#18

12.1K 476 20
                                    

Hai readers!! Aku seneng banget kalian pada coment yg bner2 membangun, untuk typo.. hehe sorry, setiap part ini idenya dadakan so bisa aja ada bagian yg ga sinkron dg awl cerita..

Tapi author ga bisa langsung edit nih. Just information aja kalo author nggak pakek PC ngetik ceritanya.. so agak susah ngedit or publish part baru. Lagi-lagi alasan ga ada jaringan, nasib idup di pedesaan.

Thanks banget yang masih ngikutin kisah ini.. Aku banyak berterimakasih atas Vomments kalian.. love u.. happy reading!

***

    "Lo ikut gue!"

Ajak Yudhit begitu aku keluar dari kelas.

    "Gue kan mesti les!"

    "Bolos lagi!"

Yudhit kembali seenaknya menarikku.

    "Heh! Kenapa sih hobi narik-narik gue! Terus mobil gue gimana?"

Yudhit tak menjawab, Ia menggeret ku sampai keparkiran.

     "Pakai mobil lo! Entar anterin gue lagi kesini!"

     "Yaudah...!"

Yudhit mencegahku ketika aku akan duduk di kursi kemudi.

     "Gue yang nyetir!"

     "Terserah!"

Sepanjang perjalanan, kami hanya diam. Entah Yudhit mengajakku kemana.

Yudhit mengajakku kerumah sakit. Entah siapa yang akan dijenguknya. Ia tetap menarikku sampai kesebuah kamar. Aku melihat dari balik jendela kaca. Yang terbaring didalam sana adalah Abrina.

     "Lo tunggu disini!"  Kata Yudhit.

Yudhit masuk kedalam, dan berbicara dengan Abrina. Aku hanya disini melihat mereka. Terbesit rasa kasihan melihat Abrina seperti itu. Apa itu juga yang dirasakan Yudhit.

Setelah cukup lama menunggu, Yudhit keluar dengan tatapan sendu.

    "Sorry buat kamu nunggu!" Kata Yudhit yang menatapku dengan matsnya yang teduh.

Aku tak menjawab.

    "Itu Abrina! Dia udah bebas dari narkoba, tapi narkoba udah terlanjur merusak organ tubuhnya! Dulu, dia nggak sekurus itu, dan asal kamu tau Ren! Dia nggak punya temen, cuman gue temennya saat ini, itu alasan kenapa gue nggak bisa kalo lo nglarang gue buat deket sama dia!"

Jelas Yudhit.

Kami berdua sama-sama memandangi Abrina yang terbaring lemah.
    

    "Lo boleh deket dengan siapapun Dhit.. lo bebas, lo bukan siapa-siapa gue!"

     "Tapi Ren..."

     "Gini Dhit! Aku sekarang nggak pengen punya hubungan sama siapapun, aku mau konsen dulu dengan sekolah! Dan selama itu, lo boleh deketin cewek manapun! Dan kali aja.. lo bisa CLBK"

     "Ok.. kalo itu mau kamu, tapi please.. kita masih temenan kan?"

Aku tersenyum simpul padanya. Menandakan bendera putih telah dikibarkan.

    "Iya.. Kita masih temenan! Kita konsen dulu aja Dhit sama UAN, kita selesaiin dulu kewajiban kita sebagai anak sekolah, dan.. gue mau juga jadi temennya Abrina! Itu juga kalau dia mau!"

Yudhit mendekap pundakku. Ia mengangguk dan tersenyum padaku.

     "Dia pasti mau kok! Kita pulang yuk!"

My Boy ! My Brother !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang