#4

17.7K 624 12
                                    

     Hubungan ku dengan Evan sudah membaik, meskipun masih sering berantem. Tapi minimal sekarang kami udah biasa berangkat sekolah dan pulang sekolah bareng. Aku nggak peduli orang ngomong kami pacaran. Yang penting aku selalu menjawab nggak saat mereka tanya.

Tapi perasaan ku masih tetap ada, bahkan lebih besar. Apalagi dengan Evan berada di dekatku. Viska sekarang udah bisa leluasa datang kerumah. Begitu juga Bagas dan Yudhit. Hanya mereka yang tau aku dan Evan satu rumah.

      Hari itu aku nungguin Evan di parkiran lama banget. Entah sedang apa dia. Inikan bukan jadwal dia main basket. Setelah di tunggu-tunggu, aku lihat Evan bersama seorang cewek. Mereka berjalan beriringan ke arahku. Dan cewek itu terlihat heran mengapa aku menunggu Evan di sebelah motornya.

    "E... sorry ya kriting, lo hari ini pulang sendiri ya?!"

Ternyata dia Elina, aku dulu satu kelas dengan dia. Cewek itu sombongnya minta ampun, judesnya bukan main. Aku sebelumnya nggak pernah berurusan sama dia. Tapi kayaknya sebentar lagi, hidupku akan tidak tenang. Aku tau dia juga suka dengan Evan.

    "Heh..!!"

Evan menegurku yang sedang bertatapan mata kebencian dengan Elina.

    "Bilang dari tadi kek.. BBM kan bisa!" Jawabku ketus. "Kemana lo??"

    "Yaelah sewot! Gue pergi kerumah dia, sama anak-anak.. buat ngerjain tugas kelompok"

Elina semakin di buat bingung dengan percakapan ini.

    "Kenapa sih Van, harus laporan sama dia?!" Akhirnya Elina bersuara.

    "Udah bukan urusan lo!" Jawab Evan ketus.

    "Yaudah.. gue mau nyegat taksi, awas lo! jangan kelayapan sama nenek lampir!" Seruku kemudian langsung cabut.

    "Sialan lo!!" Terdengar Elina mengumpat.

Aku pun harus rela menunggu taksi didepan sekolah. Tapi tiba-tiba pengendara ninja hitam berhenti didepanku. Ternyata Yudhit. Ia tersenyum begitu membuka kaca helmnya.

    "Mau gue anterin ga?"

Aneh juga mendengar Yudhit seperti itu. Saat datang kerumah, Ia nggak pernah nyapa tuh. Bagas yang biasanya banyak bicara.

    "E... "

Aku nggak bisa menjawab.

    "Ayo!"

Sekilas aku melihat Evan lewat Ia sejenak menyapa Yudhit. Tapi..

    "Tunggu!!"

Teriakku pada Evan.

Evan langsung berhenti. Aku menghampirinya, lebih tepatnya menhampiri Elina.

    "Itu helm gue! Sini! gue mau pakek!" Seruku pada Elina.

Elina shock mendengarnya. Kemudian Ia melepasnya dan memberikan kepadaku dengan kasar.

    "Gue juga nggak sudi makeknya!"

Selanjutnya aku nggak peduli ocehannya, aku kembali ke Yudhit yang masih menungguku.

    "Masih berlaku tawarannya?" Tanyaku sambil memakai helmku.

    "Naik!!"

Aku segera naik dan Yudhit memacu motornya.

Yudhit tak langsung membawaku kerumah. Kami berhenti di taman dan berhenti ditukang es buah. Aku duduk di atas motor Yudhit dengan kaki berpijak ditrotoar yang tinggi. Sementara Yudhit duduk di trotoar menghadapku.

My Boy ! My Brother !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang