5. Alumnus

945 27 1
                                    

[5]



"Eiya La, hari ini kamu ada kelas nggak?"

Melepas earphone-nya, melirikan matanya kearah Zahira yang duduk di sampingnya sembari berucap "Ada."

"Jam berapa?"

"Jam satuan sih, habis dzuhur, tapi aku mau ke perpus dulu, buat nyelesain laporan sambil ngapalin materinya, biar nggak oon oon banget pas dengerin dosen ceramah." Ila menegakan badannya, menggulung kabel earphone dan memasukannya di ransel miliknya.

"Eum.. kalo temenin aku ketemuan dulu, bisa?" Kata Zahira hati-hati, ujung jilbabnya berterbangan di tiup angin.

Ila menautkan alisnya, melirik Zahira dan berkata "Ogah, nanti gue jadi nyamuk lagi."

"Ih, bukan ketemuan sama pacar, tapi ketemuan sama alumnus jurusan aku, aku mau sharing sharing tentang skripsi aku sama dia, nggak lama kok, aku cuma minta izin dan minta kontak hapenya biar sharing sharingnya di chat aja, dia udah kerja soalnya, jadi sibuk."

Mengetuk-ngetukan telunjuknya ke dagu, berpikir sejenak. Lalu berucap "Jangan lama-lama tapi ya?" Kata Ila.

Zahira tersenyum. "Iya janji, bentaran doang kok."

Ila mengangguk lalu mengikuti Zahira yang menarik tangannya.

***

"Kak Syauqi?"

Zahira masih berdiri bersama Ila, di depan meja makan menghadap laki-laki yang sebelumnya sudah Zahira hubungi lewat email lalu mengajaknya bertemu disini. Ketika ia memanggilnya, laki-laki itu mendongkakan kepalanya dan menaruh hapenya di meja.

laki-laki itu mempesilahkannya duduk. "Zahira ya?" Katanya memastikan.

Badannya sedikit membungkuk dan tersenyum sopan,"Iya kak."

"Mau minum apa?" Kata laki-laki itu saat kedua gadis yang sudah duduk di hadapannya.

Dengan cepat Zahira menolak halus tawaran itu. "Nggak usah kak, kita bentar doang kok."

Tak memperdulikan penolakan Zahira, laki-laki itu tetap memesankan minum. Sekarang mereka ada di kedai dekat kampus, kebetulan suasananya agak ramai karna waktunya bertepatan dengan makan siang.

"Kenapa? Ada yang bisa saya bantu?" Kata Syauqi, membuka obrolan sambil mengaduk minumannya.

"Eum.. saya di suruh Pak Adit buat sharing-sharing tentang skripsi saya ke kakak, apakah kakak bisa?"

Syauqi nampak berpikir. "Uhm.. bisa. tapi buat waktu fleksibel aja ya? Soalnya sekarang saya udah masuk kerja. Nggak apa-apa kan?"

"Iya kak nggak apa-apa, saya juga mau minta kontak kakak aja, biar sharing sharing-nya lewat chat, boleh?"

"Oh, boleh. bagus kalo gitu."

Bertepatan dengan itu pelayan membawakan minuman, yang langsung di terima Syauqi tak lupa untuk mengucapkan terimakasih.

"Silahkan di minum dulu Zah --Oya, siapa nama temannya?" Kata Syauqi matanya menatap Ila yang langsung mengalihkan fokusnya dari ponsel di genggamannya.

"Ila."

"Syakila, Kak."

Syauqi menatap Kedua gadis itu bergantian.

"Maksudnya nama gue Syakila tapi biasa di panggil Ila." Jelas Ila.

"Oh, FMIPA juga?"

"Nggak kak, beda. Dia Satra." Kali ini Zahira menyeletuk tersenyum agak canggung karna merasa tidak enak kepada Syauqi akan sikap Ila yang tidak ada senyuman diwajahnya ketika berbicara dengan alumnus jurusan, ya walaupun Ila tidak ada kepentingan disini, tapi setidaknya kan?.

"Oh, udah skripsi?"

"Lagi proses." kata Ila lagi.

Syauqi hanya mangut-mangut.

Selesai menghabiskan minum dan mendapatkan kontak Syauqi dan sedikit berbincang-bincang tentang penelitiannya. Zahira izin pamit karna tidak enak kepada Ila yang bakalan ada kelas dua jam lagi, akhirnya mereka berjalan menuju gedung Fakultasnya di temani Zahira.

"Whoaa!"

Ila melirik kearah Zahira yang tersenyum lebar memandangi ponselnya sambil berjalan.

Ila menyelipkan rambutnya ketelinga. "Kenapa lo? Dapet undian mesin cuci?"

"Lihat deh ini foto profil Whatssap kak Syauqi, ganteng abis! idaman banget ini mah." Katanya tak lepas dari ponselnya itu.

Ila mendesah. "Awas loh nanti jadi suka lagi."

"Ya abisnya ganteng gini sih La, cool gitu gayanya, kamu lihat tadi nggak sih, cara dia ngomong? Sopan anaknya baik lagi, iya nggak sih La?"

"Iya."

"Ih Ila.." zahira menurunkan senyumannya.

"Yaiya, dia emang baik, sopan, ganteng, terus apa? Gue harus empati ke dia?"

"Iya deh iya, jangan empati nanti jadi suka lagi, kalo suka kan berabe aku ada saingannya."

"Ambil aja neng."

Zahira tertawa sambil memukuli lengan Ila. Ila emang selalu menghindar jika membicarakan masalah cowok, sepertinya urat ketertarikan  terhadap cowok sudah putus? Atau mungkin ia malas meladeni sifat cowok yang selalu saja ia tidak mengerti dengan segala macam omongannya?

"Tumben Inu nggak kelihatan batang hidungnya, kemana dia?" Tanya Ila

"Lagi sama ceweknya."

"Oh.. masih sama Devi kan, ya?"

"Iya, tapi nih ya? Aku tuh sering kasihan deh sama Devi nya, Inu tuh kaya nggak suka gitu sama Devi, ya pokoknya kalo ada Devi biasa aja, malah Devinya yang heboh, 'Inu sayang, anterin aku makan yuk?' Terus Inunya cuma bilang 'males' tuh Devi sampe mohon mohon tahu, eh tetep aja Inu keukeuh nggak mau, kata aku sih, putusin aja kalo emang udah nggak suka, kasihan anak orang."

"Ibab emang tuh anak. dulu dia yang ngejar-ngejar udah dapet di anggurin, otaknya masih kaya bocah."

Zahira terdiam, mencerna omongan Ila, memang yang di ucapkan Ila benar adanya, Inu suka sekali menganggap enteng masalah cewek. "Kamu ada niat buat pacaran La?" Tanya Zahira.

Sejurus kemudian, Ila tersenyum miring "Ogah."


***

REVISI✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang