25. Istiqomah

679 15 0
                                    

[25]




Rasanya lebih tenang saat ia bisa berada di samping suaminya, sampai ia merasa kantuk dan ingin tidur karna seharian ia banyak membuang air matanya karna Inu, malam ini Ila berhasil lolos dari Inu akibat bantuan dari Zahira, Inu sudah menyerahkan dirinya di kantor polisi. Syukurlah, sekarang pikirannya hanya fokus kepada kesembuhan suaminya.

Belaian tangan Syauqi membuat Ila membuka matanya dan mengerjap berkali kali. Lalu alisnya meninggi di iringi senyumannya yang lebar ketika mendapati Syauqi sudah tersadar.

"Kak, kakak udah bangun? Apanya yang masih sakit? Mau minum nggak?" Tanya Ila saking senangnya.

"Minum." Ucap Syauqi suaranya masih lemas, ia belum bisa berkata banyak.

Dengan sigap, Ila mengambilkan air minum dan membantu Syauqi untuk meminumnya.

"Sayang?" Ucap Syauqi, setelah tenggorokannya sudah terasa basah. Matanya menatap hangat istrinya.

Ila mematung hatinya berdesir dan kembali lagi senyumannya terukir, pipinya merona saat Syauqi memanggilnya dengan sebutan yang asing di telinganya.

Ila pun berdehem "Iya, kak?"

"Udah baca Al-quran?"

Ila menggeleng, dari pagi sampai sore ia berada di situasi yang menegangkan jadi ia tidak sempat untuk membacanya.

"Baca disini ya? Aku akan nagih setorannya nanti."

Ila tersenyum, dan mengangguk lalu pergi untuk mengambil air wudhu.

Ketika Ila sudah siap dengan outer dan jilbab yang ia kenakan, Syauqi menyeletuk. "Nanti istiqomahin pake jilbab, biar lebih semangat aku beliin yang banyak deh nanti." Ia masih dalam posisi terduduk di atas ranjang rumah sakit.

Ila mengangguk, namun ia sendiri belum yakin untuk mengistiqomahkan jilbabnya, Ila mengambil kursi dan di dekatkan dengan ranjang, lalu menatap Syauqi yang juga demikian. "Kak?" Panggil Ila.

Syauqi mendehem, membaringkan tubuhnya kembali,memejamkan matanya, dan merasakan nyeri di tubuhnya, yang kadang terasa sakit saat tubuhnya bergerak.

Ila menghela napas, lalu melanjutkan ucapannya. "Kenapa kakak suruh aku berjilbab? Kakak malu ya, punya istri yang kaya aku, kelihatan masih bocah gini?"

Syauqi tersenyum, sebenarnya ia ingin tertawa namun otot-ototnya belum bisa di komfromi.

"Nggaklah, aku nggak mau aja paras cantik kamu jadi tontonan publik, ya walaupun make jilbab juga masih keliatan cantiknya, setidaknya aku bisa melihat yang orang lain tidak dapat melihat."

Ila menautkan alisnya. "Contohnya?"

Berpikir, akhirnya Syauqi tersenyum dan menjawab "Ya.. banyak. Intinya sih, nggak boleh ada orang lain yang 'nyentuh' kamu selain aku."

Ila tertegun.

Inu  hampir saja menyentuhnya saat itu.

Apa memang seharusnya Ila menggunakan Jilbab untuk menjaga dirinya dari pandangan laki-laki lain selain suaminya? Namun Ila hanya mengangguk, dan mulai membuka mushaf lalu membaca ayat demi ayat hingga Syauqi kembali merasa tenang dan nyaman.

***

REVISI✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang