Pov erik
Saudara. Kalian punya?. Adek kah? Kakak kah? Atau mungkin kalian kembar?. Nah itu saudara. Gue juga punya saudara. Abang cowok yang lebih tepatnya. Saudara. Atau bersaudara aja, deh.
Pasti, identik dengan kata 'sama'. 'harus sama'. 'maunya kembaran'. 'saling berbagi'. 'milikku adalah milikmu. Milikmu adalah milikku'.
Yap. Berbagi itu indah. Kata yang cocok untuk yang punya saudara. Intinya, seperti yang gue bilang tadi. "milikku adalah milikmu. Milikmu adalah milikku". Gitu sih. Katanya. Iya, katanya, loh. Gue sih, waktu masih sekecil biji terong. Eh(?). Ralat masih kecil, imut nitniut iut, polos dan emesin, ukh. Gue sih, seneng aja dengan kalimat atau kata berbagi itu. Yaelah, lagi polos itu mah. Seneng? Seneng banget malahan. Apalagi, Kalau gue bisa couple an bajunya ama abang gue. Bukan baju aja sih. Sepatu sama. Topi sama. Mainan? Semuanya sama. Terus, terusssss sampe hampir semua barang yang gue punya, rata-rata sama kayak yang punya abang gue.Tapi, waktu gue udah nginjak umur 12 tahun dan abang gue yang akan ngerayain ulang tahunnya yang ke 17 tahun. Dia berubah. Iya berubah. Yaellah eek, bukan power ranger yang sedang melawan musuhnya lalu langsung berubah dan juga bukan semua berubah gara-gara negara api menyerang bukan. itu juga bukan eek sapi, bukan keles. ups! Nih mulut remnya udah nggak cakram kali ye. Hatsss, lanjut. Kok berubah? Kok bisa? Abang kok gitu? Abang kenapa? Astego! Ulala. Haattsss. Diem. edan bener toh iki. Otak otak!.
Abang gue mulai berubah. Gini ceritanya. Trraakk traakk
Pada zaman dahulu..
Tring tring ~"abang, abang~. Selamat ulang tahun ya, bangg. Hehe". Kata gue sambil lari mengebu-gebu. Waktu abang udah sampe di depan pintu utama. Abang gue udah nyengir berseri disana.
"makasih ya, rik. Oh ya, kado abang mana?".
"yaelah bang, baru juga balik dari sekolah udah nagih kado. Tuh, di kamar abang". Telunjuk gue mengarah ke arah kamar abang gue di atas. Dia langsung berlalu naik tangga dengan terburu-buru. Gue pun akhirnya membuntutinya dari belakang.
Abang sudah ada di dalam kamar. Dan sudah dibukanya kado tersebut. Respon abang hanya...diam. loh, tumben. Biasanya dia akan guling-guling dikasur dan lompat-lompat disana. Jungkir balik plus salto juga. Kalau bisa, dia akan jambak rambutnya hingga berteriak ala rock and roll. La, abang situ gila?.
"gimana, suka?". Tanya gue. Dan perlahan mulai mendekati abang yang munggungi gue.
"erik, ngasih abang baju?".
Lah, sudah tau kok malah nanya lagi, sih bang."iya". Jawab singkat gue. Masang muka bingung.
"kita, samaan?". Nah kan aneh.
"ya iyalah bang. Ulang tahunku kan dah lewat. Jadi di rayain bareng". Alis gue naik turun sambil mandang abang.
"abang nggak mau". Loh?
"apa bang? Abang bercanda nih. Nggak lucu ah". Gue ngakak sendiri. Sudah itu gue jadi gaje dan salting. Abang aneh.
"abang nggak mau disama-samain lagi".
"eh?".
"abang jijik. Sama-samaan terus sama erik".
Dan setelahnya, abang pergi keluar dari kamar. Gue juga nggak ada tenaga untuk berbalik dan ngehadang abang untuk nggak pergi dari sini. Tapi, rasanya mata gue berasa kayak kesedot masuk kedalam. Sumpah sakit sekali dada gue bagian kiri. Gue nggak sadar, gue juga udah nangis dan mulai...Sesegukkan. Kado yang tadi gue kira bakal abang dan gue pakek dihari spesial ulangtahun kami, Sekarang malah jadi barang yang mengerikan dan buat gue traumatik kedepannya.