[3] Memory

4.2K 367 46
                                    

Siang yang terik nan macet menghiasi perjalanan Lidya. Ia akan pergi ke sebuah cafe untuk bertemu dengan seseorang. Mereka janjian bertemu sekalian makan siang. Lidya menyunggingkan senyumnya saat melihat nama seseorang yang tertera pada layar ponselnya. Segera ia angkat panggilan telpon itu.

"Halo Mel"

"Kamu lagi dimana?"

"Aku lagi di jalan mau makan siang sama temen. Baru mau aku kabarin, eh udah ditelpon duluan. Gimana meetingnya? Lancar?"

"Lancar kok, maaf ya ga bisa makan siang bareng. Sekarang aku mau lanjut makan siang sama client nih"

"Iya, ga apa-apa kok. Kamu kan lagi sibuk. Yaudah, selamat makan kalau gitu. Yaudah aku matiin ya? Ga baik lagi makan malah telponan. Aku juga lagi nyetir kan"

"Hemn... iya deh, kamu hati-hati di jalannya. Love you"

"Iya, love you too"

Tiit

Panggilan telepon itupun berakhir. Lidya kembali fokus menyetir. Setelah beberapa menit Ia pun sampai. Lidya celingak-celinguk mencari seseorang.

'Mungkin lagi di jalan, cari tempat dulu kali ya' batinnya karena tak menemukan orang yang janjian dengannya.

Lidya menuju ke lantai dua cafe tersebut untuk mencari tempat duduk. Ia kemudian mengambil posisi bagian pinggir cafe yang menghadap langsung ke keramaian ibukota.

Seorang pelayan kemudian menghampirinya dan memberikan menu. Lidya lalu membolak-balikkan menu tersebut.

Ting

'Aku masih di jalan nih ka, masih macet >< kaka pesen aja duluan, beberapa menit lagi aku nyampe. Udah lumayan deket sih'
Itulah isi pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang sedang Lidya tunggu.

'Ok, aku di lantai dua ya'
Lidya kembali meletakkan ponselnya di atas meja setelah membalas pesan tersebut. Ia menerawang kearah jalanan yang selalu ramai dilintasi oleh kendaraan. Matanya tak sengaja menangkap dua orang anak sekolahan yang baru pulang sekolah dengan menggunakan sepeda. Gadis yang berada di belakang terlihat melingkarkan tangannya di perut gadis satunya. Gadis itu juga menyenderkan kepalanya di punggung gadis di depannya. Ia seolah begitu nyaman dengan posisi itu.

Lidya menyunggingkan senyumnya melihat pemandangan tadi. Dia seolah tak asing dengan kelakuan dua gadis tadi.

Kejadian tadi mengingatkannya pada kejadian beberapa tahun lalu. Dimana setiap pergi dan pulang sekolah ia akan menjadi tukang ojek sepeda untuk teman masa kecilnya, Shani. Mereka memang bersekolah di tempat yang sama. Belum lagi status tetangga yang melekat membuat mereka akan berangkat dan pulang dari sekolah bersama-sama. Shani akan selalu melingkarkan tangannya di perut Lidya sambil menyenderkan kepalanya di punggung Lidya sepanjang perjalanan. Walaupun hal itu membuat Lidya semakin susah mengayuh sepedanya karena berat badan Shani sepenuhnya bertumpu padanya, tapi hal itu justru yang membuatnya merasakan kebahagian yang menggelitik hatinya.

"Maaf nunggu lama," ucap seseorang yang membuyarkan lamunan Lidya.

"Gapapa kok. Langsung pesen aja Shan."
Orang yang dipanggil Shan atau Shani itu kemudian memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Kemarin kok ga diangkat telpon aku? Kakak lagi sibuk ya?"

"Hemn...iya, sorry ya." Lidya memberikan senyuman lembutnya untuk Shani.

"Gapapa kok. Oh iya, hari minggu nanti temenin aku jalan ya kak? Please... aku kan cuma sebentar disini yayaya?" Shani menangkupkan kedua tangannya memohon kepada Lidya.

One Year LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang