"Nobody should be forced to do things they don't want to do."
- Ella of FrellKalian pernah menonton film Ella Enchanted? Film a la Cinderella versi pengarang novel Gail Carson Levine yang mengisahkan seorang gadis bernama Ella. Dia harus menerima gift dari sang Ibu Peri, di mana dia akan patuh melakukan apa pun perintah yang diberikan padanya. Alih-alih menjadi berkat, hal itu justru menjadi curse (kutukan) bagi Ella.
Setelah menonton film itu, aku menyimpulkan bahwa kisah hidup Ella dan hidupku hampir sama. Meski tentu saja takdir kami sama sekali tidak serupa.
Supaya kalian tidak salah, jangan membayangkan bahwa wajah dan fisikku bagai pinang dibelah dua dengan Anne Hathaway yang memerankan Ella. Jauh, amat sangat jauh. Dia bule, aku oriental. Dia tinggi semampai, aku semekot (semeter kotor) alias pendek.
Jika dia yatim piatu, maka aku juga begitu. Meski sebenarnya aku tidak tahu apakah ayahku masih bernyawa. Karena sebelum aku lahir, ayahku pergi meninggalkan ibuku yang sedang mengandung. Mereka bahkan tidak pernah menikah.
Sejak lahir aku dirawat dan dibesarkan oleh adik ibuku, Tante Dina namanya. Akan tetapi, dia tidak terlalu memperhatikanku. Hidupnya dihabiskan untuk karir, karir, dan karir. Sampai dia lupa untuk menikah. Dan di usianya yang keempat puluh tahun, dia berstatus perawan tua.
Namun, alasan utamanya tidak menikah adalah karena dia kecewa pada laki-laki. Dia pernah beberapa kali hampir menikah, tetapi pacarnya ternyata sudah dijodohkan, ada yang ternyata suami orang, bahkan ada yang ternyata seorang penipu yang menguras hampir seluruh tabungannya. Semenjak itu dia menyerah dan memutuskan hidup sendiri selamanya. Dan tentunya bersamaku.
Tante Dina selalu memperingatkanku agar berhati-hati pada laki-laki. Dia tidak ingin aku bernasib sama seperti ibuku. Dicampakkan laki-laki yang dicintainya saat tahu beliau hamil lalu akhirnya meninggal setelah berjuang melahirkanku.
Karena itulah, di otakku sudah tertanam doktrin bahwa laki-laki hanya suka memanfaatkan perempuan, habis manis sepah dibuang. Dan kata Tante Dina, laki-laki itu berbahaya.
Akan tetapi, bahaya yang mengintaiku hari ini datang dari sekelompok gadis-gadis cantik dan modis di kampusku. Mereka sedang menyudutkanku di kelas kosong pagi ini.
Flora, salah satu yang terkenal paling cantik, menjejalkan kantong kain hitam kecil ke tanganku.
"Nih, lo letakin dalam tasnya. Letakin di tempat paling tersembunyi yang kira-kira gak bakal gampang kelihatan. Pokoknya harus berhasil lo masukin gimana pun caranya." Gadis itu berkata dengan ekspresi yang kelihatan sedikit mengerikan. Kelihatan sangat berambisi untuk sesuatu yang sangat sulit dia dapatkan.
Aku memandang kantong itu dan mengernyit. "I-ini apa?"
Flora menatapku tidak sabar.
"Nggak usah banyak tanya! Kerjain aja yang gue suruh. Lo ikutin ke mana pun dia pergi seharian ini. Cari kesempatan buat masukin itu dalam tasnya. Kalo nggak, awas lo!"
Awas lo. Itulah kata-kata magis yang selalu Flora ucapkan padaku jika dia sedang memaksaku melakukan sesuatu.
Dia jelas bukan anak presiden negara ini, tetapi ancamannya selalu berhasil membuatku tak berkutik. Karena dia terkenal mampu memanipulasi pikiran orang. Dia bisa membuatku berpikir bahwa kedekatannya dengan dosen-dosen di fakultas kami bisa memengaruhi nilai-nilaiku. Bahkan dia mengancam akan membuatku di-drop out dari kampus jika berani menolak.
Bodohnya aku, aku percaya semua itu dan melakukan apa saja yang dia inginkan.
Sudah lihat benang merah antara diriku dan Ella? Ya, aku bagaikan mendapat gift (baca: curse) seperti Ella. Begitu orang-orang memaksaku melakukan sesuatu, maka aku seolah tidak punya daya dan upaya untuk menolaknya. Bahkan sekalipun yang mereka inginkan adalah sesuatu yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn On
RomanceLebih banyak drama! Turn On Season 2 sekarang sudah tayang di Vidio. *** Andreas bersikap dingin terhadap perempuan serta menderita impoten akibat trauma psikologis setelah dikhianati mantan kekasihnya, tetapi karena kesalahpahaman dia...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi