Tak terasa sudah 6 bulan aku berada di sekolah ini. Tanpa masalah apapun, Aku senang kehidupan ku berjalan dengan lancar selama di sekolah. Tanpa ada permasalahan yang sulit. Hampir semua masalah yang aku alami 6 bulan ini masih dapat aku hadapi.Aku sekarang berteman akrab dengan Langit, kakak kembar Bintang. Aku kerap bingung, karena tak ada seorang pun yang tahu bila Bintang mempunyai Kakak kembar yang bernama Langit. Bahkan Venus pun tak tau.
Aku ingat jelas saat aku bertanya pada Venus tentang Langit.
"Langit? Siapa?"
"Kembaran nya bintang, lo nggak tau?"
Venus menggeleng pelan."Emang bintang punya kembaran?Ngaco lo. Mulai gila adek gua gara gara nonton Naruto." Venus melenggang pergi ke kamarnya dengan membawa baju baju hasil jerih payahnya meminta uang pada Ayah. Katanya sih gitu.
Aku kesal oleh perkataan Venus. "DARIPADA LO NONTONNYA INDIA TERUS. DASAR EMAK EMAK"
Aku terkekeh saat mengingat kejadian itu. Sungguh lucu dan menyebalkan, dan sampai sekarang Venus tidak percaya bila bintang mempunyai kembaran.
Ku dengar suara bel telah berbunyi menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Dari hari pertama aku masuk sekolah, Aku selalu duduk sendiri. Tapi tidak masalah bagi ku, karena menurutku . Tuhan pasti akan memberikan jalan terbaik di lain waktu. Seperti saat ini, mungkin nanti ada seorang murid baru yang akan duduk di bangku sebelahku.
Guru ku memasuki kelas ku dengan kacamata hitam legam nya. Dia jalan beriringan bersama seorang gadis berambut seperti Venus dengan kulit selembut sutra dan seputih susu.
Gadis itu memperkenalkan dirinya. "Assalamualaikum, Hai semua. Kenalin nama gua Rahayu Rembulan Purnama. Teman teman biasanya manggil gua Bulan. Gua pindahan dari Caraka Elang Senior High School"
Semua siswa di kelas ku terpana akan kecantikan Bulan. Karena Bulan bak bintang yang selalu bersinar dengan iringan langit yang gelap. Sehingga dia tampak lebih bersinar dengan cahaya nya yang benderang.
Ku lihat langkah bulan mendekati ku secara perlahan. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana cahaya yang bulan keluarkan di hadapan ku. Sungguh Mempesona.
"Bu, saya duduk bersama gadis ini saja ya" Pernyataan Bulan menyadarkan ku dari pesonanya. Semua siswa mendesah pasrah, mereka berharap Bulan akan duduk dengan salah satu diantara mereka.
Bulan mengulurkan tangan lembutnya yang selembut sutra. Ku gapai tangan itu, dan benar tangan itu memang selembut apa yang ku bayangkan. "Gua Bulan"
"Mentari"
........
"Gua nggak nyangka lo bisa kenal sama Langit" Aku tetap melahap bakso dalam mangkuk ku. Tanpa mengenyahkan pernyataan Bulan.
Aku mengangguk. "Kan udah gua jelasin lan, gua ketemu dia nggak sengaja gara gara dia ada di halte depan sekolah terus dia mirip sama kakak kelas sialan gua disini. Namanya Bintang"
Bulan melihat ku dengan tatapan tak percaya. "Jadi kabar langit di sekolah gua, kalo langit punya kembaran itu benar?" Aku mengangguk dengan tetap fokus melahap bakso itu.
Awan yang sedari tadi berada disamping ku juga tetap fokus dengan makanannya. Bulan menggelengkan kepala nya.
"Wan makan nya yang bener, jangan bececeran ah kayak anak bayi lo" Gerutu Bulan. Tapi ku lihat Awan tak memperdulikan kata kata Bulan.
Lalu Awan mengadahkan kepalanya melihat kearah Bulan. "Lo lebay lan"
Aku terkekeh melihat pertengkaran mereka. Namun, ku lihat Bulan menekuk bibir nya itu. Ku sikut Awan yang sedang fokus dengan makanan nya. Awan mengerti maksud ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari
Novela JuvenilRembulan bersedih saat tahu. Bintang tak memilihnya tuk jadi kemilau yang terang. Langit bergemuruh saat tahu. Mentari hanya bersinar untuk sang Bintang. Venus menghilang saat tahu. Awan lebih memilih Mentari yang jauh lebih benderang. "Semua tentan...