"Gue berasa di bodohi. Gimana mungkin gue gak tau kalo ternyata musuh gue berada gak jauh dari tempat gue berdiri"
"Maksud lo?"ucapku masih menatapnya
"Adrian...long time no see"ucap suara berat lainnya di belakangku. Akupun berbalik dan menemukan sosoknya.
"Adam..." Ucapku dengan lirih.
-------------------------------***-----------------------------------
"Ody, lo... Selama ini lo disini" ucapnya terlihat bingung saat melihatku setelah 6 tahun berlalu.
"Hai dam, long time no see, gak nyangka kita bertemu di tempat ini. Ternyata lo orang yang buat adrian kesel setengah mampus" ucapku santai seolah-olah ini pertama kali kami bertemu dan saling mengenal.
"elo..."
"Ian, gue balik dulu ya, kayaknya gue capek banget deh. Kita ketemu besok" ucapku pada adrian yang menatapku curiga. Tak lupa aku mengecup pipinya. Adam terlihat kaget dengan sikapku dan hendak menahanku namun Viko langsung meraih bahunya dan merangkulnya.
"Eits... Lo lama gak ketemu mana peluk lo buat gue sama adrian. Ngopi dulu lah... Yuk ian, lama kan kita gak ketemu"
"Oh... Gue check in dulu"
"Kita tunggu ya, di Starbucks" ucap Viko merangkul bahu Adam dengan erat.
Aku segera masuk ke kamarku. Aku benar-benar takut atas reaksi adrian terhadapku. Tidak...dia gak mungkin tahu. Aku harus bersikap biasa aja.
Dug...dug...dug
Itu bukan ketukan tapi lebih ke gedoran.
"Ody buka. Gue tahu lo di dalem"Pasrah aku membuka pintu dan benar saja adrian tak lagi menenteng tas dan kopernya. Kali ini bukan tatapan bingung namun marah. Dia langsung nyelonong masuk.
"Adrian.. lo apa-apa'an sih?""Stop bohongin gue ! Gue bener-bener gak habis pikir. Lo tega bohongin gue" ucapnya marah.
"Bohong? Bohong apa? Gue gak ngerasa bohongin elo"
"Lo keterlaluan dy, udah cukup gue bersabar 5 tahun. Sekarang lo jujur sama gue, dy. Siapa dy? Siapa ayah dari thiya? Jawab dy !" Semburnya sambil menggoncang bahuku dengan kasar.
Aku diam seribu bahasa tak ingin sedikitpun mengeluarkan suara. Aku mengunci rapat mulutku. Aku tidak peduli apa yg dilakukan adrian, apakah dia akan menamparku dan memukulku agar aku mengaku. Yang jelas aku akan tetap mengunci rapat bibirku ini
"Amerelie Paramitha Melody jawab pertanyaan gue"teriaknya"Adam kan... Dia kan ayahnya thiya. Ody jangan diem. Lo jawab pertanyaan gue" lanjutnya
"Lo tetep akan diam. Oke... Kalo lo gak mau ngomong gue yang bakalan tanya sama dia" ucapnya hendak meninggalkanku.akupun mencegahnya dan berlutut sambil menggosok-gosokan tanganku di hadapannya
"Gue mohon jangan ian. Dia gak tahu apa-apa"
"Apa maksud lo dia gak tau apa-apa. Dia hamilin elo dan pergi entah kemana"
"Gue yang salah... Gue yang ninggalin dia. Dia gak tau gue hamil ian... Gue mohon jangan"
"Gak ! Udah cukup gue diem 5 tahun. Biarin gue ngomong dan hajar dia"
"Adrian... Jangan ian... Gue mohon sama lo. Kali ini aja... Please"
"Kali ini aja? Ody lo gila, thiya butuh seorang ayah. Apa lo tau apa yang lakuin ini. Lo bebasin dia dari tanggung jawab dy!" Ucapnya
"Gue tau... Tapi gue gak ada pilihan lain. Gue janji akan bawa thiya ke belanda. Tapi tolong... Please jangan bilang apa-apa sama adam, ian...gue mohon"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (End)
Ficción GeneralSekuel Cupid, I Love You Warning 21++ (Tersedia di Google Book) 5 tahun, akhirnya aku memutuskan kembali pulang ke tanah air. Negara yang penuh kenangan pahit yang ingin kuhapus di buku sejarah hidupku. Memutuskan kembali berarti ada konsekuensi yan...