Extra Part!

10.9K 464 23
                                    

15 tahun kemudian

"Nek, nenek dimana?" Gadis berusia 8 tahun berkepang dua mencari-cari dimana keberadaan neneknya. Gadis itu merangkak kekolong meja, sesekali menengok kebelakang melirik segala sesuatu yang akan mengejutkannya. Tidak ada siapa-siapa, rumah ini sepi. Dimana semua orang?

"Papa.. Mama.. Kalian dimana?" Teriaknya lagi, dan tetap sunyi.

Gadis itu hampir menangis saat mengetahui jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi dan tidak ada satu orangpun yang memberinya selamat. Iya, hari ini adalah ulang tahun gadis itu. Gadis yang baru bangun tidur dan mencari-cari nenek beserta orang tuanya. Dia kemudian duduk, lelah karena mencari semua orang yang tidak ketemu. Sesaat kemudian terdengar suara bisik-bisik dari dalam kamar papanya. Dia berjingkat, tetesan air matanya tidak jadi jatuh kepipi, lalu kakinya melangkah masuk kedalam karena kamar itu sengaja tidak ditutup rapat.

"HAPPY BIRTHDAY Mep sayang.." Seru seorang lelaki yang langsung disambut dengan pelukan gadis kecil bernama Mep itu.

"Papa.." Mep terharu, sedikit air matanya jatuh juga dipipinya.

Mepina Stefani Putri. Nama yang sangat cantik sesuai dengan wajahnya yang cantik. Hidungnya mirip sekali dengan papanya, Rangga. Sedangkan bibir tipis pinknya meniru Melody.

"Selamat ulang tahun ya sayang." Melody mengecup kening anaknya yang kini berganti memeluk dirinya. Sedangkan yang disebut nenek, Sendra. Wanita itu sedang mengambil kue di meja.

"Tiup lilin dulu dong." Ujar Sendra sembari duduk dikasur, tangannya memegangi lengan Mep yang langsung duduk dipangkuan Sendra.

"Sayang kasian nenek, ayo turun. Kan kamu udah besar." Ujar Melody menyuruh Mep untuk turun, tapi Mep menggeleng, matanya masih fokus memandangi lilin yang akan dinyalakan oleh Rangga.

Setelah lilinya nyala. "Iya nih, Mep turun dong. Nanti malem nenek oles-oles minyak urut lagi loh gara-gara kakinya sakit didudukin sama kamu. Emang nenek superhero, kakinya selalu kuat." Kini giliran Rangga yang memberi penuturan pada Mep yang langsung disenggol lengannya oleh Melody karena omongannya sedikit ngawur.

Mep mendengus kesal. Kakinya beranjak dari pangkuan neneknya yang sekarang sedang geleng-geleng kepala. Lengan Rangga dipukul oleh Sendra sesaat kemudian lilinya ditiup oleh Mep dan semua bertepuk tangan.

Acara makan-makan kuenya selesai dalam waktu 15 menit. Tidak lama muncul seorang lelaki dengan jas hitam formalnya. Menyapa Melody dan Rangga lalu menyalami Sendra.

Lelaki itu lalu mengeluarkan coklat didalam tas leptopnya, "Selamat ulang tahun Mep." Serunya sambil memeluk keponakannya yang tersenyum penuh terima kasih pada lelaki itu, Dion.

"Om, makasih ya." Ucap Mep menyudahi acara pelukannya. Dion tersenyum, matanya memandangi Melody yang juga mengatupkan kata terima kasih karena sudah menyempatkan datang diwaktu kerjanya.

"Eza mana bang?" Tanya Melody ketika Dion memberinya sebungkus nasi padang titipan Melody yang dibalas cengiran kuda.

"Masih tidur dia, lagi PMS.." Jawab Dion setengah berbisik karena takut terdengar oleh Mep. "Katanya nitip salam aja sama Mep, maaf karena gak bisa dateng." Tambahnya membuat Melody manggut-manggut.

---

Berada didalam kamar Rangga, kamar yang sama saat SMA dulu, kamar yang Melody takut masuki. Semua orang sudah keluar, Sendra mengajak Mep untuk ikut membantu memasak di dapur, sedangkan Dion harus melanjutkan pekerjaannya, walaupun hari ini adalah hari sabtu yang harusnya libur. Tapi Dion tetap bekerja, deatline tugas katanya.

"Ay, kemeja aku yang putih kamu taruh mana?" Tanya Rangga sembari mengobrak-abrik isi lemarinya. Sedangkan Melody baru saja keluar dari kamar mandi.

REASON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang