Laki-Laki Itu (2)

291 56 16
                                    


Gaya rambut, cara berjalan serta suara itu. Laki-laki ini Kak Arya? Arya Ginanjar? Kenapa Kak arya menarikku?

"Ka.. Ka Arya?" Tanyaku ragu.

"Kenapa kangen ya? Hehe." Ia menjawab dengan senyum cerahnya. Membuatku tersipu malu. Cowo ganteng sekolahku? Apalagi mantan ketua osis dan gosipnya siswa dengan IQ tertinggi di sekolah. Kenapa ia menarikku? Apa aku seberutung itu?

Karena menyadari jika yang menarikku tadi adalah cogan(cowo ganteng) sekolah ini. Aku buru-buru memperbaiki rambut sebahuku yang acak-acakan.

"Gak perlu di rapiin. Nanti bakal berantakan juga." Ucapannya membuatku menghentikan jari tanganku yang sibuk merapikan rambutku yang kusut. Ia menyodorkan helm berwarna coklat ke arahku.

Aku yang bingung menerima helm itu pun bertanya.

"Kenapa Ka?"

"Ayok naik." Ucapnya sambil memanaskan motor gede hitam miliknya.

"Tapi saya masih ada..."

"Udah itu nanti aja." Ia tetap berusaha memaksa ku. Kak Arya adalah sahabat Kak Alvin sejak kecil. Jadi aku sudah biasa bertemu dan berbicara dengannya tapi ini pertama kalinya ia mengajakku bicara di sekolah apalagi sampai di ajak pulang bareng kayak gini.

"Maaf Kak aku bawa motor sendiri."

"Iya, Aku tau. Gak bakal lama kok. Aku janji. Lagian kakakmu lebih jago kelahi dibanding aku."

"Anu.. Ini." Aku tetap berusaha menolak. Tapi dia justru menarik tanganku dan hampir saya mukaku mencium bagian depan helmnya yang terbuka. Aku segera menunduk sehingga dahiku yang menabrak helmnya.

"Apa kau mau menjelaskan kepada orang-orang itu mengenai tingkahku ini?"

Ia bertanya sambil memiringkan kepala menunjuk ke kerumunan orang-orang yang ada di gerbang sekolah yang mayoritas adalah kaum hawa. Mereka tidak hanya memerhatikanku dan Kak Arya tapi mereka juga mengambil kesempatan untuk memotretku. Mereka mengambil kesempatan ini untuk menyebarkan gosip. Karena Kak Arya terkenal dengan cowo yang tidak pernah pacaran dan tiba-tiba hari ini ia bersamaku. Melihat gerombolan itu aku hanya bisa menjerit sambil memeras rok abu-abuku.

"Ya Tuhan bagaimana cara aku hidup setelah ini?" Tanyaku lirih dalam hati. Sambil masih memikirkan nasibku kedepannya. Kak Arya menepuk-nepuk kursi belakang motornya mengisyaratkanku untuk naik. Aku pun hanya bisa pasrah mengikutinya saat ini. Karena aku tidak ingin mengatasi situasi ini sendiri.

Aku bisa melihat wajah Kak Arya tertawa dari kaca spion motornya. Pasti dia merasa menang karena berhasil mengajakku.

Aku tidak pernah di gonceng laki-laki selain kakakku. Jadi aku benar-benar menjaga jarak. Moge ini sangat tinggi untung tiap hari aku pakai lagging. Jadinya aku bisa duduk biasa kalo gak pake aku harus duduk miring kayak cewe-cewe gitu.

Kak Arya memintaku berpegang padanya. Dia bilang tidak usah takut. Tapi tetap aja rasanya canggung. Jadinya aku duduk jauh-jauh samapai mentok di belakang dan berpegang pada tempat tangan di belakang.

Saat lampu merah Kak Arya sengaja ngerem mendadak membuatku terdorong ke depan dan tanpa sengaja memeluknya. Aku pun buru-buru melepasnya dan minta maaf. Kak Arya hanya membalasnya dengan tawa.

Aku tidak tau kami akan ke mana. Sampai aku melihat segerombolan anak SMA yang mengenakan baju merah dan membawa spanduk yg berkibar-kibar di motor dan mobilnya. Sepertinya kami akan nonton DBL.

Ternyata benar kami memasuki Stadion Segiri. Saat motor berhenti di parkiran aku segera turun dan melepas helm. Aku Memandang ke arah masjid di seberang stadion.

"Kak aku mau ke wc ya. Mau pipis." Tanpa mendengar persetujuannya aku sudah berlari ke arah masjid.

Sesampai di wc masjid aku langsung mencari hpku dan menghubungi Pak Manajer. Sebelum menekan tombol telpon. Aku tersadar dan berpikir sejenak. Alasan apa yg harus kukatakan pada pak menajer? Pasti dia bakal marah-marah kalo aku bilang lagi nonton DBL.

'Aduh aku sih harusnya tadi kabur pas masih di sekolah.' Sesalku dalam batin sambil memukul pelan kepalaku.

-----------------Author POV-------------

"Iiihhh.. Sok banget sihh! Resa itu. Menting-menting punya Kakak cogan terus dia bisa ganjen juga gitu ke teman Kakaknya. Sok banget sihhh cantikan juga aku!!!!!"

Ucap Sephia kepada Rima dan teman-temannya yang ada di samping sambil merapikan rambut di depan cermin wc stadion.

"Iihhh.. liat aja ya. Kak Arya itu punya ku cewe tengil kayak dia gak pantas. Lagian kan dia udah bukan teman kita lagi. Orang tuanya meninggal  dan dia jadi miskin. Mana mungkin kita mau temenan sama anak miskin kayak dia." Rima ikut menimpali omongon sephia.

"Yuk! girl kita pergi." Ucap sephia sambil masih merapikan liptint di bibirnya.

Saat keluar wc Sephia dan kawan-kawan terkejut melihat sosok Arya yang tiba-tiba berdiri di depan mereka.

"Kalian tahu mengapa dia cantik? Karena ia tidak perlu memoles wajah dan menata rambutnya untuk terlihat cantik. Cukup kebaikan hati dan kepolosannya yang membuatnya cantik."

Ucap Arya berjalan meninggalkan gerombolan cewe yang sejak tadi membuatnya kesal. Tapi tiba-tiba ia berhenti dan berbalik seperti melupakan sesuatu. Ia kembali berhenti di hadapan cewe-cewe itu dan berkata.

"Ia juga cantik karena meskipun orang tuanya meninggal dan tidak punya apa-apa lagi. Dia tetap menjalani hidupnya dan tersenyum. Dia tidak menyerah pada keadaan dan menghabiskan waktu dengan
mengeluh terhadap takdir kejam yang menimpahnya." Setelah berkata begitu Arya meninggalkan gerombolan cewe itu.

Mendengar kalimat terakhir Arya cewe-cewe itu hanya bisa terpaku di tempat dan menahan malu yang memuncak di ubun-ubun mereka.

"Kemana sih tuh anak?"
Tanya Arya dalam hati. Sambil melihat ke kiri dan ke kanan. Padahal DBL udah mulai dari tadi. Katanya ke wc, tapi di wc gak ada.

Arya terus menunggu di depan pintu masuk stadion. Siapa tau Resa muncul.

"Apa dia kabur ya?" Tiba-tiba pikiran itu terlintas di benak Arya ia segera berjalan meninggalkan stadion dan berkeliling.

________________________

Saat ia kembali ke tempat parkir ia melihat Resa di pagar gerbang masuk Stadion sedang menghentikan sebuah taksi. Ia pun refleks berteriak dan berlari ke arah Resa.

Mendengar namaku di panggil. Aku refleks nengok dan ternyata Kak Arya sedang berlari ke sini. Aku bingung dan akhirnya hanya berdiam.

Saat Kak Arya tinggal lima langkah dariku. Ia memberitahu tukang Taksi yang ku stop tadi untuk jalan. Melihat Taksi itu pergi aku hanya bisa diam dan mengernyitkan dahi kecewa. Aku takut menengok ke belakang ke arah Kak Arya. Kira-kira Kak bakal ngapain aku ya karena pergi gak bilang-bilang?

Sampai beberapa saat Kak Arya belum bicara apa-apa. Aku jadi semakin takut tapi ku putuskan untuk minta maaf sebelum keadaan makin rumit. Saat aku membalik badan. Kak Arya berjalan mendekat sambil mengepal tangan kanannya. Aku takut dan memejamkan mata.

"Puk!!" Kal Arya menjitak pelan kepalaku. Saking takutnya di pukul aku sampai mengedipkan mata ternyata cuma di jitak.

"Jangan gitu lagi ya. Buat kahwatir aja."

Aku terkejut mendengar kalimat yang keluar dari mulut Kak Arya dan langsung membuka mata. Aku melihat punggung Kak Arya yang berjalan meninggalkanku di depan. Aku terkejut dengan sikapnya, aku pikir dia akan marah.

Tanpa sadar aku tersenyum dan berlari ke arahnya.




BERSAMBUNG..............

VOTE, COMENT dan SHARE

Terima Kasih Sudah Meluangkan Waktu Untuk Baca Ceritaku ^_^

The ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang