Mentari bertemu Bintang di Langit.

406 9 0
                                    


"Mentari bangun waktunya sekolah" Suara itu terdengar sangat lantang di pendengaran ku. Namun, mata bulat ini tak urung jua membuka kelopaknya. Yang membuat aku masih bergelut diselimut dan kasur penghantar mimpi ku.

Pintu terbuka, seorang perempuan paruh baya menarik selimut ku. Aku tahu jelas dia adalah Mama, seorang perempuan yang membuatku masih berdiri disini sampai sekarang.

"Ayolah anak perempuan mama yang paling cantik ayo bangun." Mama terus menarik narik selimut yang sedang di dekap oleh ku dengan erat. Rasanya enggan sekali bangun dari ranjang yang sangat nyaman ini.

"Oh jadi mau tari gini, nanti mama bilang ayah" Kata kata terakhir mama itu membuat ku tersentak. Yang membuat ku terbangun dan duduk diranjang kasur dengan wajah yang kusut. Ku dengar mama terkekeh akan kelakuanku.

Lalu dia keluar dari kamar ku, menyisakan ku sendiri diruang kamar. Aku bangun dari kasur dengan malas menuju kamar mandi, ku tarik handuk yang ada di dekat pintu kamar mandi.

...........

"Tari gimana rasanya jadi anak SMA?" Ku pandang gadis berambut lurus dengan sandwich keju ditangannya . Mata berwarna hitam kelam itu membuatku kerap iri dengan gadis itu.

"Biasa aja, nggak terlalu berkesan" Ku lirik sekilas. Gadis itu membulat kan matanya dan kemudian terkekeh pelan.

"Nanti kalau lo masuk dan ngerasain masa masa sma pasti lu bakal kaget. Dan excited banget"

Aku memutar bola mata. Aku bingung mengapa gadis berlebihan ini bisa menjadi kakak ku? Sungguh menyebalkan.

"Sudah sudah ven jangan terus berbicara. Cepat selesaikan makannya dan cepat ke sekolah." Mendengar perkataan mama membuat ku dan kak Venus melahap sandwich itu seperti orang yang tidak makan satu tahun.

..........

Aku berlari di koridor sekolah baru-ku. Baru kali ini aku merasa asing, berada di tempat yang baru. Aku telat di hari pertamaku dan ini semua karena kak Venus, Ia menurunkan ku di tengah jalan karena alasannya yang sangat tidak logis. Masih teringat jelas perkataannya itu dalam memori otak ku. "Gue nggak mau kalau semua tau kalo lo itu adek gua tar, nanti pasti orang orang ngira kalau lo bakal gua lakuin secara special."

Aku memutar bola mataku setiap kali mengingat perkataan nya itu. Aku berlari hingga aku bertabrakan dengan seorang laki laki tampan yang sedang membawa banyak kertas digenggaman tangannya. Kertas itu berhamburan kemana mana.

Dia berdecak dan mulai merapihkan kertas itu satu persatu. "Maka nya lo kalau jalan liat liat"

Kata-katanya yang sinis membuatku kesal dan kemudian membantunya merapihkan kertas kertas itu.

Aku berdiri di ikuti dengannya, ia melihat seseorang dibelakang ku. Laki laki itu melambaikan tangannya, yang membuat aku ikut berbalik melihat siapa yang dilihatnya.

"Bintang" Laki laki yang terpaut jauh disana melambaikan tangannya dan berlari menghampiriku dan lelaki yang dipanggil Bintang olehnya.

Aku tahu sekarang laki laki yang bertabrakan dengan ku bernama Bintang. Laki laki tampan dengan mata kelam seperti Venus namun matanya terlihat terang mencekam seperti elang.

Bintang melambaikan tangannya dihadapan wajahku terus menerus. Aku tak sadar bila sekarang aku sedang menatap matanya dengan tatapan kagum.

Ku dengar suara yang keluar dari teman bintang yang tadi memanggilnya "Dia siapa tang?"

Bintang menggendikan bahunya pertanda tak tahu, membuat aku menatap nya seakan malas. Aku berlari tanpa mengucapkan maaf pada Bintang karena aku sudah merasa Aku sudah amat telat.

MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang