Nomer HP
Author P.O.V
Keduanya keluar dari studio bioskop. Mata Agatha terlihat sembab karena terharu dengan film yang mereka tonton. Agatha sudah sekuat tenaga untuk menahan tangisannya, tapi sepertinya dia sengaja memilih film ini agar bisa menangis.
Menurutnya kalau dirinya merasa terlalu senang dalam seminggu atau dua minggu, Agatha akan memilih waktu untuk menangis, ya biasalah girl things.
"Kamu mau makan lagi, Tha?" tanya Aditya.
Entah sejak kapan gaya bicara mereka berubah, dari yang sebelumnya menggunakan "saya" menjadi "aku-kamu".
"Bebas sih, Mas. Atha belum terlalu laper sih sekarang," jawab Agatha.
Sebenarnya Aditya belum terlalu merasakan laper juga, tapi kalau abis nonton terus pulang gitu aja, yang bener aja RUGI DONG.
"Hmmm, Mas agak laper sih. Kalau kamu nemenin Mas makan dulu masalah nggak?" Aditya melemparkan pertanyaan lagi.
"Boleh, Mas. Mau makan apa?" tanya Agatha balik.
Aditya nampak berpikir, dirinya tidak mungkin berbalik bertanya pada Agatha yang sebenarnya tidak terlalu lapar saat ini. Kalau dia tidak menentukan restoan mana yang akan dituju, tentu akan membuat Agatha curiga terhadap dirinya.
"Hmmm, gimana kalau kita keliling dulu? Aku agak bingung soalnya kalau dipikirin doang," usul Aditya mencari alasan.
"Boleh, Mas," balas Agatha
Aditya tidak menyangka Agatha akan menyetujui niatnya. "Kalau tau dia setuju terus langsung gue ajak nikah aja tadi harusnya," batin Aditya berucap.
Keduanya berjalan mengelilingi mall untuk mencari restoran yang sekiranya akan Adit suka. Aditya sejujurnya sengaja menjadi plin-plan agar bisa lebih lama berjalan bersama Agatha.
Mereka kembali mengobrol tentang beberapa hal dan Aditya mulai memberanikan diri untuk berbagi cerita tentang keluarganya.
"Kita makan di sana aja, yuk?" Aditya menunjuk salah satu restoran.
Aditya melihat jarum jam yang terus bergerak menuju malam, dan dia tahu tidak mungkin mengantar Agatha sampai larut. Agatha pun mengangguk setuju karena dia juga sudah merasakan lapar.
"Kamu mau pesan apa, Tha?" tanya Aditya ketika mereka sudah duduk.
"Atha nasi goreng seafood aja, Mas. Pedes ya!" jawab Agatha dengan semangat.
Aditya menganggukan kepalanya paham dan menuliskan pesanan dirinya lalu memberikannya ke kasir. Sebagai informasi, restoran yang mereka kunjungi menerapkan sistem memesan dan membayar terlebih dahulu, baru pesanannya akan dibuat.
Sambil menunggu pesanan datang, mereka kembali mengobrol tentang berbagai hal. Aditya tampak senang karena berhasil menunda waktunya agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama Agatha.
"Kalau Mas Adit makanan kesukaannya apa?" tanya Agatha penasaran.
Keduanya kini sedang menikmati makanan yang sudah tiba beberapa saat lalu. Untuk menghindari rasa canggung karena terlalu sunyi, Agatha memulai membuka obrolan kembali. Agatha bukanlah gadis dengan sejuta gengsi, jadi dirinya tidak masalah jika harus memulai atau bahkan mencari topik obrolan.
"Suka semua sih kecuali jengkol dan ati ayam, tapi kalo yang paling disuka mungkin olahan-olahan tahu ya. Kamu sendiri apa?" tanya Aditya balik.
"Apa ya? Hmmm... Atha suka udang sih, semua olahan udang kayaknya suka-suka aja," jawab Agatha sambil membayangkan makanan kesukaannya itu.
"Hmm, karena itu kamu pesan nasi goreng seafood," simpul Aditya, mengingat makanan yang dipesan Agatha tadi.
Agatha menganggukan kepalanya antusias, gadis itu selalu senang untuk berbagi hal-hal yang dia suka untuk diketahui orang.
"Hahahaha, kapan-kapan Mas ajak makan seafood di Muara Angke deh," tawar Aditya, dengan maksud terselubung ingin jalan berdua lagi dengan Agatha.
Mata Agatha terlihat berbinar, nampaknya sudah lama penasaran dengan tempat tersebut.
"Ihh mau banget, Atha liat banyak video orang makan di sana terus jadi penasaran," jawab Agatha bersemangat.
"Iya kapan-kapan kita kesana, ya. Ya udah dihabisin makanannya terus kita balik," ajak Aditya karena melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.
***
"Makasih banyak, Mas Adit, udah mau menemani Atha nonton dan jalan-jalan hari ini. Sekarang malah diantar pulang juga. Duh, Atha jadi ngerepotin banget," Agatha berucap dengan rasa tidak enak.
Keduanya sudah tiba di depan gerbang rumah Agatha. Meski tadi Agatha sempat berniat untuk pulang sendirian, tetapi Aditya tetap kekeh untuk mengantar gadis itu pulang.
"Loh, nggak ngerepotin dong. Malah Mas yang harus berterima kasih karena bisa jalan-jalan santai seperti tadi," jawab Aditya dengan nada tulus.
Meski ini adalah kali pertama mereka jalan bareng, tapi keduanya nampak sudah akrab. Lebih tepatnya itu semua karena ulah Aditya yang cukup sering menyambangi sekolah untuk sekedar berpapasan dengan gadis itu.
"Ya udah Atha turun dulu ya, Mas," Tangan gadis itu sudah memegang gagang pintu untuk membukanya.
"Tha, aku minta nomor kamu boleh?" Aditya berucap dengan cepat.
Sebenarnya hal tersebut untuk menutupi rasa gugupnya yang dari tadi ia tahan karena niat untuk mendapatkan nomor HP gadis itu.
"Eh?" Agatha yang kaget sontak menoleh.
Aditya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal. Melihat tatapan bingung Agatha, Aditya langsung menyangkal ucapannya.
"Eh, nggak usah kalau nggak mau, Tha," kilah Aditya.
"HAHAHA, nggak apa-apa kok, Mas. Aku kaget aja kamu ngomongnya cepet banget, mana HP kamu, biar aku tulis nomor aku," Agatha mengadahkan tangannya.
Aditya dengan cepat memberikan ponsel miliknya agar segera bisa mendapatkan nomor Agatha. Melihat tingkah laki-laki di depannya yang terlihat gedebak-gedebuk, Agatha langsung berusaha menenangkannya.
"Nggak usah buru-buru, Mas. Aku nggak pergi kok," ucap Agatha dengan kekehan kecilnya.
Jangan tanya bagaimana reaksi Aditya yang mendengar suara lembut dari gadis cantik di depannya
"Ini gue nikahin aja apa nih besok?" batin Aditya berucap.
"Mas jangan malah bengon dong!" tegur Agatha.
"Eh, iya-iya maaf. Ini HP nya" Aditya menaruh ponselnya di tangan Agatha.
Gadis itu dengan cepat menulis kombinasi angka-angka yang jika dihubungi akan mengeluarkan suara indah. Ya, pasti begitu bagi Aditya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Planned Destiny
RomanceKisah klasik perjodohan Agatha memang tidak pernah terbayang akan menikah muda sebelumnya, segala kebahagiaan yang dia miliki saat ini sudah lebih dari cukup. Menikah muda tidak ada dalam list goals yang ia miliki, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa...