Dua Puluh - Ferlo

6.5K 501 5
                                    

"Kamu dengerin aku nggak sih?!" Samar-samar sebuah suara terdengar dari telingaku. Akan tetapi pikiranku masih melayang pada cewek itu.

Cewek itu yang memakai baju seragam kelonggaran, yang selalu tertawa lebar, selalu ceria. Dan yang selalu apa adanya.

Dan satu lagi, cewek itu suka banget sama hujan. Entah kenapa sampai sekarang aku masih kepikiran dia.

Ingin rasanya aku menyapanya, tersenyum padanya, tapi pada kenyataannya aku tak berani.

Dia yang tersenyum polos ketika bermain hujan. Ingin rasanya aku bermain hujan bersamanya. Setiap kali melihat hujan, aku selalu teringat dengannya.

"FERLO! Kamu ngelamunin apaan sih?!"

Kini suara itu terdengar begitu jelas. Sampai-sampai rasanya menyeruak di dalam gendang telingaku.

Aku pun tersentak. Mataku pun mengedip hebat.

"Mikirinnn... Ju..lita." Spontan dan dengan tak sadar mulutku berkata seperti itu.

Dan Lenia yang ada di hadapanku pun membulatkan matanya. Dan sepersekian detik aku mengerjap dan merutuki diriku sendiri.

Ahh! Aku benar-benar tolol! Di depanku sekarang kan ada Lenia! Adiknya Julita! Gawat nihh!

Cewek itu pun marah besar, "apa?! Julita? Julita mana?! Julita kakak gue hah?!"

Aku pun berdeham, "emm... Nggak kok, maksudnya mikirin.. Emm.. Mikirin kamu. Salah sebut nama, sori." Hanya itulah yang bisa kukatakan.

Lenia pun tidak percaya dengan alasanku, dan perkataannya berikutnya seperti menohokku.

Dan apa yang di katakannya itu benar.

"Kamu nggak perlu pura-pura lagi deh! Emangnya selama ini aku bodoh apa?! KAMU SUKA KAN SAMA JULITA?!!"

Aku pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Jantungku serasa berhenti pada detik itu juga ketika nama cewek itu di sebutkan. Mendengarkan namanya saja bisa membuatku salah tingkah.

Mungkin aku memang sudah benar-benar jatuh cinta pada kakaknya itu.

Julita, si cewek penyuka hujan seperti anak kecil.

"Lo nggak bisa jawab kan?!" Matanya Lenia berapi-api sekarang.

Untung sekarang kami sedang ada di rumahku yang kebetulan tidak ada orang. Orang tuaku sedang jalan-jalan ke Jepang selama seminggu.

"Semalam aku nggak sengaja liat galeri hp kamu, di sana ada foto kak Julita! Sebenernya kamu itu kenapa sih? Suka nya sama siapa? Kalau kamu suka nya sama kakak aku, kenapa kamu pacaran sama aku hah?!" Lenia berkata lagi sambil emosi. Dan ketika aku melihatnya, mata cewek itu berkaca-kaca.

Aku pun mendesah, "maafin aku." Dan hanya itu yang bisa kukatakan pada akhirnya.

"Aku benci sama kamu Ferlo! Benci!" Lenia yang tak bisa menahan air matanya pun akhirnya menangis dan bangkit berdiri.

Aku pun segera menyusulnya yang sudah beranjak dari ruang tamu rumahku.

Sesampai di teras rumah, aku pun langsung mencekal pergelangan tangannya.

Cewek itu terlihat rapuh, dia masih saja menangis. Hatiku pun merasa bersalah.

Aku memang sudah salah, sepertinya sudah saatnya aku jujur padanya dan mengatakan padanya yang sebenarnya.

"Tunggu Lenia, aku minta maaf. Kamu harus dengerin penjelasan aku dulu. Sebenarnya aku..." Perkataanku yang belum selesai pun di sela olehnya dengan cepat.

Bukan Salahnya Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang