6. Syakila

848 22 0
                                    

[6]




Sebelum membuka pintu kamar anaknya, pak Hardi menatap arloji yang menempel di pergelangan tangannya, masih jam delapan, Syauqi pasti belum tidur.

Ketika pintu dibuka, benar saja Syauqi masih belum tidur ia mengalihkan pandangannya dari leptop dan beralih menatap kedatangan Papahnya, ia membenarkan posisinya menjadi duduk bersila di atas kasur.

"Kenapa Pah?" Tanya Syauqi.

Pak Hardi duduk di sebelah Syauqi "Gimana tadi kerjanya?"

"Nyamam pah Alhamdulillah, insyaallah Syauqi betah deh kayanya."

"Syukur deh kalo gitu?"

"Iya, Papah cuma mau ngomong itu doang."

"Kamu lagi sibuk ya?" Hardi melirik sekilas yang sedang Syauqi kerjakan.

"Nggak kok, Pah. kenapa? mau ada yang diomongin lagi."

"Iya." Hardi berdehem. "Ada niatan mau punya istri nggak?"

Syauqi terkekeh, mengelus belakang kepalanya "Niat mah ada lah Pah, tapi jangan sekarang."

"Kenapa?"

"Ya belum ada calonnya." Syauqi tertawa.

"Papah udah nemu calonnya?"

"Hah?" Membulatkan matanya, sembari berucap "Seriusan pah?"

"Iya ."

"Siapa?"

"Anaknya temen Papah. Pak Sopyan tuh, kau tahu pak Sopyan kan?"

"Oh, yang satu divisi bareng Papah."

"Iya, dia punya anak gadis masih kuliah sih, tapi bentar lagi lulus, cantik anaknya juga, Papah harap sih, kamu mau sama dia, mamah juga udah setuju kalo kamu sama anaknya pak Sopyan itu, anaknya rajin, nggak neko-neko, sederhana, walau ya.. kemewahan Ayahnya bisa dia gunakan untuk foya-foya eh malah ia bikin buat penampungan anak."

Ada sesuatu yang membuat jantungnya berdebar dengan penasaran Syauqi kembali bertanya "Siapa namanya Pah?"

"Syakila."

"Hah?" Syakila? Kaya pernah denger? Apa wanita kemarin yang nemenin adik tingkat saya? Ah nama Syakila mah banyak, masa iya dia doang. "Kuliah dimana Pah."

"Sama kaya kamu dulu."

"Fakultas?"

"Seni."

Duarr! Syauqi membuka matanya lebar-lebar, apakah dunia sesempit ini? Pikirnya.

"Kamu tahu?"

Syauqi mengangguk, dia tahu. Wanita dengan perawakan kecil rambut panjang, alis tebal, bibir yang mungil, dan cara pakaiannya yang kasual, beda dengan adik tingkatnya yang se Fakultas.  Zahira berjilbab, dia tidak.

"Gimana?"

Syauqi mengerjapkan matanya, lamunannya terhenti tentang membayangkan wujud Syakila yang papahnya pilihkan untuknya, cantik, tapi apa cukup cantik doang buat jadi istri?

"Nanti kamu deketin aja, buat mengenal Syakila lebih jauh, yang pasti Pak Sopyan nggak ngasih tahu anaknya di jodohin sama kamu."

"Lah, kenapa?"

"Kurang tahu, yaudah deketin dulu aja yah? Masalah cocok apa enggaknya kita lihat nanti? Oke bro?"

Syauqi tertawa mendengar papahnya mengucapkan kata 'bro' untuknya, ia pun mengangkat tangannya membalas tangan papahnya. "Oke bos." Balasnya, kemudian tawanya berubah menjadi senyuman kecil dan berubah lagi menjadi resah.

Syakila, ya?

***

REVISI✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang