Sinar mentari mulai masuk ke sela-sela gorden kamar. Aku mengerjap-ngerjapkan kedua mataku untuk membiasakannya. Kepalaku terasa pusing, kuedarkan pandanganku melihat sekeliling kamar. Kamar itu bercat warna biru muda yang usang bukan krem, bahkan aku tak lagi melihat kolam renang dari jendela melainkan pohon mangga.
Apa-apa'an ini...Kamar siapa ini? Kenapa gak seperti kemarin? Seingatku aku tertidur di kamar hotel caca, tapi ini beda? Ini juga bukan kamar thiya... Dimana ini?
Kemudian sebuah handuk kecil jatuh dari keningku, menandakan semalam aku tengah demam tinggi.
Cekrek
Suara daun pintu dibuka, tampak seorang pria membawa nampan berisi makanan. Kepalaku terlalu pusing untuk fokus padanya.
"Kamu dah bangun dy? Ini aku buatin bubur buat kamu" ucapnyaSuara ini... Gak...gak mungkin... Gak mungkin ini dia...
Aku mencoba memfokuskan pandanganku kearahnya. Kulihat wajahnya sedang tersenyum
"Kemaren kamu demam tinggi, aku khawatir banget, makan dulu ya"ucapnyakenapa wajahnya saat ini muncul. kenapa dia hadir lagi, aku lari, berkata kasar padanya, kenapa dia di sini?
"Kamu...? Gak mungkin...? Ngapain kamu disini?"
Diletakkan tangannya ke dahiku mengecek suhu tubuhku
"Masih agak anget, kamu bisa bangunkah? Sini aku bantuin""Pergi... Pergi... Aku gak butuh bantuan kamu... Pergii !!!!" Ucapku setengah berteriak.
Seakan mengalami mimpi dejavu, aku bangun terduduk dan handuk kecil itu jatuh di pangkuanku.
"Ada apa kak?"Aku menoleh wajah caca yang menatapku sarat akan kekhawatiran. Dia duduk dilantai dengan kedua siku di ranjang, aku yakin dia tidak tidur semalaman melihat kantung mata yang bertengger di wajah cantiknya. Aku menatap sekeliling, aku masih berada di kamar yang sama seperti semalam.
Fiuh.... Cuma mimpi...
"Kak ody kenapa?" Kata caca kemudian bangkit dan duduk di tepian ranjang kemudian meletakkan tangannya di dahiku
"Fiuh... Untung saja demam kakak sudah turun" lanjutnya lega.
"Gue kenapa ca?"
"Kakak kemaren demam tinggi banget, sampe aku sama ian bingung"
"Demam?" Tanyaku kemudian caca mengangguk
Tok...tok...tok...
"Masuk yang?" Ucapnya saat terdengar ketuka . Benar saja adrian sudah melongokkan kepalanya
"Udah bangun yang, eh lo dah bangun juga dy. Gimana badan lo, udah enakan?" Ucapnya kemudian masuk dan mendekati kami. Sama seperti caca, adrian meletakkan tanganya di dahiku
"Masih agak anget sih. Mau gue anter ke dokter?" Tawarnya
Aku berniat menggeleng namun caca langsung menjawab
"Kayaknya iya deh, kamu siap-siap gih" ucapnya pada adrian"Gak usah ca, ian. Sorry ya gue ngerepotin kalian"
"Gak usah gimana sih kak, kakak tuh badannya gak sehat gini. Kita khawatir kakak demam tinggi lagi" omelnya
"Iya dy, semalem demam lo tinggi banget. Hampir aja gue bawa ke RS untungnya jam 3 tadi dah mulai turun makanya gue balik ke kamar sedangkan caca jagain elo"
"Udah kak gak ada tapi-tapian sepuluh menit dah siap ya" ucapnya menepuk bahuku bersamaan dengan sang suami meninggalkan kamarku.
***
Di mobil.
![](https://img.wattpad.com/cover/82356699-288-k286298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (End)
General FictionSekuel Cupid, I Love You Warning 21++ (Tersedia di Google Book) 5 tahun, akhirnya aku memutuskan kembali pulang ke tanah air. Negara yang penuh kenangan pahit yang ingin kuhapus di buku sejarah hidupku. Memutuskan kembali berarti ada konsekuensi yan...