Hari tenang yang terusik

1.6K 209 186
                                    


Brukk!!!.....

Suara buku di hentakkan di meja. Membuatku sontak berdiri dan melihat ke sekelilingku. Aku pun tersadar bahwa aku sedang berada di kelas dan orang- orang menatapku dengan tatapan mengejek.

"Kamu sudah sadar ini di mana? "

Tanya suara berat laki-laki yang aku hapal betul suaranya.

"Silahkan berdiri di luar kelas sambil angkat kursi di atas kepala."

Ya itu adalah suara Pak Rustaji. Dia adalah guru Sejarah di sekolahku. Hobinya adalah menghukum siswa yang lalai akan tugasnya. Pagi ini aku benar-benar ngantuk dan sampai tidak sadar jika hari ini adalah pelajaran Pak Rustaji. Sialnya teman-temanku tidak ada yang membangunkanku atau mungkin karena mereka sudah capek untuk membangunkanku.

Dengan malas aku membawa kursi keluar kelas. Sambil berusaha mengabaikan tatapan mengejek teman-temanku.

"Sabar ya Ris."

Di tengah keheningan ada saja yang memberi semangat. Aku hanya bisa membalasnya dengan senyuman. Sambil berkata di dalam hati. 'Terima kasih Rima. Mengapa kau tidak membangunkanku?!'

Inilah akibatnya jika ada drama korea yang bikin aku penasaran. Pasti aku jadi maraton nontonnya. Pagi- pagi gini udah di suruh angkat kursi mana gak boleh di turunin lagi karena Pak Rustaji itu punya insting yang kuat. Kalau sampai aku turunin bangku sekarang pasti dia bakal ketahuan, dan hukumanku akan di perpanjang. Seperti waktu itu saat pertama kali ketiduran di pelajarannya.

Dari jauh terdengar langkah-langkah kaki dari tangga di ujung lorong kelas. Aku khawatir jika itu adalah anak-anak dari kelas lain yang habis olahraga. Mampus! Mudahan gak ada yang kenal aku malu guaaa. Sambil menahan pegal di lengan dari ekor mataku dapat terlihat ada sesosok laki-laki yang datang menghampiriku. Aaargghhh!! Siapa ituu pergi sana.
Posisiku lagi malu-maluin ini.

"Angkat kursi lagi. Gak lama berotot tuh lengan."

Suara ini benar-benar tidak asing lagi di telingaku. Ya itu suara kakakku, Muhammad Alvin Putera, kelas 12 IPA 1 dia lebih tua 2 tahun dariku. Dia adalah Monster wujud manusia ia tidak pernah habis - habisnya mengganggu hidupku.

"Iiiihh biarin biar kuat." jawabku judes.

"Ahahahha... Yang semangat ya."

Sambil mengejek gayaku mengangkat kursi. Dia benar-benar bahagia melihatku menderita. Dasar cungkring.

Aku heran kenapa monster sepertinya banyak fansnya. Apa lagi teman-temanku yang kelas 10 ini. Setiap ada kakakku lewat aja di depan kelas atau ngeliat dari balkon kelas udah menjerit-jerit. Hadehhh!. Memang sih dia itu tinggi, ganteng dan bawa motor gede. Tapi sikapnya itu loh sering bikin jengkel. Udah gitu kalo kentut baunya kayak jengkol. Kalo cewe-cewe itu tau gak bakal mereka menjerit-jerit lagi.

Hari ini berakhir seperti biasanya. Lonceng sekolah berbunyi sebanyak 4 kali pada pulul 14.45 menandakan waktunya pulang sekolah. Waktu yang paling ditunggu-tunggu oleh semua siswa. Tak terkecuali diriku, padahal jika sampai rumah aku hanya akan nonton drama atau anime seharian. Paling keluar kamar kalau mau ambil minuman atau bantu-bantu Mama. Aku tidak punya eskul maupun kegiatan diluar lainnya. Masa SMA ku memang datar sekali. Tidak seperti yang kubayangkan, saat aku nonton drama atau film di cerita itu masa SMA adalah masa-masa terindah, masa dimana kita banyak membuat kenangan yang akan kita kenang nantinya, masa dimana kisah cinta mulai bersemi. Sedangkan sekarang saat aku sudah SMA tidak ada satu pun yang ku alami. Bahkan kabar ada orang yang suka padaku saja tidak ada. Aku benar-benar berharap jika masa SMA ku seperti cerita drama dan novel yang kubaca.

Hari ini jalan raya macet seperti biasa karena jam segini adalah waktunya orang-orang pulang sekolah dan pulang kerja. Setiap hari aku pulang-pergi dengan mengendarai motor sendiri. Karena setiap pagi Kakakku bangun lebih dulu. Jadi setiap hari dia pasti marah-marah jika aku bangunnya lambat. Belum lagi motornya itu moge alias motor gede, susah banget kalau di gonceng sama dia. Aku kahwatir akan jatuh karena motornya sangat laju dan tinggi.

Sesampai di rumah aku sudah mencium bau ikan bakar masakkan Ibuku. Aku pun buru-buru membuka pintu rumah dan segera menaruh tasku sembarangan.

"Ehh... Macam anak setan aja. Masuk itu salam dulu."

"Hehe iya, Pa. Maaf udah lapar banget."

Ucapku sambil mengelus perutku.

Di meja makan sudah disiapkan berbagai hidangan. Kalo Papa ada di rumah pasti gini. Banyak banget makanan mulai dari tempe, ikan sampe ayam. Jadi bingung mau nyambar yang mana dulu.

"Iya nie! Resa di biasaain kalo datang salam dulu kayak anak kecil aja harus diingatkan Dea aja udah pintar, iya kan Dea."

Mamaku ikut menghakimiku sambil memberi nasi di atas piringku dan di piring adikku, Yodea Safira tahun ini dia baru masuk PAUD.

"Ya biasalah Ma. Orang dia kecapekan habis angkat kursi seharian di sekolah."

Si Cungkring satu ini lagi ikut-ikutan jadi kompor.

Setelah mendengar ucapan Kak Alvin wajar Mama dan Papa berubah dan langsung melihat ke arahku. Sampai-sampai nasi yang baru akan ku suap ke mulutku pun kutaruh kembali.

"Gak seharian kok Pa, Ma cuma setengah jam aja." Ucapku buru-buru menjelaskan sebelum masalah semakin runyam.

"Kamu ketiduran lagi di kelas?" Tanya Mama masih dengan muka tenang.

Dengan malas aku pun mengangguk-anggukkan kepala. Sambil menyomot ikan kakap bakar yang masih hangat di atas meja.

"Makannya jangan nonton drama terus. Pulang sekolah sampe malam nonton drama aja kerjaan. Coba belajar atau olahraga. Lebih bermanfaat bla... Bla ... Blaa"

Yahh Mama pun mulai mengomeliku dengan kecepatan 100km/jam. Huff! aku hanya bisa diam dan makan. Diam-diam Kakakku melihatku dengan tatapan kemenangan. Liat saja pembalasanku gerutuku lewat tatapan mata.

"Coba Dea nasehati Kak Resa supaya gak tidur di kelas."

Pinta Papaku kepada Dea. Dea yang duduk berseberangan denganku. Menatapku dengan tatapan polos dan dengan suaranya yang imut ia berkata.

"Ka Esa busuk."

kami pun tertawa mendengar apa yang ia ucapkan. Dengan polosnya ia berkata begitu sudah jelas bahwa ia tidak mengerti pembicaraan kami tadi dan hanya sembarang berkata. Tapi justru tingkahnya yang begitu membuat suasanan mencair kembali.

Di tengah makan siang dan pembicaraan yang tenang tiba-tiba ada suara motor di depan rumah. Suara kenal potnya yang besar benar-benar mengganggu telinga. Papaku yang sudah selesai makan lebih dulu bangkit dari kursi dan menuju pintu, baru akan menyentuh ganggang pintunya tiba-tiba pintu di rumahku ambruk. Membuat banyak debu dan asap bermunculan yang entah dari mana asalnya. Mendengar itu Mamaku langsung menggendong Dea yang juga kaget dengan suara itu. Aku yang melihat kejadian langsung berdiri dari kursi dan menuju pintu karena Papa masih di sana. Pintu rumahku tidak kelihatan jelas karena ada sejenis asap atau debu tebal yang masuk. Membuat penglihatanku tidak jelas dan mataku menjadi perih. Saat sedang mengucek-ngucek mata tiba-tiba datang segerombolan orang berpakaian hitam-hitam berjas dan membawa kayu balok di tangannya.

" Pa.. Pa ..Papa..papa."

Ucapku terbatah-batah karena masih syok dengan apa yang kulihat. Bagaimana bisa pintu rumahku tiba-tiba ambruk dan dari mana orang-orang ini berasal?

"Lari Resa. Lindungi Mama dan Dea." Jawab Papaku sambil terbatuk-batuk.

Aku tidak mengerti mengapa aku harus lari. Bagaimana dengan Papa? Di mana Papa sekarang mengapa aku tidak bisa melihatnya? Yang bisa kulihat hanyalah orang-orang aneh ini. Aku takut sekali Papa di mana kau?

" Lari-lari Ressaaaaaaaa....."

Suara Papa berteriak menjerit dan tepat saat jeritannya berhenti debu tebal itu menghilang dan aku bisa melihat ada orang yang menginjak tubuh Papa dan menusuk dadanya dengan pisau. Melihat itu aku pun langsung menjerit dan berteriak.

" Papaaaaaaa....."

Dan langsung lari ke arahnya. Saat itu pula tiba-tiba ada yang mendekapku dari belakang dan menarikku menjauh dari Papa. Aku hanya bisa berteriak sambil berusaha melawan dan meraihnya. Tapi semakin ku coba semakin jauh tanganku meraihnya sampai akhirnya aku sesuatu yang keras mengenai leher belakangku setelah itu penglihatanku menjadi kabur dan tidak ada lagi yang ku lihat selain kegelapan.



BERSAMBUNG.......
VOTE,COMMENT and SHARE

#writteninaction

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang