Akhir Masa SMA
Author P.O.V
"Mama, Atha berangkat ya!" Agatha berteriak dari depan pintu rumahnya dengan tergesa-gesa.
Jam sudah menunjukkan 06.45 pagi dan gerbang sekolah gadis itu akan ditutup pada pukul 07.00. Sebenarnya 15 menit sangat cukup untuk perjalanan menuju ke sekolahnya yang letaknya tidak terlalu jauh. Namun, yang namanya Senin pagi, pasti akan selalu ada kemacetan yang lebih padat dari pada hari lainnya.
"Ya ampun, Sayang. Mama kira kamu udah berangkat sama adek-adek tadi. Ini bawa bekalnya untuk makan di jalan." Mama gadis itu juga terburu-buru menyusul puutrinya agar bisa memberikan sarapan.
"Aku telat bangun karena semalem begadang ngerjain esai buat daftar kuliah," jawab Agatha sambil menerima roti yang sudah mamanya siapkan.
"Ya udah, buruan kamu berangkat. Hari ini ada try out untuk ujian akhir, kan?"
"Iya makanya nih. Mama doain aku ya," pinta gadis itu ke mamanya.
"Pasti sayangku." Jawab mamanya penuh kasih sayang. Kemudian Agatha menyalimi tangan mamanya dengan sopan.
***
Agatha sampai persis saat gerbang hampir ditutup. Beruntung satpam yang menjaga hari itu cukup berbaik hati pada siswa kelas 12 dikarenakan sedang ada uji coba ujian sekolah hari ini.
"Gila! Gue pikir lo nggak bakal masuk karena telat, trus dihukum sama Bu Butet."
Itu ucapan pertama yang Anindya, sahabat Agatha, ucapkan saat melihat Agatha yang nafasnya hampir habis setelah di bangku.
"Gue pun berpikir begitu, beruntung semesta lagi berpihak ke gue," balas Agatha sekadarnya.
Tidak lama Pak Ardi selaku wali kelas 12 IPS 3 masuk dan menyampaikan beberapa hal terkait uji coba ujian sekolah yang akan dilakukan berkala 2 minggu sekali.
"Nah, anak-anak. Bapak rasa sudah cukup jelas ya, besok kalian berpakaian yang rapih karena ketua yayasan yang baru akan datang berkunjung," jelas Pak Ardi.
"Wah siapa tuh, Pak? Ini anaknya Pak Lamont ya?" tanya salah satu siswa.
"Iya, betul sekali. Ini anak pertamanya beliau, jadi kalian jangan malu-maluin ya!" Pak Ardi memastikan bahwa anak-anak kelasnya tidak akan berbuat ulah besok.
"Baik, Pak," jawab anak kelas serentak.
***
Setelah uji coba selesai, Agatha dan Anindya pergi ke kantin untuk membeli makanan.
"Asli dah, yang gue pelajarin semalem nggak ada yang keluar. Ini yang bikin soal di luar nalar stress kali ya, kan siswa lemah kaya kita ini ga mampu ngerjainnya," keluh Anindya kesekian kalinya.
Harus Agatha akui juga bahwa soal uji coba tadi cukup rumit, dirinya tidak bisa membayangkan bagaimana nanti soal ujian sekolah yang asli.
"Ya udalah, Nin. Mau gimana lagi, kita terima aja nasibnya." kata Agatha pasrah.
Anin menatap sahabatnya bingung, tidak biasanya Agatha sangat pasrah dengan soal ujian yang sulit. Dia bahkan tidak segan menghampiri guru-guru setelah ujian untuk menanyakan soal ujian yang tidak ia pahami.
"Lo oke, Tha?" tanya Anindya khawatir.
"Ya gitu deh," jawab Agatha malas.
"Lo kenapa sih?" tanya Anindya sekali lagi.
"Gue dijodohin?"
"HAH?" Agatha meringis mendengar teriakan sahabatnya itu.
"Pelan-pelan, Anin! Sekantin ngeliatin kita ini." Agatha tersenyum canggung kepada orang-orang yang melihat ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Planned Destiny
RomanceKisah klasik perjodohan Agatha memang tidak pernah terbayang akan menikah muda sebelumnya, segala kebahagiaan yang dia miliki saat ini sudah lebih dari cukup. Menikah muda tidak ada dalam list goals yang ia miliki, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa...