[22] My Love

3.3K 350 71
                                    

Hari ini, Melody dan Lidya akan menempati rumah baru mereka yang terletak tak jauh dari kantor. Semua barang-barang yang ada di apartemen masing-masing sudah diangkut oleh petugas pindahan tadi pagi. Sekarang, tinggal mereka yang menata barang-barang tersebut di dalam rumah.

Rumah yang mereka beli adalah rumah yang bergaya kontemporer. Didominasi dengan warna putih dan hitam pada bagian eksterior maupun interiornya. Memiliki dua lantai dengan kolam renang yang tak terlalu besar di bagian belakang.

Dari teras depan, Lidya mulai mengangkat kardus yang berisi barang-barang mereka untuk ditata oleh Melody di dalam rumah.

"Mel, yang ini ditaruh di mana?" Tanya Lidya saat ia telah sampai di samping Melody.

"Hmm isinya buku ya? Taruh di sana aja dulu, Lid." Tunjuk Melody pada tempat di samping meja kecil.

"Kamu tuh ya, kenapa petugas pindahan tadi gak disuruh langsung bantuin nata sih, kan gak bakalan repot, Mel. Pinggang aku juga bakalan selamet dari encok nih."

"Ya gak apa-apa kali Lidya sayang, sekalian olahraga kan?" Melody tersenyum ke arah Lidya.

"Hhhh olahraga sih olahraga, tapi gak gini juga kali Mel." Lidya memegangi pinggangnya yang kembali merasakan nyeri akibat mengangkat kardus-kardus yang super berat tersebut. Ia lalu berjalan ke pintu depan untuk mengambil barang yang lain.

"AAAAAAAAA!" Teriak Lidya tiba-tiba.

Melody yang mendengarnya langsung bergegas menuju pintu depan. "Kenapa, Lid? Ada apa?" Melody terlihat panik.

"I-iitu." Tunjuk Lidya pada seekor binatang berwarna coklat di depannya. Ia langsung bersembunyi di balik tubuh mungil Melody.

Melody pun menoleh. "Ya elah cuma kecoa doang pake teriak segala," ucap Melody dengan santainya.

"C-ccuma kamu bilang? Itu kecoa, Mel... kecoa... iih." Lidya menunjukkan ekspresi jijiknya.

"Kamu itu, badan doang yang gede, suara ng'bass kayak om-om, tapi takut sama kecoa ckckckck." Melody berkomentar sambil mencari sesuatu yang bisa ia pakai untuk memusnahkan binatang tak berdosa itu.

Plak!

Dan dengan sekali pukulan, kecoa kecil itu pun tak berdaya di tangan Melody. "Tuh udah gak berdaya kecoanya."

Lidya mengintip dari balik punggung Melody, memastikan kalau kecoa yang ia takuti itu sudah tak berdaya. "Hhhh... Syukurlah..." Lidya mengelus dadanya.

"Kamu berlebihan ih, masak sama kecoa aja takut."

"Bukan takut sih, tapi geli. Tuh kan aku kebayang lagi sama kecoanya, kamu sih."

"Loh? Kok aku? Kamu yang takut malah aku yang disalahin. Tuh... Kecoanya udah gak ada, 'kan? sekarang kamu lanjutin ngangkat barang-barangnya. Aku juga mau lanjut nata di dalem."

"Ap-" Belum sempat Lidya berkata, Melody sudah lebih dulu meninggalkannya.

"Apa gak bisa istirahat bentar, Mel? Aku capek," ucap Lidya dengan pelan.

Setelah berjam-jam, acara menata rumah pun akhirnya selesai, Lidya langsung tepar tak berdaya di atas sofa ruang tengah. Badannya sungguh remuk karena mengangkat barang-barang pindahan mereka.

Melody datang dari arah dapur membawa dua gelas air es untuk mereka. "Nih," ucapnya sambil memberikan air tersebut untuk Lidya.

Lidya langsung terduduk. Ia kemudian mengambil gelas tersebut dan meneguk habis seluruh isi di dalamnya.

"Duh...duh...duh haus banget ya? Mau aku ambilin lagi?"

Lidya menggeleng menanggapi ucapan Melody. Tanpa berkata-kata lagi, Lidya langsung menggenggam tangan Melody dan menyenderkan kepalanya pada bahu sang pujaan hati.

One Year LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang