#2

18.1K 550 1
                                    

     Langsung saja aku berenang ketepi, menyambar handukku yang tergeletak dilantai. Segera aku keluar dari air, kemudian melingkarkan haduk ke tubuhku. Evan menyusulku kemudian.

    "Kenapa lo tiba-tiba nongol kayak gitu?? Ngagetin aja!" Semburku.

Evan keluar dari air kemudian menghadangku.

    "Lo itu yang tiba-tiba nongol! Ini kolam renang gue!"

Kayaknya dia nggak punya niatan banget buat nutupin tubuhnya. Padahal dia cuma pakai boxer dan sekali lagi dalam keadaan basah. Well  basah.. itu berarti pakaian itu sangat melekat ditubuh. Aku sibuk memperhatikan Evan dengan ngeri, tak peduli dengan apa yang Ia katakan.

     "Kenapa lo?"  Tanya Evan melihatku yang bertampang ngeri. Menyadari arti tatapanku, Evan malah maju mendekatiku. Spontan, aku mundur selangkah.

     "Ngomong-ngomong lo seksi juga .." Kata Evan dengan pandangan nakal.

Ia juga menarik handukku sampai bahuku terlihat. Segera aku tutup kembali. Evan maju selangkah lagi, dan aku mundur. Maju lagi.. maju lagi sampai punggungku menabrak dinding.

Oh God Evan mau ngapain sih. Kedua tangan Evan menempel didinding, memenjarakan aku ditengahnya. Aku bergidik ngeri.. pokoknya apapun yang terjadi aku harus segera lari. Tapi alam bawah sadarku memintaku diam ditempat. Evan mendekatkan kepalanya kemudia, Ia tertawa.

    "Lucu banget lo kriting.. Ekspresi lo itu lucu banget.. ha! ha! ha!"

Evan terpingkal-pingkal.

Evan sukses membuatku mati gaya, merah padam, malu, GR setengah mati dan air mataku menetes. Loh kok.. mungkin karena kesal aku jadi menangis atau merasa Evan telah mempermainkan aku, atau karena itu semua pura-pura ah.. ga tau! pokoknya aku segera berlari ke dalam dengan sedikit terpeleset. Sementara Evan masih saja terbahak-bahak. Puas lo! Tega!

***

     Gara-gara kejadian itu, aku merengek-rengak sama Papa buat dibeliin motor. Aku nggak mau berangkat bareng Evan lagi. Lagian aku selalu pulang naik taksi selama ini. Boros banget. Mending bawa motor sendiri.

Tapi, Mama Emy yang baik hati dan gak sombong itu, nggak ngijinin. Katanya bahaya anak gadis naik motor. So papa membenarkan perkataannya. Alhasil pagi itu aku kembali nebeng Evan dengan hati gondok.

    "Kenapa nggak berangkat sendiri aja sih lo! Ngrepotin aja !" Gerutu Evan saat dalam perjalanan kesekolah.

    "Bilang sama mama lo buat beliin gue motor, then dengan senang hati gue berangkat sekolah sendiri!" Seruku.

     "Bener nih? Bukannya lo seneng gue bonceng? Kemarin aja mupeng gitu!" Goda Evan.

Duh.. mati aku! apa aku keliatan mupeng banget ya.

    "Jangan dibahas!!" Kataku menempeleng helmnya.

    "Eh ! Dilarang mengganggu pengemudi!"

Aku menempeleng helmnya lebih keras.

    "Sekali-kali turunin gue di depan sekolah napa sih??!"

    "Sapa suruh lo nawar! Gue sopirnya!!"

Meskipun Evan menolak toh dia membawaku sampai parkiran sekolah. Semua mata anak-anak kelas sepuluh, tertuju pada kami. Bahkan ada cewek yang sampai menghentikan langkahnya untuk melihat kami.

    "Katanya nggak mau?!" Kataku begitu motor berhenti.

    "Udah! Turun!! Mau sampai anak-anak sampai ngrubungin kita?!"

My Boy ! My Brother !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang