PROLOG

49.4K 606 16
                                    


Bandara Soekarno-Hatta

5 tahun, akhinya aku memutuskan kembali pulang ke tanah air. Negara yang penuh kenangan pahit yang ingin kuhapus di buku sejarah hidupku. Memutuskan kembali berarti ada konsekuensi yang harus kutanggung salah satunya bertemu pria yang telah merengut masa remajaku, masa depanku. Lelaki yang membuatku terjerumus dalam lembah dosa. Namun di negara ini juga, ada sepasang suami-istri yang menungguku, menunggu penjelasan dan menungguku kembali untuk mengembalikan hartaku yang berharga. Ya...Harta berharga itu adalah putriku. Dan yang paling kutakutkan adalah kembalinya dia, dia yang dulu pernah mengisi kekosongan hatiku. Lelaki yang kucampakkan begitu saja. Kembali ke sini berarti aku harus siap bertemu kembali dengannya, dia ayah dari putriku


-------------------------------*****----------------------------------

Hari ini setelah 5 tahun kepergianku, aku kembali ke jakarta. Menginjakkan kakiku di bandara ini. Aku berjalan keluar dari ruang imigrasi. Seorang wanita muda menggendong bayi laki-laki berusia 4 bulan sudah menungguku disana. Dia masih terlihat sama bahkan sangat cantik, siapa yang sangka dia ibu dari 3 anak sekarang, tak heran sobatku itu gak mau berpaling. Senyumnya kian melebar seiring langkahku yang mendekatinya, "Akhirnya dateng juga omy" ucapnya sembari menggendong putra bungsunya.

"Sorry...lama nunggu ya, maafin omy ya. Cie cowok lagi nih. Hebat banget dia, benihnya cowok semua nih" godaku padanya

"Ah kak ody bisa aja nih. Ayo kak, pak diman dah nunggu di parkiran"jawabnya dengan wajah merona karna malu. Sambil jalan menuju parkiran akupun sedikit memainkan tangan bayi lucu itu, "Siapa namanya pangeran kecil omy, bunda?" tanyaku.

"Namanya zafran omy" jawabnya dengan nada anak kecil.

"Zafran, gendong omy mau gak?" Ucapku sambil merentangkan tangan pada bayi mungil ini. Seolah mengerti ucapanku Zafran tersenyum dan tak kulewatkan kesempatan emas ini. Kuraih Zafran dari gendongan bundanya.

"Sini kak, biar kopernya aku yang bawa"ucapnya menawarkan diri lalu aku mengangguk, "Duh gue ngerepotin elo nih"

"Ih kak ody ngomong apa sih, kaya sama siapa aja, yuk ah"ucapnya dengan nada santai. Kamipun berjalan menuju parkiran di airport. Mobil melaju keluar lingkungan airport.
"Kita kemana nih?" Tanyaku sambil memainkan tangan mungil Zafran sekali lagi

Sang bunda menoleh dan tersenyum, "Jemput Kafie sama Thiya kak. Jam segini mereka dah jamnya pulang" jelasnya padaku, penjelasan itu membuatku tersenyum senang.

"Kangen banget aku sama mereka. Pasti mereka dah gede ya, Kafie gak dingin kaya ayahnya kan? Trus Thiya gimana, dia dah sekolah ya? Gak sabar ketemu mereka, btw Aryaan kemana kok gak diajak sih. Aku kan kangen juga sama dia"ucapku panjang lebar.

Sembari tertawa wanita yang 2 tahun lebih muda dariku ini menjelaskan dengan nada sedikit serius, "Deng... Doa omy gak kekabul, Kafie dah kaya fotocopyan ayahnya. Thiya udah kelas 2 SD. Kalo Aryaan abis sakit. Biasa you know sobatmu kan kak, dia kelewat protektif, jadi aku gak bole bawa mereka pergi-pergi padahal dia dah bosen banget di rumah mulu" jelasnya dengan wajah sedikit cemberut.

"Hahaha suami kamu tetep berlebihan ya, trus sekarang kegiatan kamu apa ca?"

"Ya gini, jadi ibu rumah tangga kak. Waktu aryaan masih umur 2 tahun, aku sempet kerja. Namanya juga training kan tentunya pulangku agak malem gitu trus temen kantorku rada gak percaya kalo aku dah punya 3 anak. Mungkin karna aku nikah muda kali ya. Nah pas Ian anter aku ke kantor, temenku ngiranya dia kakak aku, dia juga gak klarifikasi apa-apa trus ada atasanku yang naksir aku dan langsung ngenalin diri ke Ian gitu. Sering juga dia ngajakin aku jalan padahal gak pernah aku gubris, eh dia malah nekat dateng ke rumah pas hari sabtu. Kan sabtu anak-anak jatahnya ke rumah bunda jadi sepi. Dia bahkan minta ijin ke Ian buat ngajakin aku jalan." Mau tak mau aku menutup mulutku, kebayang keselnya suami Caca yang terkenal posesif itu,

Unexpected Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang