BAGIAN 7

16.5K 1.3K 67
                                    

Suara tetesan cairan infus yang tergantung di atas sana mengalun dengan ritme yang begitu konsisten. Menusuk gendang telinga pria yang sedang khawatir bukan main. Tangannya menggenggam tangan pemuda yang sedang terbaring lemas di atas bangsal. Diliriknya waktu yang tertera di lengan pemuda itu. Satu bulan tersisa di atas sana.

Edward panik bukan main ketika mendapati Will kehilangan kesadarannya. Ketika dalam perjalanan menuju Rumah Sakit, tanpa sengaja ia melihat sisa waktu yang Will miliki. Betapa terkejutnya Edward saat melihat hanya tersisa 1 menit lagi di sana. Dengan cepat, Edward langsung mentransfer waktu yang ia miliki untuk Will sebanyak satu bulan.

Yang Edward pertanyakan adalah, kemana waktu yang pernah ia pinjamkan tempo lalu? Apa hilang begitu saja atau bagaimana? Itu masih menjadi misteri dalam benak Edward. Namun itu bukan hal penting lagi sekarang, kesadaran Will-lah yang paling dinantikan saat ini.

“Istirahatlah, aku akan menjaganya.” Tiba-tiba Drew datang dan meminta Edward untuk merebahkan diri di atas sofa. Sudah 3 jam lamanya Edward terdiam di posisi yang sama. Tidak ada niatan untuk meninggalkan Will seorang diri. Ia pun tidak tahu mengapa keinginan itu terjadi begitu saja.

Edward hanya menggeleng kecil sebagai jawaban. Drew membalasnya dengan helaan napas gusar. “Setidaknya minumlah sedikit. Kau dalam keadaan shock, itu akan sedikit membantumu.” Drew memberikan segelas air putih kepada Edward.

Edward mendongakkan sedikit kepalanya dan meraih gelas itu secara perlahan. Diminumnya air itu sampai habis karena sungguh ia merasa sangat haus sekali.

“Anak yang baik,” canda Drew ringan.

“Diamlah Drew, aku sedang tidak ingin bercanda,” timpal Edward sedikit kesal.

“Baiklah, baik.” Drew pun memilih untuk turun ke bawah mencari angin segar. Ditambah ia ingin memberikan ruang untuk Edward dan juga Will.

Edward menatap wajah Will dengan lekat. Baru ia sadari ternyata wajah pemuda itu begitu manis bukan main. Bulu mata yang lentik, hidungnya yang mancung serta bibir mungilnya yang merona itu sungguh membuat Edward kagum. Mengapa ia baru menyadarinya sekarang? Kemana saja ia kemarin-kemarin?

“Apa kau akan seperti ini terus? Tidur tanpa memedulikanku?” gumam Edward dengan pelan.

Jelas, jika kita lihat dari sisi Will, tidak mungkin ia mau memedulikan Edward yang sudah menyiksanya dengan begitu kejam. Jujur, Edward menyiksa Will sebelumnya karena kesal bahwa ia mendapati Will sedang menguping pembicaraannya dengan Drew. Namun ia tidak habis pikir bahwa perbuatannya itu bisa membuat Will terkulai lemas seperti ini.

“Maafkan aku,” lanjut Edward dengan tulus. Entah mengapa ia begitu merasa bersalah dan juga takut. Takut kehilangan, mungkin. Edward pun tidak tahu jawabannya.

Edward pun memilih untuk menjatuhkan kepalanya di atas bangsal. Tangannya tak pernah lepas dari tangan Will sedetik pun. Edward menutup matanya hingga akhirnya ia pun tertidur dengan lelap.

*****

Edward mengerang kecil ketika merasakan pegal di area lehernya. Ia membuka matanya secara perlahan sembari menelisik keadaan sekitar. Ia ingat bahwa dirinya sedang berada di Rumah Sakit. Lantas bagaimana dengan keadaan Will? Dengan cepat Edward langsung memeriksanya.

Namun sayang, tidak ada perubahan. Will masih tetap terbaring lemah tak berdaya. Edward menghela napasnya begitu gusar bagaikan putus asa. Separah itukah kondisi Will? Yang ia ingat, dokter mengatakan bahwa Will mengalami cidera yang sedikit serius di area tubuhnya dan sungguh itu membuat Edward merasa bersalah.

“Kumohon, bangunlah,” ucap Edward sendu. Seharusnya ia tidak peduli pada Will. Ingin rasanya menjauh, hanya saja ia tidak bisa. Berawal dari rasa egois yang hanya untuk membuat dirinya aman dari aturan keluarga, berujung pada rasa yang tumbuh dengan sendirinya.

TIME! [ManxBoy 18+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang