Edward menatap mata Will tanpa berkedip sedikitpun. Amarah tak ingin kalah menguasai diri, mencoba untuk mencari sebuah alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Will tak mampu berkutik.
"Aku tanya, apa yang sedang kau lakukan di sini hah?" bentak Edward sekali lagi.
"A-aku hanya ...."
"Hanya apa hah? Mengapa kau gelalapan begitu? Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? JAWAB!"
Will mengejapkan matanya ketika mendengarkan bentakan Edward yang begitu kerasnya. Ia berusaha mencari sebuah alasan agar pria di depannya ini bisa memercayainya.
"Aku hanya sedang melihat-lihat saja," ucap Will berusaha setenang mungkin.
Edward yang mendengarnya dibuat menjadi tidak habis pikir. Bagaimana bisa pasangannya ini terlihat tenang-tenang saja ketika mendapatkan bentakkan dari dirinya?
"Apa kau bilang?" tanya Edward geram.
"Sudah aku katakan, aku hanya melihat-lihat saja. Bukankah kita ini sudah menikah? Itu artinya rumah ini pun menjadi milikku bukan?" Entah keberanian dari mana, Will berkata dengan santainya. Pikirnya, ia harus berani jika memang misi yang akan ia lakukan ini ingin segera berhasil.
Edward tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa berkacak pinggang seraya menggigit sedikit bibir bagian bawahnya. Ia menggelengkan kepalanya sesekali karena kesal. "Kau sedang melawanku, hm?"
Dengan sigap Will melambaikan tangannya menandakan bahwa ia tidak bermaksud untuk melawan Edward. "Bukan begitu maksudku. Aku hanya bertanya saja. Karena kita sudah menikah, seharusnya aku boleh memasuki ruangan ini. Memangnya ada apa di dalam sana?"
Rasa penasaran Will mulai menguak kembali. Dengan cepat Edward mengambil alih bahwa ia tidak akan mengizinkan Will untuk tahu akan sesuatu yang ada di dalam sana. Hal itu bersifat rahasia dan hanya Edward yang mengetahuinya.
"Kita memang sudah menikah, tetapi bukan berarti batasan privasi kita pun menjadi hilang begitu saja. Selagi aku masih berlaku baik padamu, pergilah. Kembali ke kamar." Dengan dinginnya Edward berkata. Membuat Will mau tidak mau mematuhi perintah tersebut.
"Baiklah, maafkan jika aku salah. Permisi."
HAP!
Belum sempat Will melangkah, Edward sudah lebih dulu menahan bahu kecil Will dengan tangan kekarnya itu. Will terpaku ketika sorot matanya bertemu dengan tatapan tajam milik Edward yang sungguh membuatnya menjadi tidak bisa berkutik.
Lambat laun wajah tampan Edward mulai mendekat ke arah wajah manis Will. Berusaha memisahkan jarak yang ada di antara mereka berdua. Will sudah mengetahui apa yang akan terjadi. Tidak berniat untuk menolak, ia hanya memejamkan matanya saja.
Deru napas Edward mulai terasa menerpa permukaan kulit Will. Semakin dekat dan semakin dekat. Namun benda kenyal itu tak kunjung datang menyentuh bibirnya. Alih-alih menyentuh bibir Will, bibir Edward malah mendekat ke arah telinga pemuda mungil itu. Will sudah salah sangka rupanya.
"Ingatlah! Jangan sampai aku menemukanmu lagi di sini. Jika tidak ...."
PLAK!!!
"Ahh!"
"Kau akan tahu apa akibatnya."
Will melenguh kesakitan ketika dengan kerasnya Edward memukul pantat tidak bersalahnya ini. Mengelus-elus dengan cepat agar rasa sakitnya segera hilang sembari sedikit berlari menuju ke kamar. Cukup sampai di sini untuk sekarang. Will akan melanjutkannya lain kali jika ada kesempatan lain.
Lihat saja! Bagaimanapun caranya, aku akan memasukki ruangan itu!
*****
Kelopak mata indah itu tidak ada pilihan lain selain terbuka dengan sendirinya. Pagi sudah menjelang datang, memaksa Will untuk menghentikan aktivitas tidurnya. Pandangannya masih sedikit kabur, belum bisa melihat dengan jelas sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME! [ManxBoy 18+]
Short StoryWARNING!!! CERITA INI AKAN PENUH DENGAN UMPATAN KASAR & ADEGAN SEX KERAS. BAGI YANG TIDAK SUKA DENGAN HAL TERSEBUT, TIDAK PERLU DIBACA. ----- Terinspirasi dari sebuah film berjudul [In Time]. Di mana kisah ini menceritakan bahwa slogan: Time is mone...