Dua

12K 824 8
                                    

Apa yang kau lakukan jika sedang ketakutan? Aku tak tahu.. Orang itu.. Dari matanya saja sudah sangat menakutkan. Rasanya aku ingin menghilang pada detik itu juga. Seandainya saja aku mempunyai kekuatan super atau apalah itu, aku ingin segera menghilang dari dunia ini.

"L-lo.. Baik-baik aja kan?" Tanyaku dengan kikuk. Dan aku langsung berdiri. Oh tidak! Seragamku basah, dan seragamnya juga basah. Karena.. Karena jus jeruk! Aduh, matilah aku!

Kira-kira dua puluh detik lelaki itu hanya diam saja. Wajahnya sudah seperti kertas kusut. Dan ketika aku ingin membuka suara, ia langsung bangkit berdiri dan..

"Lo punya otak nggak sih?" Satu pertanyaan yang keluar dari mulutnya dan matanya yang menyeramkan itu berhasil membuat tubuhku membeku dan lututku sedikit bergetar.

***
"Gue benar-benar minta maaf.. Tadi.. Gue nggak senga.." Perkataanku yang belum kuselesaikan di potong begitu saja oleh lelaki mengerikan itu.

"Lo kira dengan cara lo minta maaf bisa buat lebam lengan gue hilang?" Tanyanya sinis. Oh Tuhan! Matanya itu.. Begitu menakutkan, lebih mengerikan daripada film horor. Tatapannya itu seperti ingin membunuhku pada detik ini juga.

Aku telah membuat masalah besar. Aku sudah menubruknya, membuat seragamnya basah, dan lengan kirinya lebam akibat terbentur dinding. Kini kami sedang berada di ruang UKS. Hanya kami berdua sialnya. Biasanya di ruang UKS ada perawat. Tapi kenyataannya sekarang malah tidak ada. Kemana sih perawat sialan itu?

Dan sebenarnya juga kehadiranku di ruang UKS ini tidak di inginkan.

Lo punya otak nggak sih?
Pertanyaan itu tak kujawab, dan alhasil ia langsung menuruni tangga, meninggalkanku. Aku yang merasa bersalah langsung mengikutinya dari belakang. Dan ternyata oh ternyata ia ke ruang UKS.

"Lo nggak bisa jawab? Atau nggak punya mulut?" Suaranya menyadarkan lamunanku. Aku mengerjapkan mata satu dua kali lalu tak berani menatapnya. Tiba-tiba saja mataku terpaku pada sebuah kotak putih yang terpajang rapi di meja yang ada di salah satu sudut. Dan aku pun langsung mengambilnya dan membuka kotak tersebut. Kucari obat salep untuk luka lebam.

Dan tak lama kemudian kutemukan juga. Dengan jantungku yang sudah hampir lepas karena ketakutan, aku segera menghampirinya yang ada di samping ranjang.

"Pake ini buat lengan lo.." Ucapku pelan. Ia menatapku dengan mata di sipitkan, lalu mengambil obat yang ada di tanganku dengan kasar. Sampai membuatku sedikit tersentak. Dasar lelaki kasar!

Dan setelah ia mengoleskan obat salep di lengannya, aku hanya diam dan mematung. Aku sendiri bingung mau ngapain lagi. Dan tiba-tiba saja aku tersontak kaget dengan apa yang ia lakukan. Ia..

"Eihh.." Jeritku sambil mundur dua langkah. "Jangan berani.."

Lelaki itu mungkin sudah gila! Masa ia membuka kancing seragamnya yang paling atas. Oh Tuhan! Awas saja kalau sampai dia berani..

"Apaan sih lo?" Ia menatap tajam padaku.

"Lo kira apa? Gue mau macem-macem sama lo? Lo itu bodoh atau tolol sih? Baju gue basah karena lo bodoh! Dan lihat pake mata lo, gue ada pake kaos!"

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Ahh.. Ternyata ia memang memakai kaos. Berarti ia pakai baju double. Kaosnya berwarna hitam sudah terlihat karena dua kancing seragamnya yang sudah terbuka. Aku mana tahu tadi!

Dan pada saat aku ingin membuka suara, ia malah berlalu dariku. Ia menutup pintu dengan di banting.

Aku pun baru tersadar bahwa sedari tadi aku menahan napas. Dan kini aku baru menghela napasku kembali. Aku mana tahu menahu kalau ia memakai kaos. Kukira ia mau berbuat yang macam-macam denganku. Aku memang salah, tapi tidak seharusnya ia bilang aku bodoh juga! Karena aku kan sudah minta maaf! Dasar cowok kasar! Menyebalkan sekali..

Pintu ruang UKS terbuka, dan perawat sialan itu baru muncul sekarang.

"Kamu kenapa? Sakit? Maaf saya baru kembali karena baru siap makan di kantin tadi."

***
Betapa bodohnya aku! Kini aku baru sadar bahwa pergelangan kaki kiriku terasa sakit karena berlari-lari kecil. Sepertinya kakiku sedikit lebam juga. Bel istirahat sudah selesai. Sepertinya aku sudah ketinggalan pelajaran, bukan sepertinya lagi tapi sudah ketinggalan. Dan parahnya sekarang sedang pelajaran akuntansi. Pak Handro itu sangat killer. Aku berdoa dalam hati semoga dia belum masuk!

Sebenarnya aku ingin balik ke ruang UKS untuk mengambil obat salep. Tapi nanti sajalah! Sekarang yang paling penting aku harus ke kelas! Kalau tidak.. Matilah aku.

"P-pak maaf saya terlambat. Tadi saya di ruang UKS ambil obat salep, kaki saya sakit karena jatuh.." Aku berkata dengan pelan dan kikuk. Napasku terengah-rengah dan aku menahan sakit di pergelangan kaki kiriku saat aku masuk ke dalam kelas. Dan kini mendadak semua murid menatapku, termasuk Renia. Ia melongo melihatku.

Baru kali ini aku terlambat masuk pelajaran akuntansi dalam seumur hidupku!

Pak Handro hanya menatapku datar dan lalu ia berkata, "kamu sudah terlambat dua puluh lima menit. Silahkan keluar, dan selamat karena kamu tidak perlu mengumpulkan tugasmu lagi.."

Tepat pada detik itu juga seluruh tubuhku serasa mau ambruk saja. Tidak usah mengumpulkan tugas itu artinya nilaiku akan minus. Dan alhasil nilai ulanganku pasti terancam.

Ini semua gara-gara Lenia sialan! Karena dia aku menubruk lelaki kasar tadi dan di usir keluar oleh Pak Handro yang botak!

(To be continued)
Terima kasih karena telah meluangkan waktumu membaca lanjutan cerita ini. Maaf baru lanjut karena baru ada waktu luang.
Vote dan commentnya ya😊

See you

Bukan Salahnya Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang