Lima Belas - Lenia

6.6K 495 2
                                    

Firasatku memang tidak pernah salah!

Sekarang Ferlo anak baru yang sedang di gilai oleh semua cewek sekolah berada di sampingku. Kemarin ia memang add line idku. Dan setelah kutanya dari mana ia dapatnya, ia mengatakan bahwa dapat dari akun instagram milikku.

Nah, yang ajaibnya itu baru dua hari kami berbalasan pesan, cowok itu sekarang sudah mengajakku pergi makan malam.

Apakah ini first date?

Aku senangnya bukan main. Memang kebiasaanku itu bergonta-ganti pacar. Tapi semenjak pertama kali aku melihat Ferlo, entah kenapa aku sudah benar-benar jatuh hati padanya.

Mungkin inilah yang namanya benar-benar jatuh cinta. Sekarang entah ada angin apa yang melandaku, aku menjadi sangat gugup dan canggung. Daritadi pun di antara kami tidak ada yang membuka percakapan.

Kulirik dia sebentar, lalu kembali lagi menatap jalanan ibu kota dari jendela mobil.

"Em, Lenia tadi itu kakak lo ya?" Tiba-tiba Ferlo memecahkan keheningan di antara kami.

Aku menoleh padanya, "iya, Kak Julita."

"Ahh.. Dia ikut atletik ya? Satu hari sama gue." Tanyanya kemudian.

"Yap. Lo mau tau kenapa dia ikut ekskul itu?" Tanyaku.

Kedua alisnya saling bertaut, "kenapa? Emangnya harus ada alasannya ya?" Ia tertawa sedikit.

Aku pun berdeham sebentar sebelum membuka mulut, "yap, kakak gue itu sebenarnya ikut atletik karena gue."

Raut wajahnya langsung berubah. Dan pada saat lampu rambu lalu lintas berubah warna menjadi merah, mobil Ferlo berhenti dengan perlahan. Lalu ia menoleh padaku dengan kening berkerut. "Karena lo? Maksudnya?"

Aku berdeham sebentar, "jadi gini kakak gue itu over banget sifatnya. Jadi pada saat gue bilang mau ikut atletik, dia malah mau ikut juga."

"Lah kenapa gitu? Lucu ya dia." Terdengar suara tawa kecil dari cowok itu.

"Yap, dia emang gitu. Alasannya dia itu katanya biar bareng sama gue. Eh rupanya kami nggak sama hari." Dustaku. Aku tidak berani mengatakan padanya bahwa sebenarnya kak Julita mau mengawasiku. Sebenarnya kan aku ikut atletik karena mau dekat dengan Ferlo.

"Ahh.." Ferlo bergumam sebentar. Kulihat dia dari samping seperti ini, wajahnya terlihat tampan. Wajahnya yang tirus itu mampu membuatku tambah gugup tak karuan. Sepertinya aku memang sudah benar-benar jatuh hati padanya!

"Beruntung loh lo bisa punya kakak seperti dia. Harus bersyukur kalo begitu." Ucapnya sambil tersenyum tipis.

"Ya, tapi kadang-kadang dia tuh lebay, suka berlebihan gitu." Sambungku.

Ia menancapkan pedal gas pada saat lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.

"Lebay gimana maksudnya? Contohnya?" Ia bertanya sambil terus fokus pada pandangannya ke depan.

Aku meliriknya sekilas, "ya, kayak misalnya gue pergi-pergi gini, dia itu yang paling over. Selalu takut kalo gue bakalan pulang kemaleman. Padahal kan cuma bentar aja gue biasa keluar. Paling lama pun cuma sampe jam 10 lewat aja." Ucapku panjang lebar.

"Oh gitu.." Ia mangut-mangut. Lalu dengan senyuman dan raut wajahnya yang tak kumengerti itu membuatku mengerutkan kening. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya sekarang. "Ya, namanya juga dia khawatir, ya wajar aja sih."

Aku memutar kedua bola mataku dengan sedikit jengkel. Tak kusangka, bahwa ia akan menganggap sifat Kak Julita itu wajar. Padahal menurutku tidak. Kakakku yang satu itu sudah terlalu over tingkat dewa. Selalu berpikiran negatif padaku.

"Ya." Akhirnya aku menjawab singkat. Dan setelah itu tidak ada lagi di antara kami yang mengeluarkan suara.

Dan pada malam itu, ternyata Ferlo membawaku ke sebuah kafe. Dan kami mengobrol tentang banyak hal. Dan lagi-lagi topik tentang obrolan kami menyinggung tentang Kak Julita.
Entah kenapa Ferlo seakan ingin banyak tahu tentang keluargaku.

***
Gara-gara semalam Ferlo post foto selfie kami berdua di akun instagram miliknya. Kini akibatnya satu kelas sekarang ribut dan heboh.

"Woi Len! Ngeri banget dah lo!"

"Cepet banget dah lo!"

"Enak banget dah lo bisa selfie sama Ferlo, iri dah gue!"

"Demi apa Lenia? Lo sama Ferlo?"

Penuturan bertubi-tubi dari teman-teman yang ada di kelasku membuatku menjadi malas. Kini mereka semua sedang mengerumuniku pada jam istirahat sekarang.

Aku mendesah dan memutar kedua bola mataku dengan malas, dan melipat kedua tanganku di depan dada. "Udah ngocehnya?" Lalu aku berpaling pada Falencia yang duduk sebangku denganku.

"Yuk ke kantin!" Ajakku lalu padanya.

"Yaudah." Jawab Falencia.

Dengan perlahan aku berdiri dari bangkuku dan memainkan sebelah mataku pada segerombolan teman cewek yang ada di hadapanku sekarang. "Udah ye temen-temen gue mau beli makan dulu. Byee!"

Aku dan Falencia langsung menuju ke kantin sekolah.

"Beneran dah lo, bener hebat bisa gebet Ferlo begitu cepetnya." Ujar Falencia ketika kami sedang duduk di meja kantin setelah memesan dua mangkok bakso dan dua botol soft drink.

Aku menyelipkan rambutku ke belakang telingaku lalu menatapnya dengan penuh arti. "Iya, dan satu fakta lagi gue kayaknya bener-bener jatuh cinta sama dia."

"Eh bytheway Gina sama Erika kok nggak muncul-muncul ya? Di ruang BK lama amat dah." Aku berkata lagi mengalihkan pembicaraan.

Sudah dari tadi les pertama, Gina dan Erika di panggil ke ruang BK. Bukan karena mereka membuat onar ataupun masalah, tetapi mereka berdua itu di suruh untuk mengikuti lomba olimpiade IPA. Di antara kami berempat, yang paling pintar adalah mereka berdua, khususnya di pelajaran biologi, fisika, dan kimia.

Entah kesambet apa dengan mereka berdua, Falencia pernah mengatakan padaku bahwa mereka berdua itu sudah dari dulu jago dalam bidang pelajaran itu.

Makanya biasanya, kalau ada pr aku dan Falencia selalu copas alias copy paste dari mereka. Haha! Itu sudah hukum alamnya.

"Ye, lo kayak kagak tau aje Bu Rita itu kan cerewetnya minta ampun. Jadi nggak heran lagi dah." Falencia menjawabku.

Dan pada saat aku hendak memakan baksoku, tiba-tiba Erika dan Gina menghampiri kami dengan heboh.

"Eh Lenia! Kakak lo.. Kakak lo.." Gina berkata dengan terbata-bata.

Kedua alisku saling bertaut karena bingung. Kakak gue? Kak Julita? Kenapa emangnya dia?

"Kakak gue kenapa emangnya?" Tanyaku bingung.

"Kakak lo ketimpa kayu di lapangan!" Perkataannya Erika mampu membuat jantungku hampir mencelos begitu saja.

----
To be continued
Give your comment and vote.
Thankyou for reading!

Seeyou

Bukan Salahnya Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang