Perlahan kesadaran Edward mulai datang kembali. Dilihatnya ruangan gelap itu dengan mata sedikit menyipit. Rasa sakit di belakang kepalanya mulai terasa kembali. Ah, Edward ingat bahwa Drew yang melakukan semua ini.
Edward terpaku sejenak ketika terlintas sebuah ingatan yang membuatnya begitu terkejut. Will? Edward yakin bahwa tadi sebelum kesadarannya menghilang, dirinya melihat Will. Dan memang alasan Edward berada di sini adalah untuk menyelamatkan Will. Lantas di mana pemuda mungil itu?
Dengan memaksakan diri, Edward mulai berusaha untuk bangkit. Namun ia sangat merasa kesulitan. Tak disangka kaki dan tangannya sudah diikat sebuah tali dengan begitu kuatnya.
"Sial, apa maksud dari semua ini?"
Setelah mencoba berbagai cara untuk melepaskan ikatan tali tersebut, tetiba datanglah sosok yang memang menjadi dalang dari semua ini. Drew menghampiri Edward dengan wajah liciknya. Memandang Edward rendah yang memang sedang dalam keadaan lemah.
"Apa yang kau inginkan sehingga melakukan ini bajingan?!" teriak Edward dengan kerasnya.
Drew hanya bisa menutup telinganya sembari menampilkan wajah tidak takutnya itu. "Berisik, bodoh!" balasnya kemudian.
"Kau akan menyesal karena sudah melakukan ini brengsek!"
"ARRGHH!! Persetan dengan omonganmu! Aku muak dengan semua omong kosongmu itu! Nyawamu berada di tanganku sekarang!"
Tanpa diduga, tetiba Drew langsung mendekat ke arah Edward sembari menodongkan sebilah pisau ke arah leher jenjang Edward.
Mata Edward memelotot secara refleks. Tidak percaya akan apa yang dilakukan oleh sahabatnya itu. "A-apa yang kau lakukan?" tanya Edward hati-hati. Bukan maksud takut, namun ia harus hati-hati dalam bertindak. Karena orang yang sedang emosi bisa melakukan apa saja. Edward harus menemukan cara yang tepat.
"Haha, kau takut bukan? Jadi berhentilah bertindak menjadi yang paling berkuasa. Kita berdua sama. Kau dan aku ... sama!" ucap Drew dengan penekanan di setiap kalimatnya.
Edward menelan air liurnya perlahan sembari memikirkan apa yang akan ia katakan. "Baiklah, kita berdua memang sama. Lantas, apa yang kau inginkan?"
"Kau tentu tahu betul apa yang aku inginkan."
Edward menggeleng keras. "Tidak, aku tidak tahu. Apa yang kau inginkan hah? Beritahu aku sialan!"
"Pikirkanlah baik-baik brengsek! Cih!" Drew mulai menjauh.
Edward mulai memejamkan matanya. Berusaha untuk memikirkan apa yang Drew inginkan. Namun sekeras apapun ia mencoba, Edward tetap gagal memecahkannya.
"Sungguh, aku benar-benar tidak tahu apa yang ada di dalam otakmu itu! Beritahu aku dan akan langsung aku berikan!"
Seketika mata Drew menjadi melebar dibuatnya. Mendengar hal itu membuat mood-nya menjadi baik kembali. Dengan cepat ia melangkah mendekat ke arah Drew dengan ekspektasi yang begitu tinggi.
"Benarkah?" tanyanya meyakinkan.
Tanpa ragu-ragu Edward menganggukkan kepalanya. Yang penting Edward bisa mengetahui apa yang sahabatnya ini inginkan. Disaat seperti ini pun, Edward masih menganggap Drew seorang sahabat. Pikirnya, Drew hanya sedang khilaf saja.
"Ya, aku akan memberikannya."
"Apapun itu?" tanya Drew
Edward mulai curiga dibuatnya. Apakah hal itu masih dapat disanggupinya? Atau mungkin sesuatu yang memang sudah Edward cegah agar tidak menimbulkan dampak buruk nantinya?
Namun tidak ada pilihan lain, akhirnya Edward menganggukkan kepalanya. "Ya, tentu saja."
Benar seperti dugaan awal, Drew langsung menyeringai ketika sudah mendapatkan persetujuan dari Edward.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME! [ManxBoy 18+]
Short StoryWARNING!!! CERITA INI AKAN PENUH DENGAN UMPATAN KASAR & ADEGAN SEX KERAS. BAGI YANG TIDAK SUKA DENGAN HAL TERSEBUT, TIDAK PERLU DIBACA. ----- Terinspirasi dari sebuah film berjudul [In Time]. Di mana kisah ini menceritakan bahwa slogan: Time is mone...