Angin malam berhembus kencang. Menerpa permukaan kulit Will, membuatnya menggigil kecil. Ia meringkuk agar merasa lebih hangat. Kakinya ia gesek-gesekkan agar tetap terasa nyaman. Bibir mungilnya bergetar tak kuasa membendung rasa dingin ini.
Will memilih untuk bangkit. Ia menatap nanar alas tidurnya yang begitu tipis. Ruang kamar yang begitu sempit terkadang membuat dirinya sesak. Sudah 3 hari lamanya ia tinggal di rumah mewah ini namun tak pernah sedikit pun kebahagiaan ia rasakan.
"Dingin ...." Will memeluk kedua lututnya. Berharap agar ada kehangatan jika ia melakukan hal tersebut. Namun sayang, angin malam dengan ganasnya terus saja masuk melalui ventilasi udara tanpa permisi. Menyerbu tubuh mungil Will tanpa ampun dan juga kompromi. Will bisa mati kedinginan jika terus seperti ini.
Will menatap sendu waktu yang muncul di lengannya. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana jika waktu ini pun habis. Belum lagi Will bingung bagaimana cara membayar hutang pada Edward. Apa Will akan benar-benar mati kali ini?
Sempat tersirat dalam benak Will untuk menjadi seorang pencuri. Namun ia buang pikiran tersebut jauh-jauh. Tidak mungkin ia mau melakukan hal hina seperti itu. Will lebih senang jika mendapatkan waktu dari hasil jerih payahnya sendiri. Bukan mengambil dari hasil jerih payah orang lain. Lantas, mengapa ia malah meminjam waktu pada Edward? Entahlah, Will sendiri pun tidak tahu mengapa.
"Lebih baik aku minum sesuatu yang hangat saja." Will bangkit secara perlahan. Membuka pintu tak kalah pelan karena takut membuat Edward terbangun dari tidurnya. Will jalan secara berjinjit agar tidak menimbulkan suara yang begitu berarti. Sehingga sampailah ia di dapur megah itu.
Will mulai mengambil sebuah panci dan memanaskan air di sana. Semuanya ia lakukan dengan hati-hati karena takut membuat kegaduhan. Setelah itu, Will mengambil teh dan juga gula. Saat airnya sudah panas, Will langsung memindahkannya ke sebuah cangkir kecil. Memasukkan teh ke dalam sana dan dua sendok teh gula pasir. Ia aduk secara perlahan sembari tetap memerhatikan sekitar.
TING! Selesai. Teh manis panas buatan Will siap ia nikmati. Will membereskan semua peralatan yang sudah ia pakai tadi. Lalu, Will langsung beranjak menuju ke kamar kembali. Ia tutup pintu secara perlahan dan duduk di ujung kamar.
Will mulai meminum teh tersebut sedikit demi sedikit. Sampai habis. Tubuhnya terasa begitu hangat saat air teh tersebut masuk melalui rongga tenggorokannya. Baiklah, tubuhnya sudah agak membaik dan saatnya kembali tidur mengingat jam masih menunjukkan pukul 2 dini hari.
"Tidurlah Will, esok akan menjadi hari yang berat," gumam Will pelan sembari menarik selimut untuk menutupi tubuh mungilnya.
*****
"BANGUN KAU! DASAR PEMALAS BODOH!" Edward menendang pantat Will dengan cukup keras. Will terdorong sedikit dan langsung terbangun dari tidurnya. Ia berdiri sembari membenarkan rambutnya yang terlihat acak-acakkan.
"A-ada apa tuan?" tanya Will hati-hati. Ia mengucek matanya sesekali untuk menormalkan pandangannya. Khas orang bangun tidur.
"Kau pikir ini hotel hah? Bisa bangun tidur sesuka hatimu? Kau budakku, bangun pagi dan siapkan segala keperluanku, BODOH!"
Will tersentak lagi. Ia memejamkan matanya saat mendapati bentakkan keras dari Edward. "Ma-maaf Tuan, aku tidak bisa tidur tadi malam. Aku baru tidur pukul-"
"Apa itu urusanku hah? Kau sudah tinggal di sini selama 3 hari dan kau tetap saja tidak mengerti apa tugasmu? Kau ini bodoh atau tidak punya otak, HAH?" Will menunduk lagi. Cercaan dan makian memang selalu ia terima selama tinggal di rumah megah ini.
"Ma-maaf Tuan."
"Aku tidak butuh kata maafmu. Itu tidak berguna, sama seperti hidupmu." Will meremas dadanya pelan. Rasa sakit hati itu perlahan mulai membesar, membekas di hati Will.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME! [ManxBoy 18+]
Short StoryWARNING!!! CERITA INI AKAN PENUH DENGAN UMPATAN KASAR & ADEGAN SEX KERAS. BAGI YANG TIDAK SUKA DENGAN HAL TERSEBUT, TIDAK PERLU DIBACA. ----- Terinspirasi dari sebuah film berjudul [In Time]. Di mana kisah ini menceritakan bahwa slogan: Time is mone...