4. jodohkan

1K 23 3
                                    

[4]



Setelah semua rumah sudah Tania bersihkan, sekarang ia sedang santai duduk di sofa depan tv sambil menunggu kedatangan suaminya, Sopyan selalu pulang ketika makan siang, ia lebih memilih makan siang dirumah, karna jam kerjanya yang tidak padat jadi ada sisa waktu tambahan untuk makan siangnya di rumah.

Sambil menyaksikan sinetron ftv Tania menyandarkan punggungnya di sofa, menghela napas, ia menolehkan kepalanya ketika mendengar bel rumah berbunyi, segera ia membukanya dan itu suaminya.

"Wa'alaikumsalam." Jawab ibu, lalu membiarkan ayah masuk dan langsung ke dapur, ibu membuntutinya di belakang, lalu bersiap untuk membuatkan teh hangat untuknya.

"Bu?" Tanya ayah, jasnya ia sandarkan di punggung kursi.

Ibu membalikan badan dan menatap suaminya "iya yah?"

"Ayah udah nemuin calon buat Ila." Kata Ayah sambil membalikan piring dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk yang sudah tersedia di meja makan.

Ibu menaikan alisnya, setelah mengaduk tehnya ia berbalik dan mendekat kearah suaminya. "Siapa?" Kata Ibu, ia memberikannya kepada suaminya.

"Anaknya temen kantor ayah, anak baik-baik kok Bu."

"Oh, siapa namanya yah?"

Ayah menaruh gelas yang sudah ia habiskan setengahnya, lalu berujar "Rahasia dong." Tertawa kecil.

Ibu sedikit mengerucutkan bibirnya "mm.. yaudah deh.." ibu duduk di kursi yang berhadapan dengan suaminya "umurnya berapa emang, Yah?" Tambahnya.

"27 tahun, kata Ayahnya, dulunya itu satu kampus da sama si Ila."

"Oiya?"

"Iya."

"Terus gimana? Dia setuju?"

Ayah mengkunyah makanannya terlebih dahulu lalu menelannya dan menjawab "Si anaknya Hardinya? Belum ada jawaban."

"Kalo Hardinya sendiri?"

"Setuju banget malah."

"Wah.. ibu kasih tahu Ila, boleh?"

Ayah berdiam sejenak untuk berpikir "Nggak boleh, biar ayah aja." Katanya tersenyum.

Ibu hanya bisa menghela napasnya, jujur berita ini membuat dadanya sedikit lega.

"Nih, Ayah juga ada fotonya. Mau lihat?"

"Mauu.." Ibu meraih ponsel yang di sodorkan Ayah,  Sejurus kemudiam mata ibu membeliak, kedua sudut bibirnya terangkat. "Ya gusti.. cakep banget Yah, Ila pasti mau ini mah, Ibu juga kalo masih muda mah mau."

Ayah mengangkat wajahnya untuk melihat reaksi istrinya yang tersenyum girang "Yeh si ibu, punya anak main di hembat aja." Katanya lalu memakan makanannya dengan lahap.

"Bercanda Ayah. Tapi beneran itu cakep banget, ayah pinter milih calon mantu ya?"

Ayah tersenyum semempesona mungkin, walau pipinya terlihat mengembung karna makanan.

"Ih, Ayah, habisin dulu makannanya." Lalu tanpa bosan Ibu memandangi foto laki-laki di ponselnya lagi. "Eh tapi anaknya gimana, Yah? Kepribadiaannya gimana?" Katanya.

"Ibu tenang aja, ini anak baik-baik, anaknya jarang ngomong tapi kalo masalah kerjaan totalitas banget, kerjanya juga satu divisi sama ayah."

"Wah bagus tuh yah, jadi makin deket."

"Makanya." Ayah mengelap mulut dan tangannya dengan tissue.

"Itu gimana caranya ayah bisa dapet anak ini buat jadi mantu?"

"Ayah keceplosan cerita ke temen ayah,yang namanya Hardi tuh, terus dia juga ngenalin anaknya, terus ayah bilang, 'gimana kalo kita besanan aja Dri?' Ayah sih tadinya bercanda, eh dia malah bilang 'dengan senang hati', yaudah akhirnya deal, tapi si Hardi mau ngomong sama anaknya dulu katanya, nanti keputusannya nyusul, Ibu banyak-banyakin doa ya? Biar di mudahkan oleh Allah  "

"Aamiin, pastilah Ayah." Ibu tersenyum, lalu tersadar akan sesuatu yang mengganjal pikirannya lantas ia bertanya "Yah, apa cara ini nggak terlalu buru-buru? Nanti kalo misal mereka berdua nggak cocok gimana? Terus Ayah mau nyembunyiin identitas cowoknya ke Ila? Itu bagaimana ceritanya, nanti Ila ngamuk gimana?"

Ayah meneguk teh manisnya hingga habis, lalu berdehem untuk menjawab. "Ibu.. ayah udah pikirkan jauh-jauh hari soal ini, ayah juga keceplosannya bukan ke sembarang orang, ayah udah ada feeling ke si Hardi, makanya ayah nyaman ngobrol sama dia. Masalah cocok apa nggak? Kita lihat dulu prosesnya, Ila emang nggak akan Ayah kasih tahu, nanti dia sibuk nilai calonnya daripada diri sendiri, Ayah sama Hardi udah sepakat kalo si anaknya Hardi yang mendekati Ila, gitu Bu."

"Eum.. ribet." Celetuk Ibu, lalu membawa bekas makan suaminya untuk di cuci

"Makanya setelah Ila lulus, kita langsung nikahin mereka, ya?"

"Terserah ayah aja deh."

***

REVISI✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang