Kelas 11 IPA 2 hari ini sangat ramai, beberapa siswi bergosip disetiap sudut ruangan, sedangkan para kaum Adam tidak terlihat sama sekali karena bersiap ingin shalat jum'at.
Tunggu, ralat!
2 orang cowok terlihat nyempil diujung ruangan. Itu Bimo dan Serga, sampai lupa, mereka kan nonim.
"Hai Mel. Hai Za" Sapa Remi saat Melody dan Eza datang menghampiri. "Kusut-kusut banget wajah" Tambahnya setelah melihat ekspresi kedua sahabatnya ditekuk.
"Kusut. Emang baju" Eza melempar tasnya diatas meja.
"Eh ada hot news nih" Remi mendekat kearah wajah Melody dan Eza.
Melody memicingkan mata, tidak biasanya Remi menjadi hobi bergosip. Eza mendekat, telinganya dipasang lebar.
"Dion anak IPS tau kan, yang kemarin berantem sama Rangga" Tutur Remi pelan dan Eza manggut-manggut. "Dia masak gak naik kelas 2 tahun"
"What!!" Eza setengah berteriak, seisi kelas melirik kesumber suara. Eza nyengir kuda, lalu mereka berpaling lagi meneruskan gosipnya.
"Udah tau" Jawab Melody enteng. Kedua sahabatnya melirik.
Siapa yang tidak tau Dion, brandal lain selain Rangga, Gaza dan Rey. Bad boy, Melody sering dengar sebutan itu sejak kelas 10. Kelasnya dulu tidak jauh dari kelas Dion. Desas-desus Dion tidak naik kelas selama 2 tahun itu sudah buming sejak 1 tahun yang lalu. Melody memiliki ingatan yang bagus, dia masih ingat saat teman sebangkunya selalu membicarakan soal Dion yang disebut brengsek. Tidak! Dion tidak seterkenal itu, dia hanya cowok brandal yang hanya lewat dan tenar dibeberapa kelas saja. Mengenai wajah Dion? Kulit sawo matang seperti tidak diurus, alisnya tebal hitam, bibirnya merah tomat, dan iya, dia sama sekali tidak terlihat sorry -tua- meski bukan seangkatan dengan Melody.
"Wah lo kurang update Rem" Eza menepuk jidat kawannya jahil. Remi mendengus kesal.
"Lo tau dari mana Mel?" Tanya Remi masih penasaran.
"Gini..Gsjjsksjgs....!" Jelas Melody panjang lebar, dan yang pasti aku tidak akan menguraikannya kembali.
"Mel dipanggil" Teriak Bimo dari balik pintu kelas.
Melody bangkit dengan anggukan. Saat dia benar-benar berada diluar kelas. Cewek itu setengah syok, karena cowok yang barusan menjadi bahan pembicaraan datang.
"Hai" Sapa cowok itu, Dion.
"Hai" Balas Melody datar, tatapannya seperti bertanya sedang apa kau kemari mencariku.
"Mau ikut gue gak?" Ujar Dion kaku, cowok itu menggaruk tengkuknya kasar.
"Ke-ma-na?" Melody seperti tidak percaya apa yang barusan ia dengar. Cewek itu mengingat-ingat kembali, apakah mereka pernah berkenalan? Atau sekedar say hello? Tidak. Setaunya Mereka pertama kali ngobrol saat tragedi pertengkaran Dion meminta maaf padanya. Oh! Tapi dia ingat, Dion tahu namanya, tahu nama Melody.
"Kantin" Jawab Dion singkat.
"Sama gue?" Melody clingak-clinguk, kali aja ada orang lain yang Dion ajak bicara selain Melody.
"Iya sama lo. Plis sekali doang"
"-eh" Melody makin bingung, kenapa kesannya jadi sedikit memaksa. "Lo gak ke masjid?" Tambah Melody saat ingat ini jam shalat jum'at. Sepertinya cewek ini ingin menolak, tapi tidak enak.
"Udah"
"Ha kapan?"
"Udah nitip sama temen. Hehe"
KAMU SEDANG MEMBACA
REASON [COMPLETE]
Dla nastolatkówNote : Ini cerita pertama saya. Jika ada kalimat tidak enak atau bahkan tidak nyambung sama sekali. Harap maklum karena masih abal banget! Kalau gak mau baca, next book aja. Book yang lain sudah rapih dan kalimatnya sudah benar wkwk ..... Buat Mep...