Setelah berpamitan kami semua berfoto sebagai kenang-kenangan. Duh ini yang buat aku makin sedih, perpisahan, kenapa harus ada perpisahan sih? Aku berusaha seceria mungkin.
"Aku duluan ya" pamitku pada teman-teman seperjuangan. Aku mengetikan beberapa huruf dan kukirim ke pas Arsi.
Terimakasih pa, atas bantuannya buat Ney. Ney pamit ya pa.
Iya Ney, hati-hati ingat pesan bapa ya, semoga kamu menjadi anak yang berguna dan bermanfaat.
Iya pa terimakasih banyak.
Jangan sungkan main kesini kamu udah kaya keluarga dan anak bapa disini.
Iya pa nanti Ney sempetin main-main.
Aku tak dapat menahan air mataku, aku menangis dalam diam.

Sebuah pesan masuk dari mas Leska
Udah pamit?
Udah dan ini ngga berhenti nangis. Kenapa perpisahan itu menyedihkan sih -_-!
Hahaha, udah jangan nangis, ada ibu kan, masa nangis didepan ibu, malu. Kalo menyenangkan namanya liburan.
Ihh serius tau -,-
Hahaha yaudah hati-hati dijalan
Iya dan selamat bermacet-macet ria to me
Hahaha.

Karna KebersamaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang