Opening

34.9K 1.4K 108
                                    

Kriingg. Kriingg.
Ceklek.

"Hallo." Suara indah seorang cewek mengayun lembut, masuk kedalam telfon genggam ditangannya. Tidak terdengar apapun, hanya ada beberapa suara deruan motor diujung sana.

"Mel, gue kecelakaan." Seorang lelaki meneriaki dari ujung sana. Cewek itu tercekat, rumah ini sepi, apa yang harus ia lakukan.

Berteriak minta tolong? Tidak mungkin. Dia kan sedang tidak berada di tkp.

"Lo sekarang dimana?" Tanya cewek itu panik.

"Didalem sana."

"Sana mana?" Cewek itu mengernyit dalam.

"Hati lo."

Astaga! Cewek itu tepuk jidat.

"Mel, serius tolongin gue plis gue ketabrak nih." Suara lelaki itu terdengar lagi, dan kali ini cewek itu yakin benar-benar serius.

"Ha, serius. Ditabrak?" Tanyanya serius.

"Iya ditabrak sama hati elo."

Lagi-lagi Astaga!

"Kalau lo cuma mau bercanda gue tutup!" Dengan cepat telfon genggamnya langsung ditutup tanpa persetujuan. Cewek itu segera menggaruk kepalanya jengkel.

Tidak lama setelah itu, terdengar suara pintu diketuk. Cewek yang tadi mengangkat telfon segera melangkahkan kakinya menuju pintu besar yang menjulang tinggi disana, bahkan untuk mencapai pintu itu dia harus berjalan cukup jauh. Iya, rumah ini cukup besar untuk ukuran 4 orang yang tinggal didalamnya.

Cewek itu lekas membuka pintunya setelah mendengar ketukan yang terakhir.

"Tan, udah pulang." Senyum cewek itu kaku. Tidak sampai dua detik, lantas senyuman itupun hilang.

Baru saja seseorang datang dengan motor ninja merah bersama dengan beberapa box diatas joknya, entah berisi apa. Masuk kedalam rumah dan nyengir dihadapan cewek itu tidak jelas.

"Tuan muda." Senyum paksa cewek itu menyapa pada seorang lelaki dengan seringaian khas yang entah sudah beberapa kali membuat cewek itu kesal.

"Hallo Ma. Hai Mel." Cowok itu berkedip kepada cewek itu dan Sendra-mamanya-, wanita paruh baya yang baru saja disebut tante oleh cewek tadi, kemudian ngacir masuk kedalam rumah.

Hanya dalam waktu singkat, kamar yang disebut tuan muda tadi sudah ramai dengan suara dentuman besar yang berasal dari drum yang biasa cowok itu mainkan. Sendra hanya menggelengkan kepalanya, memegang kepalanya yang sedikit pening, kemudian terdengar suara teriakan dari wanita itu, tentu meneriaki anak semata wayangnya dari ruang tamu.

"Rangga berhenti! Asgdkdkvs!!" Dan entah apalagi yang Sendra katakan setelahnya.

Cewek itu menghela nafas panjang, kejadian ini sudah sering terjadi dan dia sudah sangat hafal di luar kepala.

Namanya Melody Angela Putri, panggil saja Melody. Gadis berusia 17 tahun yang berasal dari keluarga Ogis. Bukan anak kandung, gadis itu hanya berstatus sebagai anak angkat, sejak usianya 5 tahun.

---

"Tuan muda." Melody mengetok-ngetok pintu kamar Rangga dengan gusar, sudah 15 menit dia menunggu dibukakan pintu oleh orang yang punya kamar.

Klek.

Pintu terbuka dengan sendirinya. Melody tidak berani masuk, dia hanya bisa memandang kamar Rangga yang disebut tuan muda, dari luar ruangan. Rangga, satu-satunya anak kandung dari keluarga Ogis.

"Nih makanan." Ujar Melody sembari menyodorkan nampan berisi roti isi dan susu dari ambang pintu.

Rangga menaikkan sebelah alisnya, "lo gak liat kaki gue lecet habis kecelakaan. Masuklah!" Pinta Rangga jutek sambil menunjuk telapak kakinya yang betul diperban.

Iya, yang menelfon Melody tadi betul Rangga.

Melody tidak bergeming. Dia hanya menatap lurus kedepan, bagaimana bisa dia melewati batas kamar terlarang ini. Tidak, Melody tidak senekat itu.

"Masih aja kaku. Udah sini masuk." Rangga menggelengkan kepalanya seraya bangkit dari kasurnya sambil terpincang-pincang. Cowok itu lekas menarik tangan Melody masuk kedalam kamarnya dengan paksa.

Melody melotot, bola matanya hampir berputar beberapa kali. Sungguh, bertahun-tahun lamanya dan baru kali pertama ini dia menginjakkan kaki didalam kamar Rangga. Nampannya didekatkan didada, takut jika saja gelas susu yang ia bawa tumpah akibat terlalu terkejut dengan tindakan Rangga yang serba blak-blakan.

Melody mengerjab, "gu-gue.." suaranya terbatah-batah. Gadis cantik dengan rambut hitam pekat lurus bak cinderella ini sama sekali tidak berkedip saat mendapati tubuh Rangga mendekat kearahnya.

Hati Melody mendadak, berdebar. Karena Rangga mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Melody.

"Gue cuma mau ngambil makanan." Ujar Rangga dengan cepat mengambil nampan yang dibawa Melody. Sial! "Berharap gue cium ya." Sambung Rangga membuat sorot mata usil disertai kerlingan mata iseng.

Melody berdesis, dia sungguh sudah hafal dengan tingkah Rangga. "Ogah. Dasar curut!" Cewek itu berakhir memeletkan lidah setelah kemudian bergegas pergi dari kamar Rangga.

Terkadang, Melody cukup berani untuk meladeni guyonan Rangga.

***

Cerita sudah di Revisi. Semoga suka ya

REASON [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang