7. Aib di masa remajaku

8.1K 239 4
                                    

Sesampainya di kamar,

akhirnya kurebahkan badanku di kasur. Mengingat-ingat apa saja yang aku lakukan pagi ini. entah mengapa aku kepikiran Arman. Wajahnya tampan, kulitnya putih bersih, sebenarnya dia terlihat mempesona diumurnya yang baru 15 tahun itu, bagaimana kalo dia umur 25 mungkin banyak yang mau jadi pacarnya namun sayang sikapnya saja yang menyebalkan, andai dia manis mungkin aku bisa memperlakukannya dengan baik selayaknya anakku sendiri. tiba-tiba aku teringat sesuatu yang sudah lama aku buang jauh dari ingatanku aku justru memikirkan bagaimana seandainya bayiku tidak meninggal, mungkin dia seumuran Arman sekarang. Pelan-pelan aku mengingat kejadian 15 tahun yang lalu, tepat aku berusia 14 tahun.

Flashback (Warning 21+)

Sudah hampir 1 tahun mama pergi meninggalkan aku sendiri bersama om beni. semakin hari aku semakin takut padanya, ada yang berbeda saat dia menatap diriku. tatapannya lain seperti ingin menerkamku. tiap malam aku memastikan pintu kamarku terkunci. aku takut om beni tiba-tiba masuk dan memelukku seperti tempo hari. hari ini berbeda, om beni terlihat baik padaku. dia tidak lagi mabuk. bahkan hari ini dia membawakanku makanan dan minuman. apa dia benar-benar jadi baik mengingat dia kemarin mengatakan padaku untuk melayani temannya yang mabuk. tentu aku menolaknya. Kemudian dia menyuruhku masuk ke kamar dan mengunci pintu. Hari ini, om Beni datang membawakan penyetan dan es teh. Dia meletakkan teh itu di gelas dan menyuruhku menemaninya makan malam. aku hanya menurut saja karna aku juga lapar, aku belum makan dari siang.

dia memperlakukanku sangat baik sehingga tidak membuatku curiga sedikitpun. dia bahkan tidak membiarkanku mencuci piring dan malah menyuruhku menonton tv. aneh. tapi aku tidak berpikir panjang. beberapa menit kemudian, aku merasa ada yang aneh dengan tubuhku. tubuhku rasanya panas, gerah. tapi aku tinggal di surabaya yang terkenal kota panas. namun panas ini benar-benar aneh. ingin rasanya aku membuka bajuku. aku benar-benar tidak tahan dengan panasnya. akupun masuk ke kamar , disaat aku akan mengunci pintu om beni masuk.

"kenapa? kamu kenapa ody?" tanyanya kepadaku

"gak tau om, ody ngerasa panas sama gerah"

"oh kamu kepanasan ya sayang, pengen buka baju" tanyanya padaku, akupun mengangguk

"ya udah buka aja sayang"

"om keluar aja, ody mau di kamar sendiri"

"enggak, om gak mau keluar. om mau ody puasin om disini"

"maksud om?" tanyaku sangat bingung dengan omongannya. tanpa basa-basi dia menarik kemudian menutup pintu kamarku. dia menciumku dan menindihku.

"apa yang om lakukan?"

"om hanya membantumu agar kau tidak kepanasan ody. ayolah om tahu kamu tidak tahan kan dengan panasnya" ucapnya kembali mencium bibirku, tengkukku hingga aku tidak tahan.

"panas... om...panas..."

"iya sayang, makanya sini om bantu bukain baju kamu"

aku benar-benar tidak bisa berpikir saat itu. yang ada dalam pikiranku hanyalah mengernyahkan panas yang melanda tubuhku. aku tidak menyadari tangan om beni yang mulai meremas dadaku sambil terus menerus mencumbuku. tak puas dengan itu tanganya mulai turun menyusuri perut dan berhenti di daerah intimku. dia mulai membelai dan menggosok pelan disana. om beni tahu kalau aku sudah masa puber. aku sudah mendapatkan haid pertamaku saat aku berusia 11 tahun. dia terus menerus menggosoknya membuatku geli dan semakin tidak tahan akan sesuatu. aku benar-benar tidak tahu apa itu. mengapa tubuhku merespon seperti ini. bahkan aku sama sekali tidak protes saat dia merebahkanku tanpa sehelai benangpun di ranjang.

Unexpected Love (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang