Dua Puluh Tiga

6.3K 466 3
                                    

Julita tidak habis pikir dengan Lenia. Pagi-pagi dia tau bahwa Lenia pergi duluan ke sekolah karena dia mengintipnya.

Gerak-geriknya sungguh mencurigakan. Sepertinya Lenia benar-benar menghindari Julita. Entah kenapa dia memiliki firasat tentang hal itu.

Dan satu hal yang dia pikirkan dalam benaknya, sepertinya Lenia benar-benar sedang ada masalah dengan Ferlo.

Dan anak itu sedang gegana mungkin. Alias gelisah, galau merana.

Dan karena tumben Lenia cepet-cepet ke sekolah, Julita juga dengan cepat nyusul adiknya ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Julita sebenarnya hendak ke kelasnya Lenia.

Tapi begitu di depan kelas adiknya itu, Julita melihat Lenia sedang tertidur di pojok kelas.

Julita pun mendesah dan merasa bingung. Adiknya sepertinya sedang benar-benar galau.

Cewek itu pun akhirnya menuju ke lantai atas, dan tiba-tiba ada yang menarik pergelangan tangannya.

Julita pun berjengit dan terkejut. Dan ketika di lihat wajah cowok itu....

Ternyata cowok itu adalah Ferlo.

"Lo.." Ucap Julita spontan. Dan cowok itu pun langsung melepaskan genggaman tangannya pada Julita.

Jelas terlihat di wajahnya Ferlo bahwa dia sedang salting alias salah tingkah.

Julita pun bingung sendiri. Kenapa cowok ini menariknya?

"Maafin gue." Ucap Ferlo spontan. Kedua alisnya Julita pun saling bertaut.

Ah, ini pasti sudah benar. Tidak salah lagi. Pasti Ferlo udah buat sesuatu sama Lenia.

Julita pun berkata, "lo buat apa ke adek gue?"

"Emm.. Gue udah nyakitin dia. Gue sebenarnya nggak beneran suka sama dia. Gue pacarin dia karena sahabat gue yang nyuruh."

Penjelasannya Ferlo sungguh membuat Julita melongo selama beberapa saat.

"Apa?!" Mata Julita terbelalak lebar.

"Lo masih inget awal pertemuan kita?"

Keningnya Julita pun berkerut. Bingung dengan pertanyaannya Ferlo.

Emangnya mereka pernah jumpa di mana selain di sekolah?

"Maksud lo apa?"

"Emm.. Lo yang udah nolongin gue waktu di toko roti. Lo bayarin ke kasir uang seribuan. Gue cowok itu, yang pakai kaca mata hitam."

Deg!

Ya, Julita masih ingat hal itu. Jadi.. Jadi cowok itu adalah Ferlo?! Astaga, kok bisa kebetulan gini ya?

"Jadi itu lo?"

"Ya."

Julita pun akhirnya kembali ke topik awal. "Udah cukup, itu nggak penting. Sekarang lo jelasin ke gue kenapa lo permainkan adik gue?

Dan jadi pada akhirnya Ferlo menceritakan semuanya pada Julita.

Dan cewek itu pun tambah syok ketika Ferlo mengatakan bahwa dia cinta sama Julita.

Sungguh tak terduga. Ini gila! Bagaimana bisa seorang Ferlo naksir sama Julita yang biasa-biasa aja?!

Dan ketika Julita nampak Lenia, adiknya yang ternyata sedari tadi memperhatikan mereka.

"Lenia.."

Adiknya itu malah pergi dan lari dengan air mata berlinang.

Hati Julita pun terasa perih melihat adiknya itu. Dia merasa bersalah sekarang pada Lenia.

Adiknya itu pasti sekarang sangat membencinya.

Tak menunggu waktu lama lagi, Julita pun segera mengejar Lenia.

Tak di sangka-sangka juga, Lenia lari sampai keluar sekolah.

"Lenia! Awas! Jangan ke jalan raya! Hati-hati!!!"

Jerit Julita ketika di lihatnya Lenia menerobos jalan raya begitu aja.

Dan dengan cepat Julita menarik Lenia dan alhasil adiknya itu tersungkur di pinggir jalan.

Sementara itu, Julita di tabrak oleh sebuah mobil sedan.

Semuanya terjadi begitu cepat. Kepala Julita terhantam aspal jalanan.

Samar-samar terdengar jeritannya Lenia.

"Kak Julita! Kak!"

Dan matanya Julita pun perlahan-lahan menutup dan gelap.

Semuanya menjadi sunyi senyap dan gelap gulita.

***

Bau antiseptik rumah sakit tercium oleh hidungnya Lenia.

Cewek itu emang dari dulu nggak suka sama bau rumah sakit.

Karena hal itu mengingatkannya pada kedua orang tuanya yang telah meninggal karena kecelakaan.

Kak Julita mengalami pendarahan otak yang lumayan parah, itulah yang di katakan dokter tadi. Kini Lenia, eyangnya, Ferlo, dan Dominic sedang duduk di ruang tunggu.

Julita sedang di operasi.

Lenia benar-benar tidak menyangka bahwa Dominic akan sangat khawatir seperti ini. Tadi pagi pas-pas cowok itu baru datang ke sekolah, dan dia liat Julita tertabrak.

Dan cowok itu langsung kalang kabut, dengan cepat dia bawa Julita ke rumah sakit dengan mobilnya.

Sementara itu Ferlo si cowok brengsek hanya ikut saja.

Lenia sekarang sedang menangis, dia benar-benar menyesal.

Dia memang selalu seperti ini. Selalu memikirkan dirinya sendiri. Tak pernah dia sadari bahwa kakaknya itu sangat menyayanginya.

"Udah Lenia, yang tenang. Kak Julita itu kuat kok, kamu nggak usah takut. Kita berdoa aja sama Tuhan buat yang terbaik untuk kakakmu." Ucap eyang menenangkan.

Padahal sebenarnya eyang begitu khawatir juga dengan cucunya itu.

Dan tiba-tiba saja Dominic yang ada di samping Ferlo bangkit berdiri.

"Gue mau ngomong sama lo sebentar." Ucap Dominic tegas dan dingin pada Ferlo.

Dan Ferlo pun ikut bangkit berdiri dan mengangguk kecil.

Mereka pun pamit pada eyang untuk keluar sebentar.

Sementara itu Lenia tidak peduli lagi dengan kedua cowok itu. Pikirannya sekarang terfokus pada kak Julita.

Kak Julita itu kuat. Ya emang harus kuat.

To be continued
Hy!

Maaf ya kalau baru update sekarang, soalnya lagi-lagi sibuk di sekolah. Pr menumpuk dan ujian.

Thankyou for reading!

Salam, Rainniya.

Bukan Salahnya Hujan (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang