20. natural

660 22 0
                                    

[20]


Di depan keramaian zahira terlihat cemas sembari membolak balikan handphone nya, entah apa yang zahira pikirkan tapi ia terlihat bingung di tengah tengah resepsi pernikahan sahabatnya.

kamu kemana sih nu? Apa aku sms aja yah? Ah, orang udah! Tapi ga di bales! Coba lagi deh.
Gerutu zahira. Ia mulai mengetik di keypad handphone nya.

To: Inu

Assalamualaikum?
Nu, kamu dimana? Sekarang ila udah nikah lho.. Bales dong. Lo mau dateng nggak?

Send»


Namun pesan singkat itu tak kunjung di balas, zahira akhirnya kembali ke acara Ila dan berbaur bersama tamu undangan yang lain.



***



Ila duduk terdiam menatap wajahnya yang terlihat asing. Ia agak terlonjak kaget saat seseorang membuka pintunya masuk kedalam kamarnya dengan mengucapkan salam, suara itu begitu lirih dan berwibawa. Seorang pria yang masih mengenakan jas itu duduk di tepi ranjang, tepatnya di belakang ila, tanpa ada kata kata di antara mereka, syauqi melepaskan jas dan pecinya. Dari balik cermin Ila tercengang melihatnya, ini suamiku?

"Wa'alaikumsalam." Jawabnya ketika sadar ia belum menjawabnya. Ila membalikan badannya dan mengatur deru napasnya sembari berucap "Hai, ka?"
Dengan ucapan yang sedikit ragu dan gemetar, ila memberanikan diri untuk mengatakan nya.

Alis Syauqi terpaut, menatap wajah Ila yang masih lengkap dengan Make-up. "Kok, Hai?"

"I-iya.. eum.. selamat datang di kamar aku." Ila tersenyum, ia tidak tahu apa kata yang pas untuk memulai percakapan dengan Syauqi.

Kedua kalinya Syauqi menautkan alisnya dan terkekeh melihat kegugupan ila. "Loh, kamu nggak mau berbagi, kitakan suami istri, kamar kamu kamar aku juga lah." Syauqi melepas dasi dan sepatunya, lalu mengamati wajah Ila yang masih kaku di buatnya. "Ini, aku taruh dimana?" Kata Syauqi sambil menenteng sepatunya.

"Ng-nggak usah kak, biar aku aja yang naruh." Ila segera mengambil alih sepatunya, lalu menaruhnya di rak kecil, ia kembali menatap Syauqi yang hanya mengenakan kemeja putih yang dua kancing teratasnya sudah dibuka, mungkin ia lelah karna hampir seharian berdiri untuk menyalami tamu undangan. Ila pun punya inisiatif "Ng.. Kak Syauqi mau minum? Biar aku ambilin."

Sebelum menjawab ia memutar badannya untuk melihat lawan bicara, jeda lima detik Syauqi terdiam menatap Ila yang sudah salah tingkah. "Kayanya kurang enak deh, kalo minta tolong sama kamu sementara kamu masih mengenakan gaun seperti itu, nggak mau mandi dan ganti baju dulu?" Katanya.

Sontak Ila menatap dirinya sendiri, benar juga apa yang dikatakan Syauqi, ia mengangguk lalu beranjak mengambil baju di almari bergegas untuk mandi dan mengganti bajunya.

Sambil memulihkan tenaganya, Syauqi coba membaringkan tubuhnya di kasur sambil membuka data di ponselnya, ternyata banyak yang memberinya selamat dan doa lewat pesan singkat. Ia menghela napasnya, ketika ia sudah membalas sebagian pesannya, Syauqi bangkit dan duduk, dan betapa kagetnya saat ia melihat gadis dengan menggunakan piyama berwarna biru muda yang baru keluar dari kamar mandi, rambutnya masih terlihat basah, tidak ada make-up di wajahnya, wajahnya terlihat cantik natural. Ila tersenyum melihat Syauqi yang menatapnya.

Ila berdehem. "Kakak mau aku ambilin minum sekarang?" Katanya.

Syauqi mengerjapkan matanya "Boleh." Katanya ."jangan lama-lama." Ucapnya lagi. ia terlihat begitu kaku saat menjawabnya. Kalau waktu boleh Syauqi hentikan maka ia akan menghentikannya, hanya untuk memandangi istrinya saja.

Kemudian Ila pergi meninggalkan Syauqi yang masih menatapnya sampai pintu tertutup dan berhasil membangunkan lamunannya.

Aduh, nggak boleh di sia-siain ini mah.

Tidak mau berpikiran yang macam-macam Syauqi kembali membuka data di ponselnya dan kembali membalas pesan dari teman-temannya, namun tidak di pungkiri senyumannya tidak kunjung hilang semenjak ia melihat Ila yang terlihat natural tadi.

Suara pintu menginterupsi Syauqi, ia segera bangkit mengubah posisinya menjadi terduduk, membiarkan Ila menaruh gelas di nakas lalu ia meminumnya. Ila duduk di kursi meja rias menghadap Syauqi, ia menunggu pria itu menghabiskan airnya dan menaruh kembali gelas itu di atas nakas.

"Kak?" Panggil Ila.

Syauqi melirik Ila dan bergumam. "Iya?"

"Aku mau tanya boleh?"

Syauqi tersenyum, entah ia harus senang atau tidak berada di posisi ini, namun ia sungguh tidak bisa menahan diri untuk berhenti tersenyum memandang istrinya ini, Namun ia mengangguk. "Boleh."

"Kakak menikahiku, kemauan sendiri atau paksaan dari orang tua?"

Syauqi terkekeh. "Kemauan sendiri."

"Hah?" Ucap Ila. "Kenapa kakak mau aku? Kenapa kakak pilih aku?"

"Yakin ini di jawab sekarang?" Tanya Syauqi.

"Ya iya, yakin."

"Kamu nggak capek, atau mau tidur dulu, biar kita ngobrolin ini besok?" Syauqi tersenyum salah tingkah menghindar dari tatapan bingung Ila, ini anak gemesin banget gusti.

"Nggak, aku mau sekarang aja." Ucap Ila.

Syauqi menghela napas sebelum menjawabnya. "Aku suka cara kamu hidup." Matanya melirik Ila dan tersenyum.

"Maksudnya."

"Aku suka cara kamu memanfaatkan waktu mudamu, aku suka kamu yang perduli dengan anak-anak, aku suka dengan sikap logis kamu."

"Apa itu semua cukup untuk menjadikan ku seorang istri?"

"Enough. You're complete, Syakila, i'm in love with you."

Ila mendadak tubuhnya menjadi membatu, Syauqi mencintainya? Yang benar saja?






***

Revisi✔

SAHABAT HIJRAHKU [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang