28. kopi

873 16 6
                                    

[28]






Selepas pulang dari kafe bersama Zahira, Ila langsung pulang dan tidak lupa mengabari suaminya, namun Syauqi bilang di dalam teleponnya dia tidak bisa pulang cepet karna meeting dadakan dan kemungkinan lembur sampai jam delapan malam.

Ila menghela napas, ini bukan pertama kalinya dalam pernikahnnya kalau Ila di tinggal sendirian di rumah dengan alasan lembur, maka Ila tidak ambil pusing ia segera bergegas untuk mandi dan menunaikan shalat maghrib.

Setelah membaca dua lembar Al-quran Ila membuka mukenahnya dan menggantinya dengan Jilbab berwarna ungu, ia keluar kamar menuju dapur dan memasak untuk makan malam.

Sayur sop dan tempe bacem sudah di hidangkan, masih terlihat uap yang menyumbul dari masakan itu, namun waktu Isya telah tiba, Ila menutup masakannya lalu kembali mengambil air wudhu.

Setelah melaksanakan kewajibannya Ila terduduk di atas kursi meja rias, mengoleskan sedikit bedak bayi ke pipinya, ia menekan tombol di ponselnya, apakah ada pesan masuk dari suaminya? Namun hasilnya nihil, ia kembali menatap wajahnya di cermin lalu memakai kembali jilbabnya dan keluar dari kamar menuju dapur.

Ila merasa janggal, saat kaca belakang bergeser -yang membatasi dapur dan halaman belakang- dengan penasaran Ila melangkah ke halaman belakang dan betapa terkejutnya ketika Ila tahu itu suaminya yang sedang duduk di kursi taman dekat kolam ikan, tuxedo-nya sudah ia lepas dan kini menyisahkan kemeja merah maroon yang sudah di buka kedua kancing atasnya.

"Kak Syauqi?" Panggil Ila, hati-hati karna kelihatannya Syauqi sedang melamun.

Syauqi menengok lalu wajahnya berubah menjadi sumringah. "Eh, sayang." Ia menarik tangan Ila dan menciuminya hingga Ila terduduk di sampingnya.

"Pulang kapan? Kok aku nggak tahu?" Kata Ila, Syauqi menatap Ila dan mengembalikan tangan istrinya itu.

"Maaf sayang, tadi aku ucapin salam kamu nggak jawab, pas aku lihat ke kamar, kamu lagi ngaji, yaudah kakak kesini aja."

Ila tersenyum, ia juga bingung kenapa ia bisa tidak mendengarnya? Ah sudahlah.

Ila jadi teringat perbincangan tadi siang dengan Zahira tentang sapaannya kepada Syauqi.

"Eum.. maaf ya, M-mas..."

Seketika, Syauqi membulatkan matanya kearah Ila.

"Kenapa?" Tanya Ila, canggung, karna reaksi Syauqi beda dari perkiraannya, dipikirnya Syauqi akan senang atau paling tidak tersenyum, tapi kenapa ini malah melotot tanpa ekspresi?

"Bisa di ulangin lagi nggak, tadi kamu bilang apa?" Kata Syauqi.

"Aku tadi emang bilang apa?"

"Tuh, kan." Syauqi tersenyum jahil lalu meraih secangkir kopi yang membatasi mereka berdua dan memindahkannya di meja kayu agar ia bisa mendekatkan dirinya ke Ila.

"Ih apaan sih deket-deket?" Ucap Ila, ia berusaha menjauhkan tubuh Syauqi yang sudah memeluknya. "Kamu tuh bau, mas."

Syauqi berhenti mengecupi puncak kepala Ila, melihat secara dekat bulu mata lentik istrinya dan berbicara "Sejak kapan kamu manggil aku mas?"

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang