Dua minggu sudah berlalu sejak aku nonton DBL bersama Kak Arya. Sesuai dugaanku banyak gosip yang bikin telinga panas mengenai aku dan Kak Arya. Padahal cuma nonton DBL bareng udah begitu. Gimana kalo aku pacaran dan mesra-mesraan di depan umum sama Kak Arya. Hadeh!!!Dea sudah pulang dari rumah sakit dan ceria seperti biasa. Untung saja keadaanya tidak seburuk yang ku bayangkan. Kak Alvin juga lebih sering di rumah sekarang meskipun masih pulang malam. Aku senang sekarang keluargaku sudah lebih terbiasa dengan keadaan.
Hari ini hari minggu, jadi aku akan pulang malam lagi. Saat akan pulang seorang ibu-ibu usia 40an yang merupakan juru masak di restoran memintaku untuk membeli kue dan beberapa minuman dia bilang 'sekali-kali kita harus makan-makan untuk mempererat hubungan. Dia juga bilang agar masa mudaku merasakan malam minggu.'
Saat ia berkata begitu entah mengapa aku tiba-tiba teringat dengan nonton DBL bareng Kak Arya. Wajahku memerah karena malu Aku benar-benar senang akhirnya aku punya masa-masa yang bisa disebut masa SMA. Terima kasih Kak Arya :')
Jalanan di Bung Tomo saat jam dua belas malam ternyata lebih sepi dari yang kukira meski begitu ada saja toko kue yg buka di ujung jalan. Makin ke ujung makin sepi suasana.
Di malam yang dingin ini aku hanya mengenakan baju seragam putih-putih restoran tanpa mengenakan jaket karena tadi aku merasa gerah.
Saat aku berjalan pulang dari toko roti setelah membeli kue dan minuman. Tiba-tiba ada segerombol laki-laki yang lewat dari lorong-lorong toko. Melihat itu aku berhenti melangkah.
Di antara gerombolan orang itu. Selintas aku mengenal wajah salah satu dari mereka. Melihat itu tubuhku bereaksi belanjaan yang ku pegang di tanganku tanpa sadar terjatuh. Aku segera berlari mengejar gerombolan itu dan menarik orang yang wajahnya ku kenal.
"Ka.. Kamu..??" Tanyaku dengan bibir bergetar.
Melihat tingkahku. Segerombolan laki-laki itu ikut berhenti dan menatapku dengan tatapan terkejut dan meremehkan. Tentu saja, mereka melihatku begitu karena gadis lemah sepertiku berani menghentikan langkah preman seperti mereka.
"Ada apa nona muda?" Tanya pria dengan muka garang yang bajunya ku tarik.
"Kamuu....." Aku tidak mampu bicara. Tiba- tiba semua luka yang mulai sembuh terbuka lagi. Kejadian yang ku alami hari itu terlintas di ingatanku.
"Kalian pergi duluan saja. Aku ada mainan baru di sini." Ucap pria itu melambaikan tangan ke arah teman-temannya yang menunggu dirinya. Mendengar itu teman-temannya tertawa dan berbicara mengejek ke arahku.
Aku mengabaikan tingkah mereka dan hanya fokus pada Pria yang kutarik bajunya.
"Jadi apa ada yg bisa ku bantu nona?" Pria itu bertanya dengan mendekatkan wajahnya ke arahku. Membuatku terkejut dan mundur.
"Apa kau belum melupakan kejadian itu?" Ia bertanya dengan nada dan wajah mengejek.
Aku mulai kesal dan berkata dengan setengah teriak
"Melupakan?! Apa kau pikir semudah itu? Apa kau gila? Bagaimana kau bisa membunuh seorang ayah di depan semua keluarganya?"
"Huh!!" Pria itu hanya menghembuskan nafas kesal melihat sikapku yang tidak ada hormat sama sekali.
"Kau mau alasan?" Tanyanya sambil menyingkirkan tanganku dari bajunya.
"Apa kau perlu itu untuk melunasi hutang-hutangnya?" Lagi-lagi ia mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Kali ini aku tidak mundur aku justru menatapnya dengan tatapan mengancam.
Huh! Ia kembali menghembuskan nafasnya dan berjalan meninggalkanku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Shadow
ActionApa pernah terpikir di benak kalian jika hidup tenang yang kalian jalani sekarang akan terus begitu? Ketika kalian menonton berita dan berfikir jika musibah seperti itu tidak akan terjadi di sekitar kalian. Hari- hari yang kalian habiskan bersama ke...