Bola mataku bergerak-gerak mengikuti kemana arah orang itu berjalan. Dari dapur, dia menuju ke salah satu meja di pojok café sambil membawa sepiring cheesecake yang mungkin merupakan pesanan salah satu costumer-nya.
Kulihat dia mencatat sesuatu di notes kecilnya. Tak lama kemudian, ia membalikkan badannya seraya menampakkan sebuah senyuman yang ... menawan. Entah, ia melemparkan senyuman itu kepada siapa, tapi yang pasti senyumannya barusan membuat hatiku serasa ingin menjerit.
Dia yang memiliki sejuta pesona bagi kebanyakan costumer wanita di café ini.
Salah satunya aku.
Kalian pasti bertanya-tanya, siapakah orang yang kubicarakan sedari tadi. Iya kan?
Oke, biar kuberitahu. Dia Alfian. Aku tidak tahu jelas nama lengkapnya siapa, tapi yang kutahu namanya itu Alfian. Umurnya sekitar 17 tahun. Kelihatan jelas dari penampilannya yang suka bergaya. Bergaya dalam artian bergaya ala anak muda jaman sekarang. Dan satu lagi, dia adalah salah satu pelayan di café ini.
Aku selalu berharap dapat mengenalnya lebih jauh. Namun sayang, sepertinya hal tersebut hanyalah harapan semu bagiku. Karena memang dari awal, kami tidak saling mengenal.
"Halo ..." Sebuah sapaan tiba-tiba mengagetkanku. Tunggu ... sepertinya aku kenal suara ini.
Aku mendongak, memastikan bahwa tebakanku benar. Dan sayangnya itu benar.
"H-hai juga ..." Aku membalasnya dengan terbata-bata. Astaga, dia benar-benar menyapaku. Apakah ini mimpi?
"Gue boleh duduk disini?" tanyanya seraya menunjuk kursi yang berada di seberangku. Kursi yang berhadapan denganku.
"Boleh kok ...," jawabku singkat, masih dengan perasaan yang bercampur aduk.
Ia pun kemudian langsung menarik kursi yang berhadapan denganku dan duduk disitu. Ia melepas topi café yang ia kenakan. Rambutnya yang berantakan terlihat sangat jelas di penglihatanku. Dan menurutku, ia lebih pantas seperti itu daripada harus menggunakan topi café yang warnanya sangat norak.
"Btw ..." Ia mulai membuka suara."kita belum kenalan."
Omg.
Dia mengajakku untuk berkenalan? Padahal awalnya kukira ini hanyalah sebuah harapan semu bagiku. Tapi nyatanya ...?
"Kenalin, gue Alfian." Ia memperkenalkan diri seraya mengulur tangannya kepadaku.
Mataku mengerjap beberapa kali. Masih dengan perasaan yang bercampur aduk, aku menjawabnya,"Salam kenal. Nama gue Acha."
Dia mengangguk, tanda mengerti."Oke. Jadi ... lo sekolah dimana, Cha?"
Jleb.
Pertanyaan itu membuat hatiku serasa ditusuk sebilah bambu runcing. Ada satu pertanyaan yang sangat mengganjal di hatiku.
Kenapa dia menanyaiku sampai sedetail itu? Bukankah aku dan dia baru saja berkenalan?
Yah, itu terdengar aneh.
Mau tak mau, aku pun menjawabnya,"Gue sekolah di SMA Garuda Jaya."
Tiba-tiba sebuah senyum bahagia terpancar dari wajah tampannya."Wah, berarti sekolah kita deketan dong,"
Sekolahku dan dia berdekatan? Astaga, aku tidak menyangkanya. Apalagi kejutan yang menantiku?
"Kamu sekolah di BBII?" tanyaku dengan raut terkejut yang kubuat-buat.
"Iya."
Aku tersenyum tipis. Setelahnya, aku mengeluarkan handphone dari saku rokku. Mengecek apakah ada pesan singkat dari Maya, sahabatku. Rencananya ia akan menjemputku di café ini setelah latihan cheers-nya selesai.
Maya: Lo dimana, Cha? Gue udah di depan.
Ah.
Rupa-rupanya Maya sudah menjemputku. Itu artinya, perkenalanku dengan dia hari ini cukup sampai disini. Sangat disayangkan.
"Lo mau pulang, Cha?"
Aku menoleh kearahnya. Mengalihkan konsentrasiku dari tas ransel kepadanya. Sedetik kemudian aku menjawab,"Iya nih. Temen gue udah jemput soalnya."
Entah aku salah lihat atau tidak, raut wajahnya berubah. Tadinya cerah menjadi agak sedih.
"Gitu ya ... Ya udah deh kalo lo mau pulang. Hati-hati ya," ucapnya dengan sedikit nada menyesal.
"Hm, makasih. Kalo gitu gue pulang dulu ya."
Aku pun berbalik dan meninggalkan café itu dengan dua hal yang lagi-lagi cukup mengganjal di hatiku.
Raut sedih dan wajah menyesal yang ia tunjukkan tadi seolah menimbulkan sepercik harapan bagiku.
Mungkinkah dia menyukaiku?
Senin, 11 Januari 2016.
-0-0-0-
Jum'at, 2 September 2016
a/n:
Halo! Ketemu lagi di cerita baruku! Kali ini aku lagi nyoba-nyoba bikin short story nih. Wkwkwk:v Masih aja bikin cerita baru padalan cerita yang lain belum kelar juga:(
Wdyt? Abal? Wkwk. Pasti dong. Semua cerita yang aku buat emang abal. Kalo nggak abal ya gaje.-. Ndak papalah, yang penting makasih banget yang udah mau baca short story abalku ini, terutama yang vomments. Makasih bangeettt.
Overall, jangan lupa vomments yap. Aku akan selalu menunggu saran dan kritik yang membangun dari kalian. Dan insya Allah bakal kubales satu-satu. Wkwkwk:v
Salam tersayang,
tazkiyaa
KAMU SEDANG MEMBACA
vanilla caramel
Kısa HikayeSELESAI | Flavor Series #1 Di antara kepulan asap kopi yang panas dan nikmat, sepasang mata ini diam-diam memandangimu dengan harapan yang meluap. Berharap akan ada keajaiban yang terjadi. Meskipun peluangnya sangatlah kecil. -0-0-0- "Vanilla Carame...