2. Musik

2.3K 49 2
                                    

[2]





"Mau jadi apa nanti?"

Bagi Ila mengobrol dengan ayahnya itu seperti orang di interview buat masuk kerja. Seperti sekarang ia sedang di sidang di ruang keluarga, Ayahnya duduk bersebelahan dengan Ibunya, sedangkan Ila duduk di sofa tunggal di hadapan mereka berdua, tangannya memegang ponsel ia mencuri kesempatan untuk sekedar membalas pesan dari teman kampusnya.

"Ila. Taruh dulu hapenya." Celetuk Tania, ibunya. Segera ia menjauhkan ponselnya setelah menyentuh perintah send.


Kini Ila menatap Ayah dan Ibunya lagi, mata Ayahnya terlihat jelas membutuhkan jawaban dari pertanyaannya tadi, Ila hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berkata "ya.. jadi apa aja, selagi itu bisa bermanfaat bagi orang lain, dan Ila juga seneng ngejalaninya, kenapa tidak?"

"Contohnya apa? Jadi anak band?" Cerca Sopyan, ayahnya.

"Ya nggak juga Yah, nggak semua anak musik itu nanti akhirnya jadi anak band."

"Ya terus, kamu ambil jurusan musik, tanpa tahu prospek kerjanya apa? Nggak usah kuliah aja kalo gitu, La."

"Ih, ayah. Jangan gitu dong. Ila yakin kok, kalo kita nyari ilmunya bener-bener insyaallah Allah akan memberikan ganjaran yang setimpal. Ilmu itu bisa apa aja yah, termasuk kita belajar musik. Lagian Ila juga udah mau wisuda, masa masih ngebahas tentang ini. Tetep nggak ngaruh Yah."

Mendesah, dengan acuh Sopyan berucap "Terserah kamu La, mau sampai kapan kamu keras kepala seperti ini, mau sampai punya suami?" Matanya tajam kearah putrinya.

"Ya kita lihat aja nanti."

"Yaudah nanti ibu akan carikan, kalo gitu." Kali ini Tania yang bersuara. Dari matanya tidak ada gurauan dalam perkataannya.

"Ih Ibu, nggak usah serius gitu dong. Ila baru aja mau wisuda masa suruh kawin sih."

"Habisnya kamu ngenyel kalo di kasih tahu, Ayahmu itu mau kamu jadi guru."

"Ya kan, ada guru musik juga Bu, di desa ini kan jarang ada guru musik, siapa tahu kalo Ila ngelamar di sekolah gaji Ila jadi gede karna langkanya guru musik di sekolah itu."

"Terserah kamu La, ngayal aja terus." Tania mengibas-ngibas kan tangannya, lalu beranjak pergi bersama suaminya.

Ila geleng-geleng kepala saat kedua orang tuanya pergi meninggalkannya sendiri. Ila pun beranjak dari duduknya dan melenggang ke kamarnya, ia buka pintu dan kembali menatap poster artis lokal sampai manca negara di temboknya, dimulai dari Ariel peterpan, Last Child, Bondan ft Two Black sampai manca negara seperti Shawn mendes, Bazzi, Drake, dan All Time Low dan masih banyak lagi. Kalo di perhatikan, kamarnya itu lebih mirip konser akbar artis sedunia daripada tempat tidur.

Ila merebahkan tubuhnya di kasur, matanya menatap langit-langit kamarnya, menghembuskan napasnya sembari berucap "Tinggal nyetujuin kemauan anak aja sih? Sampai susah gitu." Kata Ila ia kembali mengambil ponsel di saku jeans nya dan membalas pesan yang baru saja masuk.

Adam Aminullah
Weekend kali,  jalan-jalan kek diem-diem bae

Syakila S. Afiqa
Males


Zahira Sabqie
Kerumah aku aja sini, lagi banyak makanan nih, keponakan aku baru lahiran.

Adam Aminullah
Wah~ ide bagus tuh, jgn di habisin Ra, gue mau kesitu

Adam Aminullah
Ila, lo mau ikut kagak?

Zahira Sabqie
Siyaaapp

Syakila S. Afiqa
Gak tahu

Adam Aminullah
Mau gue jemput

Syakila S. Afiqa
Ayok deh, daripada d rumah sumpek.


Adam Aminullah
Oke. Otw

Zahira Sabqie
Tiati :)





***

Note:

Buat kenyamanan membaca, SAHABAT HIJRAHKU sekarang dalam proses Revisi.
Aku kurang enak aja gitu pas baca ulang, ini cerita ngapa alay gini sih? Ya maklum lah gaes, ini tulisan awal aku di wetped jadi apa banged da.

So, aku Revisi aja deh.

Semoga kalian juga suka.

Yang udah baca sampe tamat, di saranin buat baca ulang, karna BANYAK banget yang di ubah. Ya ini mah saran aja sih.
Yaudah deh, cuma mau ngasih tau itu aja, kalo SAHABAT HIJRAKU lagi dalam proses Revisi jadi mohon bersabar ya sodara-sodara.

Sebelumnya dan sesudahnya aku ucapin terimakasih😊

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang