Chapter 4

4.3K 119 1
                                    

Dia?

Author P.O.V

Aula mulai ramai dengan siswa siswi yang buru-buru mencari tempat duduk. Begitu pun dengan Agatha dan Anindya juga tidak mau ketinggalan, mereka berjalan dengan penuh semangat. Semenjak kelas 12, mereka berdua lebih berusaha untuk menikmati semua kegiatan di SMA. Meski terkadang terlihat tidak penting, tapi bagi mereka berdua akan ada rasa kangen tersendiri nantinya.

"Buset, dah rame aja ya," keluh Anindya.

"Sepenasaran itu kah sama ketua yayasan yang baru?" bingung Agatha melihat antusias teman-temannya yang lain.

Mereka berdua kebagian kursi belakang karena bagian depan dan tengah sudah penuh oleh yang lain. Lagian tidak buruk juga di belakang, mereka bisa sambil mengobrol agar tidak bosan.

"Kapan sih mulainya?" Anindya melihat ke Agatha yang sudah mulai mengeluh.

Gadis itu terlihat berkeringat, rambutnya yang dibiarkan tergerai pun mulai sedikit basah dan lepek.

"Nih, kuncir aja rambutnya," Anindya menyerahkan kunciran yang selalu ia bawa di pergelangan tangannya

Setelah selesai menguncir rambutnya, keringat masih saja menetes. Sebenarnya aula dikelilingi oleh pendingin yang lebih dari cukup. Namun, karena masih banyak orang yang berlalu lalang dan menumpuk, ruangannya menjadi sedikit lebih panas.

Tiba-tiba Agatha menerima selembar sapu tangan, dirinya pun langsung mengambil tanpa berpikir panjang.

"Tumben lo bawa kain beginian, Nin. Lagian kapan sih acaranya mulai, gue udah sumpek banget nih," keluh gadis itu sembari membasuh keringatnya.

"Tha..." Anindya memanggil dengan nada pelan, tangan gadis itu pun tidak berhenti mencolek sahabatnya itu.

Agatha menatap Anindya bingung seolah meminta penjelasan.

Tanpa suara, Agatha membaca gerak bibir Anindya yang berkata. "ITU PUNYA PAK ADIT!"

Bersahabat hampir 10 tahun membuat dirinya paham betul semua gerak-gerik Anindya dan sialnya dia menjadi canggung sekarang karena sapu tangan laki-laki itu sudah kotor dengan keringatnya.

"Aduh, Pak. Maaf ya, ini nanti saya cuci dulu ya Pak biar bersih," ujar Agatha panik

"Nggak apa, saya yang minta maaf karena acaranya mulainya lama," jawab Aditya tenang

Kedua gadis itu saling bertatapan dengan penuh kebingungan.

"Kenapa jadi salah dia dah?" batin mereka berdua, seolah-olah mereka adalah anak kembar yang berbagi pikiran yang sama.

Sebelum sempat membalas, Aditya sudah melangkah pergi ke arah depan dan langsung berbincang dengan kepala sekolah.

Merasa malu, Agatha langsung mencecar sahabatnya. "Gila, gue malu banget! Kenapa lo ga bilang sih, Nin?"

"Asli ya gue tuh udah nyolek lo berkali-kali, lo malah nyantai lap keringet," balas Anindya tidak terima

"Ya abis lo kan suka gitu juga sehari-hari," jawab Agatha.

Memang Anindya sering mencolek orang terdekatnya. Lebih tepatnya, Anindya si physical touch dan berteman dengan Agatha yang semua love language-nya diembat.

"Ya kan tadi nyoleknya beda, Tha. Itu tuh nyolek panik," gurau Anindya sambil memamerkan senyuman pepsodentnya.

Agatha hanya bisa berkata. "Si apal tuh gue."

My Planned DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang