Remuk.
Itulah yang badanku rasakan saat ini. Capek, lelah, mengantuk, dan sedikit pusing. Ditambah lagi aku sedang mendapat tamu bulanan saat ini, perutku kram.
Namun, aku harus menyelesaikan banyak pekerjaan di apartemen Andreas seperti hari-hari sebelumnya. Sudah satu bulan lamanya aku menjalani hukuman itu. Sebagai pembantu.
Aku tidak pernah menyangka bahwa nasib sial akan membawaku kepada seorang Andreas Calvin Malik. Gadis-gadis di kampus pasti akan rela membunuhku demi mendapatkan kesempatan seperti yang aku alami saat ini. Meskipun sebagai pembantu.
Bukan berarti aku bangga dengan kenyataan ini. Aku justru berharap ada orang lain yang mau menggantikanku, dan tentu saja ada banyak di luar sana. Hukuman ini benar-benar menyiksaku, lahir batin.
Andreas benar-benar laki-laki dingin dan tidak berperikemanusiaan. Dia tidak pernah berbicara padaku selain mengucapkan perintah ini dan itu. Dia tidak segan-segan membentak dan memarahiku jika ada hasil yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Jika aku mengerjakannya dengan sempurna, dia bahkan tidak mengucapkan terima kasih. Sekadar tersenyum pun tidak. Padahal aku sudah mengorbankan waktu istirahat, bahkan waktu makanku untuk mengerjakan semuanya.
Sebenarnya apartemen Andreas sangat rapi dan bersih, mengingat dia hanya tinggal sendirian. Akan tetapi, dia seperti mengidap phobia debu dalam taraf akut. Semua ruangan dan benda apa pun harus dibersihkan setiap hari hingga ke sudut-sudut tersembunyi. Lambat laun aku jadi curiga jangan-jangan itu hanya akal-akalannya saja untuk menyiksaku.
Belum lagi siksaan batin yang kurasakan setiap kali dia melakukan pemeriksaan rutin yang menurutku sangat konyol. Aku tahu dia menganggapku pencuri sejak kejadian itu. Tindakannya memeriksaku sangat masuk akal. Walau begitu, siapa yang tahan jika tubuhmu diraba setiap hari, meskipun dengan menggunakan media tongkat. Bahkan sekalipun dia gay, tetap saja itu pelecehan!
Setiap hari aku berdoa semoga hari itu adalah hari terakhir hukumanku, tetapi sepertinya hari ini pun tidak ada tanda-tanda semua ini akan berakhir. Dia meninggalkanku sendirian di apartemen ini, entah ke mana.
Sekarang sudah sore dan aku sedang memasak untuk makan malam di dapurnya yang luar biasa lengkap untuk ukuran laki-laki, single pula. Asal kalian tahu, aku bahkan belum sempat makan siang, karena setelah dari perpustakaan siang tadi, aku diburu waktu untuk pergi belanja bulanan. Hanya sebotol air mineral yang mengisi lambungku sejak tadi. Bukan Equil, tentu saja. Aku tak cukup berani mencicipinya.
Aku memasak steak daging sapi untuk makan malam Andreas. Menggunakan daging sapi dengan kualitas ekspor yang dimasak dengan bahan-bahan yang aku sendiri tidak pernah menggunakannya seumur hidupku. Aku cukup syok saat menyadari total uang yang dihabiskan untuk berbelanja kebutuhan dapurnya melebihi uang bulananku dari Tante Dina.
Baiklah, aku tahu aku sedang membicarakan seorang Andreas Calvin Malik yang berasal dari kalangan kelas atas. Dia memiliki kehidupan yang sangat jauh berbeda denganku yang hanya dari kalangan menengah.
Orang-orang seperti Andreas menuntut kualitas. Sesuatu yang kuanggap sudah cukup bagus, baginya biasa saja. Bahkan apa pun yang melekat di dirinya, apa yang dia makan dan kenakan, semuanya harus yang terbaik.
Masakanku sudah hampir matang dan aromanya membuat perutku keroncongan. Aku sudah tidak sabar untuk keluar dari sini dan membeli makan malamku. Membayangkan sepiring pecel lele kaki lima membuatku meneteskan air liur.
Aku memang tidak pernah memakan makanan yang kubuat di apartemen ini. Dia tidak pernah menyuruhku, maka aku cukup tahu diri untuk tidak memakan apa pun tanpa seizinnya. Aku tidak mau dianggap pencuri makanan juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn On
RomanceLebih banyak drama! Turn On Season 2 sekarang sudah tayang di Vidio. *** Andreas bersikap dingin terhadap perempuan serta menderita impoten akibat trauma psikologis setelah dikhianati mantan kekasihnya, tetapi karena kesalahpahaman dia...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir