Chapter 6

4K 136 3
                                    

Pertemuan di Luar Sekolah

Author P.O.V

Hari ini merupakan hari terakhir ujian untuk murid kelas 12, itu artinya mereka tinggal menunggu nilai dan pengumuman kelulusan saja. Agatha dan Anindya sudah membuat janji untuk jalan-jalan bersama tepat setelah ujian berakhir.

"Ampunn, susah banget soalnya tadi, tapi ya udah lah ya, udah kelar juga," kata Anindya sambil merenggangkan badannya.

Agatha menimpali, "Iya, mayan susah dah."

"Jadi pergi kan, Tha? Gue udah laper banget nih, nggak makan dari semalem," ucap Anindya dengan gaya dramatisnya.

"Lebay lo, tadi pagi juga makan risol kantin 5 biji,"

"Kita orang Indonesia, Tha. Nggak makan nasi tuh kaya belum makan apa-apa," balas Anindya.

"Ya udah, dari pada lo bawel kita pergi aja sekarang," ajak Agatha.

Kedua sahabat itu berjalan menuju parkiran, di sana sudah ada supir Anindya yang menunggu keduanya.

"Pak, kita langsung ke PIM aja ya," pesan Anindya pada supirnya yang sedang membantu membukakan pintu.

"Baik, Non."

"Makasih ya, Pak," jawab Anindya setelah duduk di kursi mobil dengan nyaman.

***

Mereka sampai di mall dengan keadaan yang cukup ramai. Meski hari ini bukan hari libur dan tanggal merah, tapi sepertinya banyak anak kelas 12 lainnya yang baru selesai ujian juga dan berjalan-jalan untuk melepas penat.

Sebenarnya Agatha dan Anindya sudah berencana pergi ke puncak untuk merayakan 'selesai' nya masa SMA mereka. Namun, itu pasti perlu sedikit persiapan, jadi dari pada keburu stressnya semakin menumpuk, mereka healing dulu deh kecil-kecilan.

"Ayo makan dulu, Tha. Gue laper banget," keluh Anindya sedari tadi.

"Iya ayo, lo mau makan apa emangnya?" tanya Agatha yang sedari tadi mengikuti arah tarikan Anindya.

"Mau steak! Apa ayam ya, tapi pasta gitu juga enak nggak sih?"

"Lama ah lo, udah makan steak aja tuh," sekarang giliran Agatha yang menarik Anindya ke sebuah restoran steak di dekat mereka.

Sebenarnya ini kali pertama Agatha mencoba makan di sini, ini pun karena sudah pusing mendengarkan kebawelan Anindya sedari tadi.

"Emang di sini enak, Tha?" tanya Anindya setelah memesan menu kepada pelayan.

"Ya enak kali, gue nggak tau," jawab Agatha sambil memainkan ponselnya.

"Ish, Atha! Nanti kalo nggak enak gimana?" protes Anindya.

"Enak, Nin. Mana ada sih steak yang fail-fail amat, udahlah gapapa biar cepet, kita kan mau nonton," jelas Agatha.

"Huft iya sih, walau sebenernya ya semua makanan enak-enak aja di mulut gue," mendengar itu Agatha mendelikkan matanya.

"Ya udah lah, abis ini kita nonton beli makan lagi nanti di bioskop kalo ini belum kenyang," jawab Agatha.

"SIAP!" Anindya selalu semangat kalau urusan makanan.

Mereka menikmati makanan yang baru saja datang, sambil berbincang seputar perkuliahan. Anindya nampaknya akan melanjutkan kuliah di Malaysia, sedangkan Agatha masih bingung dengan beberapa pilihan.

"Eh, Tha, sebentar gue ke toilet dulu ya," Anindya terburu-buru pergi ke toilet meninggalkan Agatha sendirian di restoran.

"Dasar beseran," Atha membatin.

"Loh Agatha? Kita ketemu lagi!" Gadis itu mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk karena sibuk dengan ponselnya.

"Pak Adit?" sosok pria di depannya tersenyum lebar.

"Wah baru selesai ujian langsung jalan-jalan ya?" Agatha tersenyum kikuk.

"Hehehehe iya, Pak. Nemenin Anin aja ini mah," jawab Agatha.

"Loh Anin nya kemana?"

"Hadir Pak!" Anindya muncul dari depan, nampaknya dia sudah selesai dari toilet.

"Halo Anin, gimana nih ujiannya udah kelar, lega kan sekarang?" tanya Aditya.

"Iya Pak," Anindya menjawab sambil cengegesan.

"BTW, Tha, gue kayanya ga bisa nonton deh. Nyokap tadi telepon kalo mau pergi ke rumah Oma gue. Sorry banget ya," ucap Anindya tidak enak.

Wajah Agatha terlihat sedikit sedih karena rencananya untuk menonton film yang sudah diinginkan menjadi batal. Agatha memang senang pergi sendirian, tapi kalo sudah membuat rencana berdua dan malah batal rasanya jadi beda.

"Yahhh, lo nggak bisa nyusul aja, Nin?" Agatha mencoba membujuk Anindya.

"Nggak bisa, Tha. Tau sendiri kan nyokap gue gimana?" Agatha menganggukan kepalanya pasrah.

"Ya udah gue pulang juga aja deh,"

"Eh, jangan dong! Sayang banget tiketnya," cegah Anindya melihat Agatha yang ikut merapihkan barang-barangnya.

"Gimana kalau Bapak nemenin Agatha nonton aja? Bisa kan Pak?"

Agatha sontak melebarkan matanya. Ia mencubit pelan tangan Anindya sebagai tanda tidak setuju dengan rencana tersebut. Namun, Anindya tidak memedulikannya dan terus menatap Aditya dengan penuh harap.

"Boleh," jawab Aditya dengan cepat, membuat Agatha semakin terkejut.

"Eh, nggak usah, Pak. Anin cuma bercanda doang tadi," Agatha berusaha menolak tawaran Aditya dengan terburu-buru.

Agatha akan merasa sangat malu jika harus menonton film bersama laki-laki yang belum begitu dikenalnya. Meskipun mereka sudah beberapa kali berbincang dan bertemu secara tidak sengaja, rasa canggung itu tetap saja ada bagi Agatha.

"Ih nggak apa-apa kan ya, Pak?" tanya Anindya dibalas anggukan Aditya.

"Nggak apa-apa, Tha. Kebetulan saya sudah lama nggak nonton bioskop," jawab Aditya.

Agatha sebenernya betul-betul tidak mau, walau dirinya mengagumi Aditya.

"Aaaa... tapi Anin balik sama siapa? Kasian dia Pak, saya nggak apa-apa kok nggak jadi nonton, mau nemenin Anin balik aja," Agatha mencoba berkelit.

"Nggak usah, gue mah gampang," jawab Anindya cepat.

"Enak aja ngegampangin banget sih, gue yang kepikiran nanti," kata Agatha.

"Gini aja deh" Aditya pun memberikan solusi. "Biar Agatha juga tenang gimana kalau Anin diantar sama Ivan aja?"

"Ivan?" tanya Agatha dan Anindya bersamaan.

Tiba-tiba, seorang laki-laki muncul dari belakang Aditya. "Haloo?" sapanya.

My Planned DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang