[7] Back Hug

4.5K 373 33
                                    

Lidya tak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Melody. Ia terus mengamati wajah cantik sang kekasih. Bahkan saat Melody akan mencuci mangkuk dan gelasnya, mata Lidya seolah hanya diciptakan untuk melihat Melody seorang. Tak ada kata yang terucap dari bibirnya, hanya ada sebuah senyuman kekaguman dan pandangan penuh arti yang terlukis di wajahnya.

***

Lidya bangkit dari duduknya. Berjalan perlahan kearah Melody yang sedang mencuci mangkuk serta gelas. Ia memandangi punggung Melody dengan seutas senyum di bibirnya.

Sret

Tangan Lidya mendarat dengan sempurna pada perut rata Melody. Dagunya pun sudah ia posisikan pada bahu kiri Melody. Ia memeluk Melody dari belakang.

Melody yang terkejut seketika menghentikan aktifitas mencucinya.

Lidya mengeratkan pelukannya. "Maaf," ucapnya.

"Aku ga ada niat buat macem-macem sama siapapun. Aku ga sengaja ketemu sama Shani di club waktu itu. Sebagai teman, aku cuma bisa menjadi pendengar yang baik ketika dia curhat tentang pacarnya yang ada di LA.

"Dan kamu tahu? Saking frustasinya, dia yang aku tahu ga pernah nyentuh minum-minuman beralkohol justru mabuk malam itu. Aku udah coba nanya dimana dia tinggal selama disini, tapi namanya orang mabuk kamu tahu kan gimana?

"Karena aku kasian sama dia, makanya aku ajak dia ke apartemen. Aku ga tahu harus bawa dia kemana lagi. Menurut kamu, apakah niat yang menurut aku itu baik, salah hemnn?"

Hening.

Lidya tak kunjung melanjutkan perkataannya. Sedangkan Melody juga masih diam di posisinya dengan busa-busa sabun yang menempel di kedua tangannya.

Entah apa yang mereka pikirkan. Keduanya diam cukup lama. Bertahan di posisi yang sama seperti tadi.

Hingga akhirnya Lidya membalikkan tubuh Melody agar menghadap kearahnya. Dipegangnya kedua bahu Melody. Matanya menatap kearah manik mata Melody dengan lembut.

"Kita udah sejauh ini Mel, aku ga mungkin macem-macem sama yang lain. Please... percaya sama aku," ucap Lidya masih beradu pandang dengan Melody. Tak ada kebohongan disana, Lidya mengatakan hal yang sejujurnya.

Karena tak kunjung mendapat tanggapan dari Melody, Lidya kemudian mengambil lap yang ada di belakang Melody lalu menghapus busa-busa di tangan kekasihnya itu. Melody tak menolak, ia hanya memperhatikan aksi Lidya itu.

"Udah bersih, yuk berangkat." Lidya tersenyum masam. Sepertinya ucapannya tadi hanya angin lalu untuk Melody. Padahal apa yang ia ucapkan adalah apa yang terjadi sebenarnya. Lidya kira, setelah menjelaskan apa yang terjadi saat emosi Melody sudah mulai turun, ia akan mendapatkan maaf. Tapi nyatanya hanya kebisuan Melody yang ia dapat.

Lidya menaruh lap itu kemudian berbalik dan berjalan menuju meja dekat sofa dimana ponsel dan kunci mobilnya berada.

Sret

Kini giliran Melody yang memeluk Lidya dari belakang.

"Jangan kayak gitu lagi. Walaupun kamu mau berniat baik, tapi aku ga suka lihat kamu sama cewek lain. Entah itu cuma temen atau siapapun, kecuali keluarga kamu," ucap Melody.

One Year LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang