Laki - Laki Itu (1)

262 56 23
                                    


Saat Kak Alvin menyentuh gagang pintu kamarnya. Aku melihat ada darah di tangannya.

"Tunggu." Ucapku membuatnya berhenti bergerak dan menengok ke arahku.

Tanpa berkata apa-apa aku langsung menarik lengan bajunya dan menyeretnya ke sofa di ruang tamu. Ia yang bingung dengan tingkahku, terus mengomel di belakang.

"Diamlah. Aku hanya akan mengobati tanganmu." Ucapku berusaha membuatnya diam.

Saat ia sudah duduk di sofa. Aku segera mengambil kotak P3K di lemari atas kompor.

"Aku bisa mengobatinya sendiri." Ia tetap berusaha menolak. Walau aku sudah memegang tangannya.

"Aku tidak menyangka Kakak akan berkelahi lagi. Aku pikir Kakak sudah jera."

Ucapanku membuatnya terdiam.
Mungkin karena ia mengingat masa lalu. Saat Kak Alvin SMP, dia pernah ikut kompetisi taekwondo di Samarinda. Padahal waktu itu dia sudah masuk final. Ehh! Tangannya patah di hajar lawan. Akhirnya Kak Alvin kalah dan harus menghadapi kenyataan bahwa tangannya patah. Semenjak saat itu dia berhenti dari taekwondo dan tidak pernah berkelahi lagi.

Sesaat keadaan menjadi hening. Sampai aku selesai membalut lukanya dengan perban.

"Sudahhh!!!" Ucapku girang sambil memukul tangannya yang di perban.

Ia mengeluh kesakitan. Aku hanya membalasnya dengan tertawa.

"Hoooammm!! Aku ngantuk mau tidur duluan yaachh!!"  Ucapku centil sambil menguap.

Aku pun meninggalkannya sendirian di ruang tamu. Aku benar-benar lelah. Sampai-sampai baru saja merebahkan badan ke kasur. Aku sudah terlelap tanpa mengucap doa.

Aku tidak sempat bertanya kepada Kak Alvin.

Mengapa tangannya bisa terluka?



----------------Author POV--------------

Alvin masih termenung memikirkan ucapan Resa tadi.

'Aku tidak menyangka kakak akan berkelahi lagi. Aku pikir Kakak sudah jera.'

Kata-kata itu terus ternyiang-nyiang di kepalanya.

'Aku memang jera, tapi Aku hanya ingin melindungimu Resa.'

Ucapnya dalam batin seraya bangkit dari tempat duduk.

                             *********

Di Pagi Hari

"Aaaaaaaaaaahhh......."

Aku berteriak saat terbangun dari tidurku. Aku tersadar dari mimpi buruk yang barusan ku alami. Aku benar-benar terkejut. Mimpi yang barusan ku alami adalah mimpi seperti orang yang terjatuh dari gedung tingkat tinggi dan selanjutnya saat sudah jatuh aku malah merasa tenggelam di laut. Apa-apaan Mimpi barusan? Sekujur tubuhku pun basah karena keringat dingin.

Aku masih terdiam di tempat tidur sambil memegang leher dan dadaku yang sesak. Aku berusaha mengatur nafas. Dari arah pintu ada suara langkah kaki Kak Alvin yang berlari dan membuka pintu.

"Kamu kenapa?" Tanya Ka Alvin dengan muka panik dan rambut acak-acakan. Sepertinya dia juga baru bangun tidur.

"Ohh.. Aa.. Gak papa. Oh ya ini hari senin aku tadi teriak soalnya takut terlambat. Hehehehe.." Ucapku sambil menggaruk rambutku yang tidak gatal. Aku berbohong agar Kak Alvin tenang.

Mendengar penjelasanku Ka Alvin memasang muka masam dan segera kembali ke kamarnya.

"Loh!! Kak gak sekolah?" Tanyaku saat ia berjalan kembali ke kamarnya.

"Malaass!." Jawab Ka Alvin setengah teriak. Mungkin dia kesal dengan sikapku yang membuatnya terbangun.

Aku menghempaskan tubuhku ke kasur. Saat akan memejamkan mata aku teringat mimpi tadi. Aku segera bangkit dan menatap jam beker di meja belajar.

Padahal sekarang masih jam empat pagi. Dari pada mimpi buruk lagi lebih baik aku belajar atau bikin sarapan. Akhir-akhir ini tidurku tidak nyeyak. Aku kahwatir jika begini terus bisa-bisa aku jatuh sakit.

Hari senin di mulai dan di akhiri seperti biasa. Namun, ada hal yang membuatku sedih saat bel pulang sekolah.

Mendengar bel. Aku segera membereskan barang-barangku karena akan segera ke restoran. Di sampingku ada meja Sephia dan Rima. Aku mendengar mereka akan nonton DBL setelah ini.

"Eh..ehh kamu udah beli baju merah gak?" Tanya Sephia ke Rima yang masih membereskan bukunya.

"Udah dong!.. Habis ini langsung ya." Saat berkata begitu tanpa sengaja Rima melihatku yang sedang melihat mereka ngobrol tanpa mengajakku. Rima langsung menarik Sephia dan mendekatkan mulutnya ke telinga Sephia. Sepertinya mereka sedang membicarakanku. Mungkin karena aku tampak tidak tertarik dengan DBL yang mereka bicarakan.

Sikap mereka akhir-akhir ini berubah. Setiap ke kantin mereka pasti meninggalkanku. Mereka hanya pergi berdua tanpa mengajakku. Mereka hanya akan mencariku jika ada PR dan Ulangan. Aku pikir wajar jika mereka bersikap begitu karena aku sudah tidak seasik dulu.

Mereka menyadari jika aku memandangi mereka sejak tadi. Tapi mereka tidak bertindak bahkan sekedar menyapaku atau mengajakku nonton DBL. Hampir air mataku menetes. Aku benar-benar kecewa. Apa mereka sudah tidak menganggapku lagi? Dari pada aku menunggu hal yang tidak ada artinya begini lebih baik aku pergi saja.

"Aku duluan ya." Ucapku dengan wajah ceria berusaha menyembunyikan perasaan kecewaku. Mereka hanya melihatku sekilas dan kembali ngobrol.

Aku tidak menyalahkan mereka karena sikapnya. Aku juga tidak marah. Aku hanya kecewa ternyata selama hampir setahun ini kenal hanya aku yang menganggap kalau mereka sahabat. Mungkin sejak awal mereka sudah tidak mengganggapku.

Saat aku berlari menuruni tangga. Tiba-tiba aku menabrak sesuatu yg keras dan terjatuh. Saat aku membuka mataku yang berair aku melihat sepasang sepatu fantopel laki laki. Sepatu laki-laki?? Aku buru buru bangkit dan minta maaf tanpa melihat siapa yang ku tabrak.

Saat aku berjalan melewatinya tiba-tiba. Ia menarik tasku.

"Ayok!" Ucapnya sambil menarik tasku menuruni tangga. Aku yang tidak mengerti apa lagi mengetahui siapa laki-laki ini hanya mengikutinya di belakang.

Saat aku melihat tas dan gaya rambutnya sepertinya aku mengenalinya. Dari tinggi dan cara berjalannya.

"Bruk." Laki laki ini tiba-tiba berhenti di tempat parkir motor membuatku yg berjalan d belakangnya ikut berhenti dan menabrak punggungnya.

Saat ia membalik badan. Aku terkejut melihat wajahnya. Itu...







BERSAMBUNG..................

VOTE, COMENT, dan SHARE

Terima Kasih Sudah Meluangkan Waktu Untuk Membaca Cerita Saya ^_^

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang